Kangeeeeeeen…
udah beberapa hari ini nggak posting, bukannya nggak ada hal yang bisa dishare,
tapi Allah lagi nyatakan cinta-Nya pada saya, Dia memberikan saya sakit.
Jadi, siang itu sepulang menjemput Nai
dari sekolah tempatnya bermain, mendadak perut saya sakiiiiiiit. Saya udah feeling ada sesuatu dengan tubuh saya,
soalnya malamnya saya memang sempat muntah, kemungkinan asam lambung saya
sedang naik. Berhubung di rumah Cuma ada saya dan Nai, sementara sakit perut
saya nggak tertahankan, akhirnya saya menghubungi Abi dan minta untuk segera
pulang.
Sesampainya di
rumah, Abi membuatkan saya segelas madu hangat. Saya langsung rebahan, namun sakitnya tak kunjung usai. Mulut saya terasa
sangat pahit, lambung saya begitu sakit, perut juga melilit seperti kain yang
sedang diperas sewaktu mencuci. Berhubung Omanya Nai (Ibu saya) udah pulang
dari mengajar, Abi berencana untuk meninggalkan saya dan kembali ke kantor
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi, tiba-tiba saya mendadak semaput aka
pingsan, Abi pun batal pergi.
Tubuh saya mendadak dingin, memucat, gemetaran,
nafas terengah-engah. Duhai, ada apa ini, mendadak saya merasa sangaaaaat
takut. Saya memegang dan mencium tangan Nai yang sedang tertidur pulas. Dalam hati,
tiada henti saya beristighfar dan bershalawat.
Setelah mengunyah 2 tablet obat maag, Oma Nai lalu
menyuapi saya makan. Saya hanya mampu menelan 2 suapan saja, itupun dengan
susah payah. Begitu juga dengan seteguk air yang terasa begitu sulit untuk
tertelan. Tak lama, perut saya kembali melilit hebat, saya harus dipegangi dan
ditemani ke kamar mandi, karena khawatir saya pingsan, Abi ikut menunggui saya.
Ya ampuuuuun... saya begitu malu, perasaan yang sama sewaktu saya ditunggui di
kamar mandi dulu setelah melahirkan Nai. Di kamar mandi, sekitar 10 menit saya
mengeluarkan begitu banyak kotoran (BAB) yang mencair bahkan nyaris seperti air
saja.
Selesai dari kamar mandi, saya sedikit enakkan
kendati lambung masih berasa ditusuk-tusuk. Saya berpikir keras, apakah saya
salah makan? Tapi rasanya tidak. Ah, saya berpikir positif saja, bahwa Allah
hendak menggugurkan dosa-dosa saya.
Jam 4 sore, Abi pergi. Hari ini dia
ada kuliah sampai jam 9 malam. Kondisi saya sudah lumayan membaik dan ada
Omanya nai yang menemani saya. Setelah tidur, saya merasa sakitnya berkurang. Bahkan
saya sudah bisa menelan makanan walau masih beberapa suapan saja. Apalagi,
dengan lucunya Nai menyuapi saya.
Saat sakit, kita baru tersadar
betapa nikmatnya sehat. Sebuah nikmat yang harus kita syukuri setelah nikmat
iman. Saat sakit, kita baru
merasakan betapa tidak maksimalnya ibadah kita selama kita sehat. Hal ini saya
rasakan saat saya terpaksa shalat dalam kondisi duduk.
Saat sakit, sungguh kita baru sadar bagaimana perasaan
orang-orang yang mencintai kita.
Saat sakit, Allah ingin kita lebih
memperhatikan-Nya.
Saya sangat terharu, ketika Nai berkata (berdoa
dengan mengangkat kedua tangannya):
”Ya Allah, tolong sehatkan Ummi dedek Ya Allah....
Aamiin”
Nai terus-terusan memeluk saya, lalu tiap sebentar
bertanya apakah saya sudah sehat, jika jawaban saya belum, ia akan kembali
berdoa. MasyaAllah... terima kasih nak...
Kini, setelah beberapa hari saya beristirahat,
Alhamdulillah kesahatan saya sudah kembali pulih. Jika ada pertanyaan kenapa
nggak ke dokter?, bukannya saya tidak mau, tapi saya masih berikhtiar untuk
sembuh dengan jalan mengkonsumsi madu dan habbatussauda, makan, beristirahat (tidur),
dalam upaya untuk meminimalisir masuknya obat-obatan kimia ke tubuh saya. Saya
juga merasa yakin, bahwa Allah akan berkenan memberikan kesembuhan kepada saya.
Alhamdulillah...
"Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu
penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersama
dosa-dosanya, seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Udah sembuh kan mbak Oci? Aku turut sedih T___T
BalasHapusUdah Mbak Eka, Alhamdulillah ^_^
BalasHapus