14 Februari 2013

Valentine story in February 2013



Mataku mulai lelah, sudah seharian aku duduk manis di depan komputer dan berselancar mencari informasi melalui Om Google. Bahkan saking semangatnya, aku lupa bahwa belum ada sebutir nasi pun yang masuk ke dalam perutku, selain biskuit kentang yang tadinya setoples, sekarang tidak sampai setengahnya lagi yang tersisa. Sepertinya tidak ada toleransi lagi, perutku mulai unjuk rasa, berkolaborasi dengan cacing yang meminta jatahnya. Baiklah, aku akhirnya men-Turn off komputerku dan bergegas ke meja makan.
            Aku makan dengan ekspresi yang berbeda dari biasanya, padahal dalam kondisi kelaparan kelas berat, semua itu karena pikiranku melayang ke artikel-artikel yang telah aku kumpulkan tadi. Kenapa baru sekarang aku mengetahui semuanya, padahal ritual itu sudah aku lakukan semenjak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ah, ternyata aku begitu naïf, aku merasa bodoh dan tertipu mentah-mentah oleh tradisi tersebut. Walaupun aku merayakannya bukan dengan seorang kaum adam pun tapi tetap saja semua itu konyol, makan-makan dan bertukar kado yang semuanya serba pink.
Beberapa hari sebelum tanggal tersebut, aku sudah sibuk berkeliling untuk mencari sesuatu yang pas sebagai sebuah kado cantik. Aku menikmati setiap suasana pertokoan yang mendekor toko mereka menjadi serba pink dan memampang berbagai macam atribut berbentuk hati. I love pink.. pinkcholic, itulah aku, jadi tentu saja mataku serasa dimanjakan dengan pemandangan serba pink ini. Belum lagi pemandangan berbagai benda favorit bagi para pecinta valentine seperi boneka romantis teddy bear yang memegang hati, bantalan bertuliskan kata romantis yang lagi-lagi berwarna pink, kotak musik, bunga, coklat, bahkan kaset yang berisikan lagu-lagu valentine made in luar negeri seperti yang dinyanyikan oleh Martina Mcbride. Wah bagi pasangan muda-mudi yang lagi mabuk kepayang oleh cinta, maka lagu itu menjadi lagu paling romantis di dunia, lagu yang berjudul “My Valentine”.
            “Yaya, gimana kalau perayaan valentine kita tahun ini sedikit berbeda”. Tiba-tiba sahabatku Rika sudah muncul di bangku sebelahku.
            “Maksudmu berbeda bagaimana?”. Aku tak mengerti.
            “Biasanya kita selalu merayakannya berempat, aku, kamu, Maura, dan Selly. Gimana kalau valentine tahun ini kita rayakan berdelapan”. Mata rika berbinar-binar.
            “Lho kenapa?, bukannya kita berempat saja sudah menyenangkan. Lagipula kamu mau ngajak siapa?”. Jawabku bingung. Padahal kami berempat sudah bersahabat lebih dari empat tahun.
            “Yah.. Yaya, kamu kok nggak ngedit sih. Maksudku kita menanggalkan status kita yang selama ini bertitel high quality jomblo, gitu lho”. Rika makin semangat menjelaskan.
            “Please deh Ka, aku makin nggak ngerti nih sama maksud kamu”. Aku benar-benar semakin bingung.
            “ Hmm.. oke, terus terang Maura dan Selly sudah setuju dengan ideku, bahwa kita manfaatin waktu yang masih sebulan lagi menjelang valentine ini untuk cari cowok, jadinya 30 hari mencari cintalah”. Rika terlihat harap-harap cemas menanti responku.
            Untuk beberapa saat aku terdiam, aku semakin bingung. Bukankah semenjak awal kami duduk di bangku sekolah menengah kejuruan ini, kami sudah berikrar untuk tetap jomblo dan berkonsentrasi penuh terhadap pelajaran agar bisa menembus perguruan tinggi ngetop di kota pelajar nanti. Tapi baru menginjak di tahun kedua, mereka sudah mulai berubah arah. Hanya karena valentine?.
            “Ya, gimana?”. Rika membuyarkan lamunanku.
            “Aku terserah kalian aja deh”. Jawabku sekenanya.
            Semenjak perbincangan itu, aku mulai berfikir ekstra keras bagaimana cara mendapatkan cowok hanya dalam waktu satu bulan. Sementara tidak ada satu orangpun cowok yang aku taksir. Belum lagi aku adalah tipe orang yang pemalu, bahkan untuk berkomunikasi saja aku hanya sekedarnya. Aku lebih senang membaca dan menulis, oleh karena itu aku tergabung dalam anggota tim mading sekolah. Di sanalah aku, Rika, Maura, dan Selly menjadi sahabat baik yang selalu mendukung satu sama lainnya, terutama dalam hal pelajaran di sekolah.
            Atas nama kesetiakawanan aku mulai membuat daftar nama cowok yang mungkin bisa menjadi penampingku dalam perayaan valentine nanti. Mulai memikirkan strategi dan menyiapkan mental. Kalau perlu aku akan mencari tahu apakah kira-kira ada cowok di sekolah ini yang sedang menaruh hati padaku. Seandainya ada, ini akan mempermudahku. Aku tak peduli siapa dan seperti apa rupanya, karena sejak awal ide Rika ini sudah seperti lelucon bagiku. Jadi aku hanya menganggapnya sekedar pembeda suasana saja dari valentine kami tahun-tahun sebelumnya.
            “Assalamu’alaikum Yaya”. Suara lembut Bu Fira menyapa saat aku sedang menunggu angkutan umum di pagar depan sekolah.
            “Waalaikumsalam.. Bu”. Bu Fira tatap kelihatan segar, padahal matahari siang ini sedang panas-panasnya. Apakah kerudung lebarnya itu tidak membuatnya gerah.
            Bu Fira menawarkanku untuk ikut di mobilnya dan akan mengantarkanku pulang, kebetulan rumah kami searah. Wah, dengan senang hati aku menerima ajakannya. Sepanjang perjalanan kami asyik bercerita, terutama tentang buku-buku. Bu fira menawarkanku untuk main ke rumahnya dan melihat perpustakaan pribadi dengan berbagai macam koleksi bukunya. Bahkan ia berjanji untuk megijinkanku meminjam beberapa buku.
            Semenjak hari itu, aku menjadi akrab dengan Bu Fira, guru yang baru tiga bulan mengajar akuntansi di sekolah kami ini. Bu Fira begitu cantik, dengan kerudung lebarnya membuat ia semakin tampak bersahaja. Apalagi tutur katanya juga cara mengajarnya yang membuat semua siswa betah, ia terlihat sangat cerdas.
            “Udah dua minggu nih Ya, gimana perkambanganmu?”. Siang itu Rika mengagetkanku saat aku sedang menyantap bakso di kantin.
            “Hmm.. masih usaha nih, Ka. Ternyata nggak gampang. Lebih gampang belajar matematika”.
            “Oke deh, met berjuang. Jangan sampai kalah yah dengan kami bertiga”. Rika tersenyum menggoda.
                Ya ampun, asli aku sudah lupa dengan ide Rika waktu itu. Ada yang lebih menarik dari itu, tantangan dari Bu Fira. Bu Fira saat ini adalah Pembina mading, menggantikan pembina  yang lama. Bu Fira memintaku membuat artikel untuk mading dengan tema valentine, tapi berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Bu Fira ingin aku menulis tentang sejarah valentine dan berbagai macam fakta juga fenomena tentang valentine yang selama ini tidak pernah dipublikasikan di mading sekolah.
***
            Lagu “Sempurna” milik Andra and the backbone yang merupakan ringtone handphoneku membuyarkan lamunanku. Telepon dari Bu Fira, ia mengingatkanku tentang deadline besok. Aku langsung melahap dengan cepat makanan di piring agar bisa segera kembali ke depan komputer dan meneruskan menyusun artikel yang telah aku kumpulkan tadi.
            Besok pagi artikel ini harus sudah termampang manis di mading sekolah. Seantero sekolah harus tahu, masa sekolah berbasis islam begini siswanya ikutan latah merayakan valentine. Sebuah kejutan untuk Rika, Maura, dan Selly. Aku juga sudah menemukan tema madingku ini yaitu Generasi muda (Muslim) say NO to valentine!.

Gambar pinjem di sini

4 komentar:

  1. ijin berbagi kata motivasi yaa
    " janganlah kau buat kekeliruan sebagai sesuatu alasan, dikarenakan semestinya ia jadi motivasimu tuk terus mengambil langkah ke depan"
    thx :)

    BalasHapus
  2. I Like It. Memang semesetinya, ketika hari valentine dtg, di setiap mading sekolah di tempel asal muasal valentine itu seperti apa, spy generasi muda kita tdk terpengaruh akan valentine.

    BalasHapus
  3. Tengkiyu buat kata motivasinya Mbak Vina ^_^

    BalasHapus
  4. Tengkiyu Mbak Santi, Yup bener banget ^_^

    BalasHapus