Yang punya TV dan suka
pantengin berita tentu udah tahu kalau ada berita heboh tentang buku porno yang
masuk SD. Sekilas mendengar (waktu belum lihat berita itu langsung) saya ikut
merasa prihatin banget. Eh begitu saya nonton langsung, prihatinnya jadi
semakin berkali-kali lipat. Kenapa demikian, karena salah satu buku yang
berjudul “Ada Duka di Wibeng” ditulis oleh seorang penulis yang saya kenal, Jazimah
Al-Muhyi. Bahkan sudah sejak zaman masih duduk di bangku sekolahan saya sudah
membaca karya-karyanya yang bernafaskan islam, baik berupa buku atau tulisannya
yang tersebar di majalah-majalah islami. Jadi, tidak mungkin bahwa ia
menuliskan sesuatu yang berbau porno.
Oke deh, di sini saya Cuma
mau menyebar luaskan klarifikasi atas buku tersebut. Pelajaran yang saya ambil
adalah bahwa sebagai seorang penulis, kita tidak hanya harus mengasah kemampuan
menulis, melainkan juga mengasah mental. Setidaknya saya melihat itu dari kedua
penulis favorit saya, Jazimah Al-Muhyi dan Pipiet Senja. Hmmmm... kalau tentang
Bunda Pipiet Senja, nanti deh saya posting lagi.
Klarifikasi atas
Pemberitaan Serial AKTA Ada
Apa di Wibeng (dimuat di Harian Suara Merdeka 9 Juni 2012)
Salah
Kamar Berbuah Penarikan
Kabar pustaka
di media massa
kembali menampakkan sisi antagonisnya. Setelah beberapa waktu lalu ada temuan
frasa “istri simpanan” di buku Lembar Kerja Siswa kelas 2 Sekolah Dasar (SD) di
Jakarta, kini mengemuka temuan buku bacaan pengayaan di perpustakaan SD yang
disakwangsakan isinya menjurus pada pornografi. Buku tersebut yakni Ada Duka di
Wibeng, Tambelo Kembalinya Si Burung Camar, dan Tidak Hilang Sebuah Nama.
Ketiganya
ditemukan di perpustakaan-perpustakaan SD di Kabupaten Kebumen. Dari ketiga
judul tersebut, pertama disebut disangkakan yang paling menjurus ke pornografi.
Indikasinya ada dialog tentang trik berhubungan seks yang aman agar tidak hamil
dan menceritakan cara KB kalender. Adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga
(Dinpora) Kabupaten Kebumen yang kemudian memutuskan untuk menarik ketiga buku
terbitan PT Era Adi Citra Intermedia Solo itu dari seluruh perpustakaan SD di
Kebumen yang berjumlah tak kurang dari 136 SD. (Suara Merdeka, 1-2 Juni 2012).
Ada Duka di
Wibeng (ADdW). Kebetulan saya sudah membaca secara lengkap buku tersebut.
Termasuk membaca ulang bab “Asal Mau Sama Mau?”—halaman 104, bukan halaman 93
seperti yang pernah diberitakan—yang disebut bermuatan pornografi itu. Tulisan
ini tidak saya maksudkan sebagai pledoi atau sebaliknya upaya untuk memperkuat
dakwaan bahwa buku karya Jazimah Al Muhyi ini memang tergolong buku lucah.
Pembacaan
jernih atas sengkarut persoalan buku ADdW ini akan saya dekati dengan dua
analisis. Pertama, analisis isi (content analysis), dan yang kedua, analisis
bingkai (frame analysis).
Pertama, soal
isi. Buku setebal 180 halaman—bukan 168 halaman seperti yang sering dikutip
media—berisi tentang kehidupan remaja SMA. Wibeng adalah singkatan dari Widya
Bangsa, nama SMA. ADdW adalah buku ketiga setelah buku “Kelelawar Wibeng”, dan
“Gendut Oke, Hitam...”. Ketiganya dilabeli dalam satu nama: Serial Akta. Akta
adalah nama tokoh utama di buku serial novelet tersebut.
Karena tentang
remaja SMA, tentu saja persoalan yang diangkat sangat bertalian dengan
kehidupan mereka. Mulai dari soal tawuran pelajar, geng, virus merah jambu
(cinta) yang didasarkan pada keterpesonaan fisik, hingga soal pemahaman dan
pengetahuan remaja soal seks. Melaui Serial Akta ini, nampak sekali niatan
penulisnya untuk melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi ulang terhadap
konstruksi awal atas tema-tema di atas. Dan proses rekonstruksi itu melalui
dialog para tokoh di buku tersebut. Kesadaran yang ditumbuhkan dari dalam si
pembaca melalui dialog-dialog tokohnya.
Betul, ada
dialog yang memakai frasa “KB Kalender”. Tapi sejauh amatan saya yang lebih
dari sepuluh kali saya baca ulang, di buku ADdW tidak ada keterangan satu kata
pun tentang teknik atau cara ber-KB Kalender. Dan saat frasa itu terucap, oleh
penulisnya dibangun suasana ketidaksetujuan (negasi), protes dan marah yang
muncul dari si tokoh utamanya: Akta. Dengan deskripsi: “Akta berlalu cepat
mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan.” (hlm
105).
Tidak berhenti
itu, si penulis masih melalui tokoh utamanya: Akta, menyatakan
ketidaksetujuannya dengan secara eksplisit mengutip Surat Al-Baqarah (175):
“Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa
dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!” (hlm
106).
Ketiadaan
pemahaman tentang konteks suasana saat frasa “KB Kalender” terucap akan membawa
pada simpulan bahwa frasa itu menjadi frasa bermakna lucah (cabul). Dan tentu
saja, tentang konteks atau suasana (faktor intrinsik) yang bangun penulisnya
saat dialog berlangsung ini tidak akan bisa dipahami oleh anak-anak SD. Dan
memang, sejak awal—sesuai dengan keterangan yang tertera di kover depan dan
belakang, serta isi dalamnya—novelet ini untuk para pembaca (minimal) usia SMA.
Tapi entah
bagaimana ceritanya ADdW bisa kesasar ke perpustakaan SD. Salah kamar yang pada
akhirnya berbuah penarikan. Dan penarikan itu didasarkan pada proses pendarasan
yang parsial, dan terburu-buru. Penarikan itu hanya bisa dibenarkan karena
alasan tidak tepatnya kualifikasi bacaan dengan sasaran pembaca. Bukan karena
isinya yang mengarah pada kelucahan.
Cetakan
pertama ADdW Juli 2006. Hingga 2012 berarti lima tahun. Artinya, sebelum “kasus Kebumen”
muncul, sepanjang hampir enam tahun itu tidak pernah ada yang mempersoalkan
buku tersebut. Alih-alih menggolongkannya sebagai karya lucah, bahkan telah
cetak ulang. Dan sejak Mei 2009 telah lulus seleksi Pusat Perbukuan untuk
menjadi buku pengayaan. Sertifikasi kelulusan itu dapat dibaca sebagai bentuk
afirmasi Pemerintah (via Pusbuk) terhadap isi buku ADdW.
Kedua,
analisis bingkai. Pendekatan kedua ini akan memuat latar belakang suasana
sosial-batin penulisnya. Jazimah Al Muhyi, bukanlah penulis baru. Berdasarkan
penelusuran dan data yang saya miliki, ia menulis dan menelurkan buku sejak
tahun 2001. Tak kurang dari 40 buku telah ia semai ke pasar. Baik berupa buku
utuh, kumpulan cerpen, antalogi cerpen bersama penulis lain, novelet, dan
kumpulan esai. Meskipun tema-tema buku yang ia tulis beragam, ada satu garis
lurus yang bisa saya tarik, yaitu semua memiliki semangat untuk perbaikan
(baca: dakwah). Tanda yang paling nampak ke arah simpulan itu adalah sebagian
besar bukunya berkover wanita berjilbab. Termasuk buku ADdW. Barangkali ini ada
kaitan erat dengan komunitas yang ia libati saat awal-awal menulis, yaitu Forum
Lingkar Pena (FLP). Publik luas telah mengenal FLP sebagai komunitas
kepenulisan yang berjuang mengangkat sastra islam ke pentas nasional dan
mondial.
Nah tentu
saja, akan menjadi sangkaan yang absurd dan menciderai akal sehat publik jika
Jazimah Al Muhyi ini dikatakan menulis buku yang isinya mengarah pada
pornografi. Terlalu besar biaya sosial dan moral yang harus ditanggung. Baik ia
sebagai pribadi (penulis), maupun sebagai salah satu pegiat FLP.
Agus M. Irkham
Pegiat
Literasi. Kepala Departemen Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Forum
Taman Bacaan Masyarakat.
Nah ni dia kata-kata yang divonis porno:
Pokoknya, asal mau sama mau, gak
masalah, kok."
Akta menegakkan telinga.
"Eh, tapi harus tahu trik-trik jitunya. Jangan sampai hamil, juga kena penyakit kelamin. Gawat kan kalau sampai kena gituan."
"Eh, ini nih... ada cara praktis yang manjur. Udah banyak yang ngebuktiin!"
"Mana ... mana?"
"Eh, katanya sperma itu..."
"Nah, di majalah ini dikatakan, sel telur itu kalau ketemu ama sperma...."
"Eh, ada yang asyik punya, nih. Petunjuk dengan pakai KB kalender!"
Akta berlalu dengan cepat mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan. Suara-suara perempuan. Akta merasa sangat risi. Kok bisa sih, mereka tidak malu membicarakan masalah semacam itu?
Akta menegakkan telinga.
"Eh, tapi harus tahu trik-trik jitunya. Jangan sampai hamil, juga kena penyakit kelamin. Gawat kan kalau sampai kena gituan."
"Eh, ini nih... ada cara praktis yang manjur. Udah banyak yang ngebuktiin!"
"Mana ... mana?"
"Eh, katanya sperma itu..."
"Nah, di majalah ini dikatakan, sel telur itu kalau ketemu ama sperma...."
"Eh, ada yang asyik punya, nih. Petunjuk dengan pakai KB kalender!"
Akta berlalu dengan cepat mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan. Suara-suara perempuan. Akta merasa sangat risi. Kok bisa sih, mereka tidak malu membicarakan masalah semacam itu?
Sayangnya
paragraf berikutnya nggak diambil
Akta berlalu dengan cepat
mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan. Suara-suara
perempuan. Akta merasa sangat risi. Kok bisa sih, mereka tidak malu
membicarakan masalah semacam itu?
Serial Akta memang bercerita tentang
seorang remaja bernama Akta dan sekolahnya, SMA Widya Bangsa yang disingkat
menjadi WIBENG. Diceritakan bahwa WIBENG adalah sebuah SMA yang dipenuhi dengan
remaja-remaja 'alay' dengan pergaulan yang kacau-balau, dan Akta berusaha untuk
mengubah suasana tersebut sebisanya.
BTW, coba deh lihat cover bukunya. Di bagian
bawah ada tulisan FOR TEENAGER, hellloooo... yang artinya untuk segmen REMAJA
bukan ANAK SD. So, siapa yang salah?. Jangan sampai kita termasuk ke golongan
orang-orang yang menuding tanpa tahu kebenaran yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar