2 Maret 2017

Sex Education Pada Anak



Sahabat Ummi...

Apa kabar? maaf yah, ngobrol bareng duo Ummi sempat libur. Buat sahabat yang udah nungguin obrolan kami (ecieeee... GR), minggu ini kami ngobrolin tentang sex education pada anak. Untuk postingan Mbak Naqi bisa dibaca di sini:

Untuk postingan ngobrol bareng sebelumnya:



Beberapa waktu yang lalu, di dunia maya terjadi kehebohan. Bukan tentang pilkada, tapi ini tentang salah satu buku yang menuai kontroversi. Buku yang disinyalir tidak tepat dalam konteks memberikan sex education kepada anak. Saya nggak akan bahas tentang itu di sini, silahkan mampir ke postingan ini saja yah buat yang penasaran dengan kasus tersebut, dan bagaimana tanggapan dari salah satu pakar parenting, Bunda Elly Risman.

Di postingan ini, saya hanya share tentang pengalaman saya dalam memberikan sex education kepada anak saya, khususnya Mbak Nai, yang saat ini sedang duduk di bangku kelas 2 Sekolah Dasar (SD).

Sahabat Ummi...

Kalau dengar kata sex education, masih banyak yang beranggapan bahwa ini membahas tentang hubungan sex, yang dilakukan oleh pasangan suami istri. Padahal, sex itu artinya adalah jenis kelamin. Jadi beda yah dengan seksualitas. Kalau seksualitas itu sendiri menyangkut beberapa hal:

  • Dimensi biologis: yang berkaitan dengan organ reproduksi. Bagaimana cara menjaga kebersihannya untuk kesehatan.
  • Dimensi psikologis: ini berkaitan dengan identitas peran jenis, tentang perasaan, dan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual.
  • Dimensi sosial: ini tentang bagaimana seksualitas muncul berkaitan dengan relasi antar manusia, dan bagaimana lingkungan memiliki pengaruh terhadap pembentukan pandangan tentang seksualitas dan pilihan dalam perilaku seks.
  • Dimensi kultural: ini tentang bagaimana perilaku seks itu adalah bagian dari budaya yang ada di masyarakat
Ada dimensi lain yang membahas secara detil berkaitan dengan seksualitas, bisa dibilang mencakup semua dimensi, yaitu dimensi agama. Bersyukur banget sebagai umat islam, kita punya panduan berupa Al-Qur'an dan hadist. Yang membahas dengan komplit tentang seksualitas.

Jadi, ini bukan sesuatu hal yang tabu untuk dibahas. Saya rasa, orang tua jaman sekarang banyak yang udah lebih paham dan mulai siap dalam sex education kepada anak-anak mereka. Why? karena sekarang jaman keterbukaan. Berbagai kemudahan dalam mengakses informasi. Bahkan kita bisa dapet ilmu cuma-cuma dari expert yang berbagi di grup-grup parenting online. Apalagi ini sebenarnya udah jadi KEBUTUHAN.

Yup, kita sebagai orang tua harus sadar bahwa kita butuh ilmu tentang sex education. Sebaiknya, kita adalah orang pertama yang melakukan sex education kepada anak-anak kita. Jangan sampai anak-anak kita belajar sendiri dari informasi-informasi yang malah tidak tepat, bahkan menyesatkan. Walaupun, sex education sebenarnya telah disisipkan dipelajaran-pelajaran sekolah seperti pelajaran agama, biologi, dan bimbingan konseling. Tapi, itu aja tentu nggak cukup. Komunikasi dari orang tua ke anak, penting banget.

Nah, dalam melakukan sex education, hal yang paling penting adalah menyampaikannya disesuaikan dengan usia anak, daya tangkapnya. Kapan bisa dilakukan? tentu saja sejak dini.

Pengalaman saya, saat Mbak Nai sudah bisa mengenali organ tubuhnya, maka saya juga menjelaskan fungsinya. Tapi, saat ini diusianya yang hampir 8 tahun, belum masuk tentang fungsi reproduksi. Oh iya, dalam memperkenalkan organ intim, saya nggak menyebutnya dengan benda lain. Tapi, menggunakan sebutan yang ilmiah, vulva, yaitu bagian paling luar dari keseluruhan sistem reproduksi. Saran saya, jangan gunakan perumpamaan yang lain. Atau bisa juga dengan menyebutnya sebagai kemaluan, sesuai dengan yang disebutkan di dalam Al-Qur'an.

Trus apalagi?

Di usia di atas 5 tahun, ia sudah paham tentang perbedaan antara laki-laki dengan perempuan. Ia juga sudah paham bagaimana menjaga kebersihan tubuh dan alat kelaminnya. Ini penting banget, terutama tentang teknik membasuhnya, yaitu harus dari depan dulu baru ke belakang. Jangan sampai terbalik.

Trus, ia juga sudah ingin tahu darimana ia dan adek Khai dilahirkan. Karena saya melahirkan mereka lewat operasi cesar, jadi saya tinggal tunjukin bekasnya aja. Jadi, untuk temans yang melahirkan lewat persalinan normal, boleh share dong gimana pengalamannya dalam menjelaskan hal ini ke anak. Kalau tentang asal usul dia dan adeknya, untuk saat ini masih paham sebatas asalnya pemberian dari Allah subhanahu wa ta'ala.

Next, yang kudu saya persiapkan adalah pembahasan tentang perubahan bentuk tubuh dan menstruasi. O yah, yang nggak kalah penting juga nih, saya udah memberikan pemahaman kepada Mbak Nai, tentang bagian tubuh mana yang nggak boleh di lihat dan disentuh oleh orang lain. Kuncinya tentang rasa malu, sebagai pondasi yang udah saya bangun sejak dini. Caranya, tidak mengganti pakaian sembarangan tempat, secara terbuka. Menjaga model pakaiannya. Untuk keluar rumah, sejak bayi anak-anak saya udah terbiasa memakai kerudung. Untuk pakaian keseharian, menggunakan bawahan yang panjangnya di bawah lutut. Saat menggunakan rok atau gamis, selalu memakai celana legging di dalamnya.

Oke deh, segitu dulu share dari saya. Moga bermanfaat dan membuat kita jadi makin semangat untuk mencari ilmu tentang bagaimana memberikan sex education kepada anak. Silahkan temans share pengalamannya juga di kolom komentar. ^__^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar