29 April 2013

Rahasia Mewujudkan Anak Shaleh-Shalihah dan Berprestasi


Minggu, tanggal 28 April 2013 kemarin, saya mengahadiri seminar parenting nasional Rahasia Mewujudkan Anak Shaleh-Shalihah dan Berprestasi oleh Yani Hamdani, S.SI, Lc, SLC yang ditaja oleh Sumayyah Privat Pekanbaru. Info seminar ini saya dapatkan saat menghadiri SALIMAH FAIR lalu. Bapak Yani Hamdani adalah salah satu narasumber talkshow parenting yang diadakan di acara salimah. Dan, ternyata suami saya sudah lebih dulu mengenal beliau. Akhirnya saya dikenalkan oleh suami. Singkat kata, beliau sharing mengenai kegiatannya dan bengkel belajar yang dikelolanya. WOW... trainer yang memegang lisensi dari buzan supermapp Asia dan beberapa lisensi lainnya ini memang luar biasa. Program-program mereka baik untuk jasa konsultasi manajemen sekolah atau program-program untuk siswa dan masyarakat (parenting), merupakan program yang apik. Salah satu program pelatihan mereka adalah Buzan Supermapp, dan saya juga menggunakan teori ini saat menulis buku duet yang baru saja kelar beberapa waktu yang lalu.

Tak cukup sampai di situ, ada kekaguman lagi yang saya rasakan saat mengetahui bahwa pimpinan dari Sumayyah Privat Pekanbaru (yang mengadakan acara ini) adalah seorang mahasiswi akhir di Universitas Islam Negeri Riau. Sumayyah Privat sama halnya dengan bimbel privat untuk siswa-siswi yang  menginginkan bimbingan/tambahan belajar (les) secara personal dengan didatangi langsung ke rumah. Hanya saja, yang membedakan Sumayyah Privat dari bimbel privat lainnya adalah kegiatan yang dilakukan. Tidak sekedar mengajar pelajaran tertentu, Sumayyah juga melakukan kegiatan berupa belajar mengaji, kultum, dan diskusi masalah. Sumayyah memadukan IQ, EQ, dan SQ dalam program-programnya dengan tujuan untuk menumbuhkan muslimah hebat.


Pengajar-pengajar di Sumayyah yang berjumlah 25 orang adalah mahasiswi-mahasiswi UIN yang juga tergabung di YPPI (Yayasan Pembinaan Pelajar Islam), yang membina rohis-rohis di sekolah-sekolah di Pekanbaru. Berangkat dari fenomena-fenomena yang terjadi pada remaja, khususnya remaja perempuan, yang sering dilanda galau, dan membutuhkan tempat untuk sharing, Syarifah Wulandari (pimpinan Sumayyah Privat) mengambil peluang ini. Ini adalah salah satu kesempatan bagaimana bisa membina anak-anak dan remaja putri, agar cerdas IQ, EQ, dan SQ nya secara intens, nyaman, dan menyenangkan.

Nah, luar biasa bukan. Saya tertegun, latar belakang pendidikan saya  adalah S.Pd, tapi saya belum bisa dan tak pernah terpikir untuk berbuat seperti Wulan dkk di Sumayyah Privat. Latar belakang pendidikan saya MM, tapi saya belum bisa untuk sampai ke program-program manajemen seperti yang dilakukan oleh Bapak Yani Hamdani. Ah... Alhamdulillah saya menulis, setidaknya ada sedikit jejak yang bisa saya tinggalkan. Dan, besar sekali harapan saya agar kelak bisa juga berkontribusi seperti mereka.


Kembali ke seminar nasionalnya. Kalu dilihat dari temanya, Rahasia Mewujudkan Anak Shaleh-Shalihah dan berprestasi tentu setiap orang tua ingin mengetahui bagaimana rahasianya. Orang tua mana sih yang nggak mau punya anak shaleh dan shalihah. Anak yang tidak hanya membanggakan namun juga bisa mendoakan kelak saat orang tuanya tiada. Anak yang bermanfaat bagi agama dan orang-orang di sekitarnya. Dan, rahasianya adalah rahasia umum. Duh, kenapa saya bilang bahwa itu rahasia umum, karena bagi kita orang tua yang sering menghadiri seminar atau talkshow parenting, membaca buku-buku parenting, mungkin sudah mengetahui dengan baik apa rahasia tersebut. Nggak percaya? baiklah, saya akan membahasnya secara singkat ke dalam beberapa poin:
  • Anak yang shaleh dan shalihah itu tidak dilahirkan, melainkan diciptakan. Nah, kalau pengen punya anak shaleh dan shalihah, sebagai orang tua kita juga kudu shaleh dan shalihah juga. Bagaimana pun, orang tua adalah model/contoh bagi anak-anaknya. Benar, memang tidak ada orang tua yang sempurna, yang ada hanyalah orang tua yang berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan, semua itu adalah proses, proses belajar yang kita jalani seumur hidup.
  • Sebagai orang tua, jangan sampai kita menjudge negatif anak-anak kita, jangankan mengatakannya (hal-hal negatif), terlintas dalam pikiran saja jangan. Kita harus ingat bahwa Allah itu sesuai sangkaan hambanya, maka berusahalah untuk selalu berprasangka baik. Kekurangan/masalah yang terjadi pada anak, harus kjita telusuri sebabnya, jangan hanya menyalahkannya saja.
  • Perbaikilah pola komunikasi kita terhadap anak. Nah, inilah yang paling sering menjadi masalah bagi kita, saat anak enggan untuk melakukan apa yang seharusnya mereka laukukan, mis shalat, belajar atau dimintai tolong sesuatu. Sebagai orang tua, kita kudu kreatif dalam mengemas kalimat perintah itu. contoh, "Abang mau shalat berjamaah di rumah atau shalat di masjid?." Nah, kalimat perintah tersebut memiliki maksud yang sama dengan kalimat perintah yang biasa kita berikan kepada anak, "Abang, ayo shalat sana!." Namun, memiliki rasa yang berbeda bukan?, jadi sampaikanlah perintah tersebut dengan menggunakan 2 alternatif yang sesungguhnya memiliki konsekuensi yang sama.
  • Biasakan untuk memotivasi anak dengan mengatakan bahwa "Kita menginginkan ia melakukan yang terbaik", bukan "Kita menginginkan ia mendapatkan hasil yang terbaik." Jadi, jangan berorientasi terhadap hasil, karena bisa jadi untuk mendapatkan hasil yang terbaik, ia malah menggunakan cara yang curang (menghalalkan berbagai cara). Bagaimana pun, yang terpenting itu adalah prosesnya.
  • Jangan menjadi orang tua yang traumatis (istilah ini saya pinjem dari Mbak Vida Rabia'ah Al Adawiyah). Orang tua yang traumatis adalah orang tua yang berusaha untuk memenuhi seluruh kebutuhan anak-anaknya secara berlebihan (memanjakan berlebihan), dengan dalih bahwa dia tidak ingin anaknya tidak mendapatkan sesuatu seperti saat dia kecil dulu alias yang tidak diberikan oleh orang tuanya dulu. Tidak hanya itu, oarang tua yang traumatis juga akan mendidik anaknya sebagaimana dia dididik oleh orang tuanya dulu. Padahal, didikan tersebut belum tentu sesuai karena didiklah anakmu sesuai dengan zamannya. Gampangnya gini deh, kalau dulu kita sebel saat ortu nyuruh kita shalat, belajar, atau ngerjain sesuatu, kita jangan pakai cara menyuruh yang sama ke anak-anak kita. Wong kita dulu aja nggak suka, apalagi anak kita sekarang.
  • Buatlah target-target atau pencapaian yang kita inginkan dari anak, dengan cara membuat tabel, menuliskan target-target tersebut, cara mewujudkannya, jangka waktu, dan evaluasinya. Tujuannya, agar kita bisa memaksimalkan kegiatan dan potensi yang dimiliki oleh anak.
Yah, itulah poin-poin yang bisa saya sharing, gimana, manggut-manggut dan merasa familiar terhadap seluruh atau beberapa poin tersebut nggak?. kalau iya, berarti benar apa yang sudah saya sampaikan sebelumnya, kebanyakan dari kita mungkin memang sudah mengetahui rahasia-rahasia tersebut. Hanya saja, nggak sedikit juga dari kita yang masih terbata-bata dalam melakukannya. Nggak papa, karena sekali lagi itu adalah sebuah proses, yang penting kita sudah berusaha untuk melakukannya. Semangaaaaaaat Ummi, Abi ^_^


Bersama Bapak Yani Hamdani dan Panitia (Sumayyah Privat Pekanbaru)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar