14 September 2016

Lebaran Idul Adha di Kampung


Baliiiiiiiik kampuuuuuuuung.... ooo... balik kampuuuuung....

Sepanjang jalan, Mbak Nai dan Adek Khai heboh nyanyiin lagu di salah satu serial Upin dan Ipin. Pasalnya, lebaran kali ini kami akan merayakannya di kampung Ibu saya, omanya anak-anak yang nggak jauh sih, cuma 1,5 jam perjalanan. Deket yah, tapi istimewa karena udah lamaaaaaaaa banget nggak merayakan lebaran Idul Adha di kampung, lebih dari 10 tahun, sejak nenek saya meninggal dunia. Sekarang, yang ada di sana, keluarga besar Ibu saya. Istimewanya lagi, tahun ini, Abang Ibu saya yang tinggal di Malaysia juga pulang kampung. Jadi, lebaran kali ini rame banget.

Memori saya masih amat terang tentang masa kecil saya yang hampir tiap tahun merayakan lebaran Idul Adha di kampung Ibu. Saya ingat betul, saat asyik berkeliling kampung dengan menggunakan sepeda, melihat hampir di setiap rumah orang-orang tengah sibuk membuat lemang. Lemang adalah makanan tradisional di daerah kampar. Ada 2 jenis lemang di sini, lemang yang terbuat dari tepung atau disebut juga dengan lemang tumbuk, dan lemang pulut yang dimakan dengan tapai ketan hitam atau sarikaya. Cara pembuatannya juga unik, adonannya dimasukkan ke dalam bambu lalu di panggang.



Trus, di sini tak hanya Sapi yang dijadikan hewan qurban, tapi juga Kerbau. Setelah daging qurban dibagi-bagikan, bisa dikatakan setiap rumah akan langsung mengolahnya hari itu juga, untuk menu yang sama, yaitu bagian tulangnya di sop, sedangkan daging (beserta hati, limpa, paru) akan direndang, atau di dendeng. Jadi, kalau kita makan di rumah-rumah saudara, lauknya bakal sama. Nggak bakal nemu ada daging yang diolah jadi tongseng, rawon, sate, steik atau lada hitam hihihi...


Bisa dipastikan, lebaran di kampung itu bisa bikin perut maki buncit dan badan susah gerak karena kekenyangan. Gimana nggak, tiap berunjung ke rumah saudara, kudu makan. Asyik sih, karena rasa masakan di sini tu beda banget dengan masakan yang biasa di masak di rumah. Di sini masih banyak yang menggunakan tungku dengan kayu bakar. Trus, pas lebaran inilah aneka makanan tradisional unjuk gigi, seperti lemang dan putu.

Anak-anak saya juga senang. Adek Khai si pecinta hewan asyik main di luar, main sama kucing, ayam, dan bebek. Sedangkan Mbak Nai, bersepeda keliling bareng sepupunya. Melihat sawah, kolam ikan, sungai, dan kebun jeruk. Anak-anak ini kelihatan banget kalau biasanya cuma dikurung di dalam rumah hahaha... Untung aja air irigasi lagi kering, kalau nggak nih anak-anak udah pada heboh minta nyemplung di sana.


Selepas maghrib kami pun kembali pulang. Mbak Nai bilang, pengen lebaran di sini terus. Hmmmm... oke, bagus juga biar dia kenal semua saudaranya. Nggak kaya' Umminya yang udah banyak lupanya, nama sepupu or ponakan aja pada nggak inget, habis saking banyaknya sih :D



2 komentar: