Hai.... mau curhat lagi nih. ’Gi sibuk nggak?
Again?
Kali ini tentang apa?Hmm..
biar aku tebak:
arisan? masakan? liburan? atau anakmu yang susah diatur?
Tidak ada satupun tebakanmu yang tepat. Ini
tentang sesuatu yang sensitif.
Hahaha... aku tahu. Berat badanmu yang tak kunjung turun. Come on, aku sudah bilang berhentilah
menjadi emosional eater! Dengan maag
akut dan anemia, aku tidak ada saran untuk program dietmu. Hmmm... sebaiknya
cari dokter saja.
Tebakanmu tetap salah! Ini tentang suamiku.
Suamimu? Apa tidak salah. Hey... itu terlarang,
kau sudah lupa? Dulu kau bilang, untuk hal yang satu itu hanya ada satu tempat
yang kau percaya untuk mencurahkan semuanya. Kenapa? Apa kau sudah susah untuk bangun
malam?
Ini urgen! Aku butuh seorang MANUSIA! Tinggal
jawab, bersedia atau tidak?
Oh, oke. Karena kau butuh manusia, aku bersedia,
kalau tidak siapa lagi
yang mau menjadi tong sampah kegalauanmu. Tapi aku minta 2 hari lagi. Berhubung
tema yang berat, aku takut tidak bisa konsentrasi untuk meeting besok.
Loh kalau meeting
besok, kenapa harus minta 2 hari? Ah! rasanya aku mau meledak!
Hahaha.. jangan sampai meledak. Sungguh, aku
tidak ingin menjadi orang yang dimintai pertanggung jawaban. Aku tidak bisa
karena ada urusan domestik, istriku yang cerewet itu minta dibelikan tas baru
untuk arisannya minggu depan. Parahnya lagi, ia meminta agar aku mencarinya
sendiri. Kau tahu, tidak ada satupun persamaan dari kami selain CINTA. Sudah
pasti tas itu tidak akan sesuai dengan seleranya.
Menurutku, kau hanya perlu sedikit menajamkan instingmu.
Lihat koleksi tasnya, kau
bisa tahu bagaimana seleranya.
Yeah... terakhir kali aku membelikannya sepatu,
satu-satunya yang pas hanyalah ukurannya. Kau tahu, model dan warnanya hanya
bernilai 30, keterlaluan! Angka 30 itu berarti tak sampai separuh dari
seleranya. Padahal aku pikir cocok dengan koleksi sepatunya.
Kau payah!
Apa maksudmu?
Seharusnya yang kau lakukan adalah lihat merek
sepatu koleksinya. Istrimu bukanlah tipe smart
buyer, tapi the queen of shopping
dan penggila produk branded. Lalu,
kau tinggal menanyakan kepada si penjaga toko yang mana sepatu keluaran
terbaru. Atau, kau bisa berselancar di dunia maya untuk mencari informasi dan
membeli online tanpa harus menyita waktumu. So,
lakukan juga cara itu untuk membeli tasnya.
Hahaha.. That’s right! Bahkan untuk bonusnya, aku
berencana memberi sebuah kartu ucapan yang akan aku selipkan di dalam tas itu
nantinya.
So sweet… idemu brilian!.
***
Beberapa hari kemudian..
Hai, tidak jadikah. Apakah kau berubah pikiran? Atau
jangan-jangan kau sudah meledak.
Hello… where are you?
Tik.. tok..
Baiklah... mungkin kau sekarang memang butuh
hibernasi. Kalau kau memutuskan untuk kembali, i’m here. ^_^
***
Sehari setelahnya..
Missing me?
No, miss u..
Berhasil mencari
tas untuk istrimu?.
Hey… it’s not about
me, but you….
Answer my question,
please....
Hmmm.. berhasil.
Tapi aku masih menyimpannya, sebaiknya aku berikan nanti saja bertepatan dengan
hari ibu. She’s a good mother.
Oh… oke, good luck.
That’s all. How about
you?.
Hahaha...ternyata kau begitu penasaran... berbeda sekali dengan
waktu itu…
Jangan
bercanda lagi, kau membuatku susah tidur!
Oh yah? Really?
Kau membuatku tersanjung…
Hah... cukup dengan itukah aku bisa membuatmu tersanjung.
Hahaha… next, aku mau bilang bahwa aku
memutuskan untuk menceritakan masalahku ke orang lain saja.
What! Kepada siapa akan kau ceritakan semua itu?
Hey! Calm
down! Dia seorang wanita. Aku tidak punya lelaki lain selain kau. Aku merasa, memang sebaiknya aku bicara
dengan sesama wanita saja. Kau ingat, aku punya seorang sahabat bukan? Tapi begitulah...
saat kita berada dalam suatu kondisi yang sudah berbeda, bahkan untuk sekedar say hello saja serasa begitu sulit.
Jarak, waktu, dan kesibukan masing-masing membuat semuanya berubah, tapi dia
tetap sahabatku dan kami saling mengerti.
Sudah dipikirkan baik-baik?
Of course! Lagipula ini permasalahan
wanita. Hanya wanita yang bisa
saling mengerti dan memahaminya.
Hahaha... ku pikir hanya aku yang bisa mengerti
kamu.
GR! Dia bahkan lebih dahulu mengenalku.
Oke... wanita memang seperti itu. Tak pernah
kehabisan topik untuk diperbincangkan, seolah seluruh dunia bisa dia
terjemahkan lewat kata-katanya yang mengalir panjang x lebar x tinggi.
Wew... aku rasa kadar sensitivitasmu terlalu
tinggi atau kau kelewat saklek dalam
mengartikan semuanya. Wanita memang ditakdirkan suka berbagi, semata hanya
ingin mendapatkan dukungan dan penguatan bahwa mereka tidak sendiri. Perlukah aku jelaskan bagaimana teori Mars
VS Venus?.
Oh ya. Case close..
Hahaha… kenapa denganmu. Apa omset penjualanmu turun, sampai kau terkesan
begitu bad mood?
No… no… no...! aku hanya tidak ingin kau jejali
dengan teori psikologimu.
Well… sebenarnya memang aku agak sedikit
sungkan untuk berbagi dengan Zi. Aku khawatir kalau aku akan kembali merasa
tidak beruntung dibandingkan dirinya. Zi telah dikaruniai 2 orang anak….
Bukankah kau juga sudah mempunyai seorang putri
yang cantik?.
Ya, dan suamiku tak henti bertanya kapan aku akan
memberikannya seorang adik laki-laki untuk Asma. Ini menyiksaku, saat aku masih
mencoba untuk dapat berdamai dengan rasa takut dan traumaku. Sampai saat ini
aku masih terbayang bagaimana aku terbaring tak berdaya setelah sadar dari
koma. T_T
Kau memang masih butuh waktu. Tapi cobalah belajar
untuk berpikir positif dan berprasangka baik kepada Allah. Yakinlah kondisimu
nanti akan lebih baik.
Apa lagi yang akan kau ceritakan kepada Zi, jika
kau sudah mengatakannya semuanya kepada ku?
Lagi-lagi aku terjebak....
Hahaha.. aku
tidak menjebakmu. Hanya aku yang bisa mengatasi semuanya.
***
”Selamat Hari Ibu, Bunda” Laki-laki jangkung
dengan senyuman yang menawan itu mencium kening sang istri. Lalu ia
mengeluarkan sesuatu dari plastik besar yang sebelumnya ia sembunyikan di balik
badannya. Sebuah bingkisan berwarna kuning, warna kesukaan sang istri.
”Makasih Ayah.” Sang istri tersenyum lebar dan
terlihat begitu tidak sabaran untuk membuka bingkisan tersebut.
”Idih, Ayaaaaaah..” Sang istri mencubit lengan
suaminya manja setelah ia berhasil membuka bingkisan tersebut dan melihat
isinya.
”Kali ini pilihan Ayah tepat bukan? Seharusnya
dari dulu Ayah bertanya kepada wanita itu.” Laki-laki jangkung dengan senyuman
yang menawan itu tersenyum menang.
”Ya, Ayah benar. Tapi sepertinya wanita itu tidak
ikut campur dalam memberikan ide untuk isi kartu ucapan ini”. Sang istri membelalakkan
matanya yang indah. Bibirnya yang mungil mengerucut, cemberut.
Namun, laki-laki jangkung
dengan senyuman menawan itu tak perduli. Wajah cemberut istrinya membuatnya
semakin ingin membenamkan sang istri ke dalam pelukannya. Merengkuhnya hingga
luruh ke dalam jiwa tanpa menyisakan seinci pun ruang untuk sang istri merasa
galau atas keegoisan dirinya. Rasa yang menjelma dalam wujud tidak bereaksinya alarm
sensitivitas dalam saraf, sehingga sang istri merasa berat.
”Bunda, Ayah janji tidak akan membahas tentang
adik untuk Asma lagi sampai Bunda siap.”
Sang istri tersenyum semanis
madu. Merekapun menyatu dalam sebuah ruang nyata tanpa jarak. Melebur dalam
cinta yang dalam. Menghabiskan
malam dengan penuh kehangatan sampai mentari menyapa esok hari.
Baiklah... itu berarti aku
juga harus beristirahat. Penasaran siapa aku? Aku adalah tuts-tust keyboard tempat jari-jari mereka menari dan saling
menyapa dalam maya. Tidak ada
yang aneh, bukankah setiap
pasangan punya caranya masing-masing. Bagiku cara mereka indah, karena mereka
mau berbagi luapan perasaan kepadaku lewat sentuhan emosi dalam sepuluh jari. Apakah
kau masih penasaran dengan sesuatu? Tenang saja, aku akan memberitahumu. Inilah
isi kartu yang ditulis oleh laki-laki jangkung dengan senyuman menawan itu
kepada sang istri yang bermata indah:
Please honey.. be a smart buyer…
Baguuuus mbak, tapi entah kenapa aku bisa nebak endingnya hihihi...
BalasHapusTengkiyu.... wah benarkah hehehe... ntar coba bikin yang nggak mudah ketebak ah... ^_^
BalasHapusiya, bagus lho.. romantiiis...
BalasHapusWuah... tengkiyu Mbak Ela, seneng deh dipuji sama suhu ^_^
BalasHapus