3 Februari 2017

Jangan Ada Selingkuh(an)tara Kita



Assalamu'alaikum... Sahabat Ummi

Ngobrol bareng duo Ummi datang lagi. Maaf minggu lalu kami libur hehehe... saya lagi sakit dan tulisannya belum kelar. Apalagi, temanya lumayan "berat". Yup, tentang SELINGKUH. Tema yang dipilih oleh Mbak Naqi. Untuk tulisan Mbak Naqi, bisa dibaca di sini.

Untuk tulisan saya sebelumnya:




Oke deh, selingkuh *tarik nafas

Ini jadi salah satu penyebab perpecahan dalam keluarga, bahkan perceraian. Siapa pelakunya? yang jelas, individu yang terikat dalam status pernikahan. Jadi, bukan yang buat pacaran yak. Pelakunya bisa saja si suami, bisa saja si istri. Jadi, bahasan di sini bukan untuk menyudutkan salah satu gender yah. Pembahasannya umum aja.
................................................................................................................

Jangan sekali-kali beranggapan bahwa dunia ini sempurna atas diri seseorang. Karena, tidak seorang pun di dunia ini yang bisa meraih segala yang ia inginkan, dan tidak ada seseorang yang terbebas dari kekurangan sedikit pun. (Dr. Aidh Bin 'Abdullah Al-Qarni, M.A
Saat berpikir tentang sebuah pernikahan, kita harusnya mampu memilah antara ilusi dan realitas dalam cinta. Maksudnya gini, lebih realistis lah. Paham bahwa yang namanya pernikahan itu bukan hanya tentang sesuatu yang indah dan menyenangkan aja. Tapi, akan ada berbagai konflik yang mengiringi perjalanan kita. Apalagi menikah itu kan artinya ada dua orang yang hidup bersama. Dua kepala, dua karakter, dua kepribadian, dua latar belakang yang berbeda. BERBEDA.

Udah dari sononya, laki-laki dan perempuan itu memiliki perbedaan dalam berkomunikasi, berpikir, menyatakan pendapat, merasa, memahami, bereaksi atas suatu kejadian, memberikan penghargaan, bahkan dalam menunjukkan rasa sayangnya. Kalau mau ditulis semua, pasti nggak akan cukup satu postingan ini hahaha...

Nah, dalam pernikahan itu, menjalaninya nggak cukup hanya dengan bermodal cinta. Salah satu pilar pentingnya, adalah komunikasi yang baik antara suami istri. Cinta yang menggebu-gebu itu bisa aja perlahan memudar, bahkan sirna dan berganti menjadi benci. Bener nggak?

Trus apa kabar dengan orang yang menikah tanpa ada rasa cinta sebelumnya?. Kabarnya, bisa saja kabar baik, karena yang namanya cinta itu bisa diupayakan kok. Ibarat tanaman, cinta itu bisa bertumbuh, subur, mengakar kuat, asal rajin diperhatikan, disirami, di pupuk, dan didoakan. Jadi, bukan tentang apakah cinta itu telah ada sebelum atau sesudah pernikahan.

kemampuan dalam berkomunikasi itu harus kita miliki. Apalagi dengan pasangan kita. Sekalipun kita hidup satu atap, bukan hanya tentang intensitas pertemuannya aja, tapi sejauh mana kita bisa saling berbagi. tul nggak?. Banyak banget yang ngeluh bahwa pasangannya enggan berbagi perasaan dengannya. Ada yang cenderung tertutup atau nggak mau ngungkapkan keinginannya dengan cara-cara yang bisa nyenengin pasangannya.

Akhirnya, kurang komunikasi dan terjalinnya komunikasi yang salah, menjadi bumerang dalam pernikahan. Nggak tahu gimana cara ngungkapkan keinginan dengan benar, tepat, dan dimengerti. Berlangsung secara terus menerus. Akhirnya, terakumulasi menjadi permasalahan yang besar dan rasa nggak nyaman muncul. Ibaratnya nih, tengah menyimpan bom waktu yang bisa meledak kapan aja, tergantung pemicunya.

Saat rasa nggak nyaman muncul, terdeklarasilah bahwa: ternyata nggak ada kecocokan diantara kita. Mulai mencari apa dan siapa yang bisa bikin nyaman dan merasa bahwa kita dimengerti. Padahal, seharusnya suami dan istri selalu membuka ruang komunikasi selebar mungkin. Komunikasi yang baik akan membuat suami dan istri saling mengenal siapa diri mereka, saling mengerti apa yang mereka butuhkan dan inginkan, juga bagaimana perasaan mereka.



Gimana caranya?

Berdialoglah dengan suasana yang nyaman, bukan saat berada dalam kemarahan. Tanpa adanya emosi-emosi negatif yang dapat merusak kebersamaan. Menunjukkan rasa saling cinta kasih, baik secara verbal maupun non verbal. Perlakukan pasangan seperti bagaimana kita ingin diperlakukan. Sampaikan semua yang kita ingin pasangan tahu, tanpa rasa sungkan.

Tapi, perempuan itu susah banget untuk diajak dialog.

Ehem... ada benernya juga sih. Maklum, perempuan itu adalah makhluk yang lebih dominan perasaannya. Disaat ia marah, sebenarnya ia sedang mengeksplorasi perasaannya, dan nggak melulu serius atas ucapan yang dikeluarkannya. Di kondisi demikian, ia sebenarnya butuh pelukan dari suami, atau butuh waktu sendiri dulu. Perlu waktu untuk mencurahkan perasaan. Saat kondisinya sudah stabil, baru bisa diajak bicara baik-baik.

Beda bangetkan dengan laki-laki, yang maunya menyelesaikan masalah pada saat itu juga, cenderung langsung memberikan solusi. Padahal, nggak semua masalah yang diceritakan oleh perempuan itu adalah karena ia butuh solusi, tapi karena ia butuh didengarkan. 

Ah teoriiiiiii... Praktiknya nggak semudah itu!

Benar, karena komunikasi itu adalah keterampilan. Butuh waktu untuk belajar. Nggak gampang untuk bisa dialog dengan baik dan tenang saat menghadapi sebuah masalah. Tapi, keputusan yang diambil dalam kondisi emosional, justru keputusan yang sering kali menghadirkan penyesalan. Yah, ini untuk diri saya juga, yang masih terus belajar.

Sebaiknya memang sediakan waktu setiap harinya untuk bisa saling berbagi. Nggak hanya ngobrol tentang perkembangan anak, kebutuhan dapur, atau daun kering tetangga yang masuk ke halaman rumah. Tapi, bicarakan kembali visi misi keluarga, bangkitkan kembali memori indah saat menjadi pengantin baru, tanyakan kepada pasangan apa yang dia inginkan dari diri kita agar romantisme suami istri bisa tetap terjaga, bahkan komunikasikan juga tentang urusan "ranjang".

Jika ada salah satu pihak yang masih tertutup, bersabarlah. Cari celahnya, bagaimana ia bisa berbagi dengan nyaman. Jangan memaksa, alih-alih mesra, yang ada malah jadi perkara.

Jadi, selingkuh itu karena komunikasi yang kurang baik?

Salah satunya.

Penyebab utamanya, adalah karena lemahnya iman. Sekalipun dia rajin beribadah, itu hanya baru sebatas rutinitas tanpa ruh. Sehingga, menjadi sulit untuk mengendalikan hawa nafsu. Makanya, islam telah mengatur berbagai cara pencegahan, seperti: menjaga pandangan, tidak berkhalwat, memilih dalam berteman, dll. Jadi, jangan lupa untuk saling menyemangati dalam meningkatkan keimanan, dan saling mendo'akan tentunya. Nauzubillah... Jangan ada selingkuh(an)tara kita.

Sahabat Ummi, bagi dong tips komunikasi mesranya dengan pasangan ^___^







2 komentar:

  1. mut g ada pasangannya ummiku,jadi nyimak aja....
    Hiks...hiks..
    wkakaka

    iya,komunikasi ni memang selalu penting ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa, simaklah dek Mumut hahaha...
      Buat bekal kalau ada pasangan nanti :D

      Hapus