24 Oktober 2012

Perkenalkan saya (bukan) Rebecca Bloomwood


Saat ini, jika ada yang bertanya apa sajakah kegiatan yang saya lakukan di rumah, pasca resign dari pekerjaan saya sebagai seorang dosen di salah satu Sekolah Tinggi yang ada di kota saya, maka saya akan menjawab menulis dan berbisnis. Wah, keren bukan, dan pertanyaan baru akan kembali muncul. Bisnis apakah yang sedang saya jalani sekarang. Bisnis gado-gado, eits.. bukan berarti saya jualan gado-gado yah hehehe.. saya sama sekali tidak mahir dalam membuat gado-gado, cuma doyan makan dan beli saja. Jadi, bisnis gado-gado itu adalah bisnis yang beraneka ragam tanpa spesifikasi. Kenapa demikian?, karena saya tidak mengklasifikasikan produk dan jasa yang saya bisniskan. Tapi jelas mensegmentasi konsumennya. Jadi, saya bisa menjadi penjual pakaian, kerudung, mukena, bros, tas, produk kesehatan herbal, produk kecantikan herbal, buku, gelang, cincin, dll.

Hmmm.. jika dilihat secara sepintas, sepertinya kemampuan berdagang saya bisa masuk dalam kategori ”lumayan”. Padahal, semuanya baru sekedar proses. Ya, sebuah proses pembelajaran bagi seseorang yang suka belanja seperti saya, yang paling tidak tahan jika ada produk bagus, yang bisa bisulan eh jerawatan kalau sesuatu yang diinginkan tidak kesampaian, bahkan suka sakit gigi kalau ada yang melebihi, pantang mendengar kata diskon. Wah, julukan the queen of shopping memang tepat untuk saya saat itu. Saya sebagai satu-satunya anak perempuan di keluarga, yang otomatis tidak memiliki “saingan”, terbiasa dimanjakan dengan fasilitas belanja (wah kebayangkan berapa banyak produk untuk perempuan, dari ujung rambut sampai ujung kaki).

Namun, setelah menikah semua perlahan berubah. Memiliki seorang suami yang menjunjung tinggi kesederhanaan dan alergi pemborosan (hayyyah). Walaupun pada awalnya super duper tidak tega melihat saya yang harus makan hati berulam jantung saat mencoba belajar untuk menahan diri dari hobi belanja, yang kebanyakan berbelanja sesuatu yang diinginkan dan bukan yang dibutuhkan.

Gambar pinjem dari sini

Oke lah, pada awalnya saya meyakinkan suami bahwa ia telah berhasil menyulap saya. Padahal kenyataannya, saya masih berbelanja tanpa sepengetahuannya, secara diam-diam, lalu menyembunyikan hasil “buruan” saya dan menahan diri dengan memakainya secara berangsur-angsur. Hmmm.. dasar amatiran, akhirnya saya ketahuan. Kali ini yang lebih ekstrim lagi, suami meminta saya untuk meninggalkan beberapa barang saja yang memang saya butuhkan dan paling sering saya gunakan. Dengan berat jiwa dan raga (lebay mode on), saya menurutinya. Tas, pakaian, sandal, sepatu, kerudung, dan beberapa macam asesoris keperempuanan lainnya, berangsur-angsur berpindah tangan , dibagi-bagi secara gratis yang oleh suami saya yang disebut disedekahkan bukan dilelang (kalau dilelangkan lumayan, ada cash back nya hihihi). Saya hanya bisa terdiam dan menangis bombay di dalam hati, sambil berteriak teganya.. teganya.. teganya..

Semenjak hari itu, dengan dalil bahwa boros itu kawannya syaitan, sang suami terus-terusan untuk mengompori saya agar belajar untuk menjadi smart buyer. Bahkan, ia mengajak saya untuk bertamasya melihat orang-orang yang hidupnya serba terbatas dan ironinya dulu saya malah berbelanja serba beringas. Tapi hari ini, saya sudah mulai terbiasa, walaupun masih suka sedih melihat lemari, rak sepatu, atau kotak perhiasan yang begitu lapang, karena penghuni sebelumnya yang berdesak-desakan itu telah berpindah tempat.

It’s oke. Toh, saat ini saya hanyalah seorang mommy stay at home . Keluar rumah jika memang ada urusan penting dan silaturahmi saja. Berbeda sekali saat masih bekerja. Karena pekerjaan saya saat ini, bebas mau menggunakan baju dinas apa saja hehehe.. Nah, berawal dari semua inilah saya mulai menjadi smart buyer dan smart seller. Bagaimana dengan Anda?.




13 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Oh iya mak, di option "Beri komentar sebagai" kalau bisa ditambahi option "Anonymous URL" spy sy bisa login dg http://www.burselfwoman.com/ thank you

    BalasHapus
  3. Saya sih meski dulunya juga anak perempuan satu-satunya, nggak pernah beli sesuatu kalau tidak benar-benar perlu atau yang saya miliki sudah rusak, termasuk gadget yg perkembangannya cepat, juga sepatu, tas,dsb. Kadang sampai capek nunggu benda2 milik saya rusak tapi nggak rusak2 pdhl sudah jadul heheheee..

    BalasHapus
  4. hihihi.. kadang sy masih suka kelepasan mbak.. blm bener2 bisa jd smart buyer :D

    BalasHapus
  5. Oke Mbak Lusi, nanti saya setting lagi yah.


    Wah, hebat dong Mbak, beda banget sama saya yah hehehe... ^_^

    BalasHapus
  6. Memang kadang kita masih sering kalaps yah Mbak kalau udah urusan belanja ^_*

    BalasHapus
  7. *toss dulu dong ah*
    klo masih kerja dulu, punya duit sendiri, yaaaah apa aja yg mau bisa dibeli. tapi sekarang meranaaaa, gak berani minta duit tambahan hihihi....

    utk sementara, jadi banci giveaway, lumayanlah dpt gretongan hihihi....

    BalasHapus
  8. hahaha... aseli ngakak sayah sama komen Mbak Eka, betoooool banget Mbak :D

    BalasHapus
  9. Salam kenal aja deh kalau gitu

    BalasHapus
  10. terimakasih infonya agan, semoga sukses.
    http://obathipertiroidhipertiroid.wordpress.com/

    BalasHapus
  11. That Like

    http://obateksimobateksimacemaxs.wordpress.com/

    BalasHapus
  12. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  13. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus