Saat ini, jika
ada yang bertanya apa sajakah kegiatan yang saya lakukan di rumah, pasca resign
dari pekerjaan saya sebagai seorang dosen di salah satu Sekolah Tinggi yang ada
di kota saya, maka saya akan menjawab menulis dan berbisnis. Wah, keren bukan, dan
pertanyaan baru akan kembali muncul. Bisnis apakah yang sedang saya jalani
sekarang. Bisnis gado-gado, eits.. bukan berarti saya jualan gado-gado yah
hehehe.. saya sama sekali tidak mahir dalam membuat gado-gado, cuma doyan makan
dan beli saja. Jadi, bisnis gado-gado itu adalah bisnis yang beraneka ragam
tanpa spesifikasi. Kenapa demikian?, karena saya tidak mengklasifikasikan
produk dan jasa yang saya bisniskan. Tapi jelas mensegmentasi konsumennya.
Jadi, saya bisa menjadi penjual pakaian, kerudung, mukena, bros, tas, produk
kesehatan herbal, produk kecantikan herbal, buku, gelang, cincin, dll.
Hmmm.. jika
dilihat secara sepintas, sepertinya kemampuan berdagang saya bisa masuk dalam
kategori ”lumayan”. Padahal, semuanya baru sekedar proses. Ya, sebuah proses
pembelajaran bagi seseorang yang suka belanja seperti saya, yang paling tidak
tahan jika ada produk bagus, yang bisa bisulan eh jerawatan kalau sesuatu yang
diinginkan tidak kesampaian, bahkan suka sakit gigi kalau ada yang melebihi,
pantang mendengar kata diskon. Wah, julukan the
queen of shopping memang tepat untuk saya saat itu. Saya sebagai
satu-satunya anak perempuan di keluarga, yang otomatis tidak memiliki
“saingan”, terbiasa dimanjakan dengan fasilitas belanja (wah kebayangkan berapa
banyak produk untuk perempuan, dari ujung rambut sampai ujung kaki).
Namun, setelah
menikah semua perlahan berubah. Memiliki seorang suami yang menjunjung tinggi
kesederhanaan dan alergi pemborosan (hayyyah). Walaupun pada awalnya super
duper tidak tega melihat saya yang harus makan hati berulam jantung saat
mencoba belajar untuk menahan diri dari hobi belanja, yang kebanyakan
berbelanja sesuatu yang diinginkan dan bukan yang dibutuhkan.
Gambar pinjem dari sini
Oke lah, pada
awalnya saya meyakinkan suami bahwa ia telah berhasil menyulap saya. Padahal
kenyataannya, saya masih berbelanja tanpa sepengetahuannya, secara diam-diam,
lalu menyembunyikan hasil “buruan” saya dan menahan diri dengan memakainya
secara berangsur-angsur. Hmmm.. dasar amatiran, akhirnya saya ketahuan. Kali
ini yang lebih ekstrim lagi, suami meminta saya untuk meninggalkan beberapa
barang saja yang memang saya butuhkan dan paling sering saya gunakan. Dengan
berat jiwa dan raga (lebay mode on),
saya menurutinya. Tas, pakaian, sandal, sepatu, kerudung, dan beberapa macam
asesoris keperempuanan lainnya, berangsur-angsur berpindah tangan , dibagi-bagi
secara gratis yang oleh suami saya yang disebut disedekahkan bukan dilelang
(kalau dilelangkan lumayan, ada cash back
nya hihihi). Saya hanya bisa terdiam dan menangis bombay di dalam hati, sambil
berteriak teganya.. teganya.. teganya..
Semenjak hari
itu, dengan dalil bahwa boros itu kawannya syaitan, sang suami terus-terusan
untuk mengompori saya agar belajar untuk menjadi smart buyer. Bahkan, ia
mengajak saya untuk bertamasya melihat orang-orang yang hidupnya serba terbatas
dan ironinya dulu saya malah berbelanja serba beringas. Tapi hari ini, saya
sudah mulai terbiasa, walaupun masih suka sedih melihat lemari, rak sepatu,
atau kotak perhiasan yang begitu lapang, karena penghuni sebelumnya yang
berdesak-desakan itu telah berpindah tempat.
It’s oke. Toh, saat ini saya hanyalah
seorang mommy stay at home . Keluar
rumah jika memang ada urusan penting dan silaturahmi saja. Berbeda sekali saat
masih bekerja. Karena pekerjaan saya saat ini, bebas mau menggunakan baju dinas
apa saja hehehe.. Nah, berawal dari semua inilah saya mulai menjadi smart buyer dan smart seller. Bagaimana dengan Anda?.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusOh iya mak, di option "Beri komentar sebagai" kalau bisa ditambahi option "Anonymous URL" spy sy bisa login dg http://www.burselfwoman.com/ thank you
BalasHapusSaya sih meski dulunya juga anak perempuan satu-satunya, nggak pernah beli sesuatu kalau tidak benar-benar perlu atau yang saya miliki sudah rusak, termasuk gadget yg perkembangannya cepat, juga sepatu, tas,dsb. Kadang sampai capek nunggu benda2 milik saya rusak tapi nggak rusak2 pdhl sudah jadul heheheee..
BalasHapushihihi.. kadang sy masih suka kelepasan mbak.. blm bener2 bisa jd smart buyer :D
BalasHapusOke Mbak Lusi, nanti saya setting lagi yah.
BalasHapusWah, hebat dong Mbak, beda banget sama saya yah hehehe... ^_^
Memang kadang kita masih sering kalaps yah Mbak kalau udah urusan belanja ^_*
BalasHapus*toss dulu dong ah*
BalasHapusklo masih kerja dulu, punya duit sendiri, yaaaah apa aja yg mau bisa dibeli. tapi sekarang meranaaaa, gak berani minta duit tambahan hihihi....
utk sementara, jadi banci giveaway, lumayanlah dpt gretongan hihihi....
hahaha... aseli ngakak sayah sama komen Mbak Eka, betoooool banget Mbak :D
BalasHapusSalam kenal aja deh kalau gitu
BalasHapusterimakasih infonya agan, semoga sukses.
BalasHapushttp://obathipertiroidhipertiroid.wordpress.com/
That Like
BalasHapushttp://obateksimobateksimacemaxs.wordpress.com/
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus