5 Oktober 2013

Pernikahan, Bagian Dari Universitas Kehidupan

Siang itu, kami tengah berada di sebuah Supermarket untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Saya sibuk melihat-lihat produk makanan, sedangkan Nai dan suami saya sedang asyik di area elektronik. Supermarket siang itu tidak terlalu ramai, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berdiri tidak jauh dari saya tersenyum manis, dengan pandangan dingin, saya lalu memalingkan wajah. Lalu iseng, saya melihat lagi ke arahnya, dan ia pun kembali tersenyum. Dengan perasaan kesal, saya buru-buru pergi ke rak lainnya. Ngapain coba itu bapak-bapak pakai senyum-senyum segala ke saya!.

Setelah mengecek keranjang belanjaan dan memastikan semua barang yang saya butuhkan telah lengkap, saya lalu menyusul suami. Astaga! ternyata suami sedang asyik ngobrol dengan laki-laki yang tebar senyuman ke saya tadi. Begitu melihat saya, suami lalu pamitan dan lagi-lagi laki-laki itu tersenyum ke arah saya. Masih dengan pandangan dingin dan bibir yang sama sekali tidak mengembang ke samping, saya pun berlalu.

Sesampainya di rumah, saya tanya kepada suami siapa laki-laki yang ngobrol dengannya di Supermarket tadi. Spontan suami menyentuh kening saya dengan punggung tangannya, lalu bilang "ummi sehat kan?." Saya makin kesel, tapi dengan pandangan geli, dia akhirnya mengatakan bahwa yang tadi itu Pak RT kami. Gubraaaaak! Pak RT? ya ampuuuuun... saya memang parah banget yah ingatannya. Suami maklum, karena istrinya ini memang rada susah untuk mengingat wajah orang, terlebih buat yang jarang-jarang ditemui, berubah dikit penampilan atau model rambut aja, saya bisa nggak ngenalin.

Di waktu yang lain, saat kami sedang bepergian, suami saya itu paling senang lewat jalan motong, alasannya untuk menghindari lampu merah dan kemacetan. Nah lagi-lagi nih, saya orang yang rada sulit untuk mengingat jalan, tahunya yang lurus-lurus aja. Isengnya, suami malah lewat jalan yang berbeda saat pergi dan pulangnya. Trus dengan teganya dia bilang "Kalau ummi Abi tinggalin Di sini, bisa pulang nggak?." Ya bisa dong, segitunya banget, saya tinggal tanya orang lain ini jalan apa, trus telepon taksi deh, bereskan.

Begitulah, kalau suami isengnya lagi kumat. Tapi, lain hari saya balas keisengannya itu dengan menemani saya berbelanja. Bisa dibayangkan gimana mak-mak kalau lagi belanja, dengan penuh semangat dan nggak capek, jalan ke sana-ke sini trus balik lagi. Sedangkan suami, dengan wajah yang nyaris putus asa akhirnya mengibarkan bendera putih juga hehehe... dengan sebelnya, suami bilang "Ummi kalau diajak jogging kebanyakan ngelesnya yah, tapi kalau belanja gini, sanggup." Wah, bener juga yah, ini malah olahraga yang menyenangkan, tapi bagi suami menyengsarakan, udah capek, duit banyak habis lagi hihihi...

Itulah contoh keisengan kami, yang tetap berujung pada kesadaran bahwa kami memang berbeda, ada kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tanggal 10 nanti, pernikahan kami genap 5 tahun (separuhnya pernikahan Mbak Uniek :D). Selama menjalaninya tentu ada suka dukanya yah, Alhamdulillah lebih banyak sukanya :) Tapi nggak ada salahnya untuk saya share beberapa hal yang selalu saya tanamkan di dalam hati, yaitu:
  • Sebelum menikah, yang menjadi pusat perhatian seseorang adalah dirinya sendiri (egosentris). Namun setelah menikah, tidak ada lagi kata “aku” melainkan “kita”. Apabila selama ini kita hanya memikirkan kebutuhan dan keinginan diri kita sendiri, sekarang adalah kebutuhan dan keinginan bersama yang harus dipenuhi.
  • Kita tidak lagi berjalan sendirian. Ketika kita telah terikat dalam sebuah pernikahan, itu berarti bahwa kita telah sepakat untuk menjadikan seseorang (suami) menjadi bagian dari hidup kita. Kita harus menyediakan tempat bagi sebuah hati, kita tidak bisa melakukan segala sesuatunya seenak hati saja, karena ada hati lain yang harus kita jaga.
  • Kita tidak lagi seorang diri, ada sisian keseharian yang akan berbagi kehidupan dengan kita. Kita harus memahami bahwa bukan hanya keinginan kita semata yang harus selalu dituruti. Melainkan ada saatnya kita harus mengubah sesuatu demi menampung aspirasi pasangan. Melakukan segala sesuatu dengan ikhlas demi bahu membahu untuk mewujudkan tujuan bersama dalam mengarungi bahtera pernikahan.
  • Lelaki dan perempuan adalah dua makhluk ciptaan Allah yang memiliki berbagai perbedaan. Bukan sekedar berbeda secara fisik saja, melainkan juga cara berpikir, berkomunikasi, memandang suatu masalah, memahami, bereaksi atas suatu kejadian, memberikan penghargaan, bahkan bagaimana cara menunjukkan perasaan sayangnya kepada pasangan. 
  • Segala perbedaan peran yang ada, bukan berarti bahwa salah satu pihak menjadi lebih unggul atau lebih baik dari pihak yang lain, karena suami dan istri adalah partner. Suami dan istri harus bersinergi untuk bersama-sama mewujudkan sebuah pernikahan yang Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah. 
  • Lelaki yang menikahi kita adalah seseorang yang telah kita terima untuk menjadi bagian dari diri dan hari-hari kita. Ia adalah manusia, sama halnya dengan kita. Maka, kita harus siap menanggung risiko the dark side of human kind
  • Sebagai seorang istri, kita kerap kali beranggapan bahwa ketika sudah hidup bersama, suami akan mengerti dengan sendirinya mengenai apa yang kita inginkan. Padahal, kita dan suami memiliki cara berpikir yang berbeda, jalan berpikir yang tidak sama. Oleh karena itu, jangan berpikir menurut cara berpikir kita. Suami kita tetap seorang manusia biasa yang tidak mengetahui apa saja yang tersimpan di dalam hati. Bahkan sesuatu yang menurut kita tampak begitu jelas, bisa jadi menurut suami tidak. Sebaiknya kita menyampaikan secara langsung mengenai apa yang kita sukai dan apa yang tidak kita suka dan apa yang kita inginkan dari suami. Intinya adalah dengan membuka ruang komunikasi selebar mungkin.

Menikah bukan sekedar memiliki seseorang yang akan menjadi sisian keseharian,
Menikah berarti juga berjalan bersisian dan bergandengan tangan
Bersama menggapai SAMARA
(Oci YM)

Untuk Mbak Uniek dan Suami, Barakallah... semoga menjadi keluarga SAMARA sampai akhir masa. Segala kebaikan tercurah untuk Mbak sekeluarga.

Kisah pernikahan ini diikutsertakan pada Giveaway 10th Wedding Anniversary by Heart of Mine. 



8 komentar:

  1. Keisengan mbak dan suami bikin saya senyum-senyum sendiri :D
    Nice story, sukses ya mbak ^^

    BalasHapus
  2. 2 kepribadian yg disatukan, itulah pernikahan :) sukses juga utk GA ini ya, yg ini juga saya pengen ikutan, tapi belum tertulis aja nih... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mbak, aamiin... saya juga ngangsur nulisnya Mbak hehehe... :)

      Hapus
  3. ihh manisnya kisahnya ya...
    jadi inget bapake, iya paling males kalau disuruh nemenin belanja. hahaha

    good luck mbak Oci :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi... sepertinya memang kebanyakan suami rada males kalau diminta nemenin belanja yah Mbak :)

      Aamiin... Makasih Mbak

      Hapus
  4. hihihi.. senyum-senyum sendiri :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. seneng deh bisa bikin pengunjung senyum-senyum hehehe... Makasih udah mampir Mbak :)

      Hapus