28 Maret 2013

Dengan Mengingat-Mu Hati Menjadi Tenang



Beruntunglah bila hati mengenal Allah
Beruntunglah bila diri merindu Allah
Beruntunglah bila jiwa berharap Allah
Beruntunglah cita-cita hanyalah Allah
(Lirik Lagu Opick, Beruntunglah)

Seorang anak perempuan mendatangi ibunya. Ia bertanya tentang dimana Allah, saat satu persatu kebahagiaannya hilang. Mengapa Allah membiarkan hal tersebut terjadi padanya. Sambil tersenyum, ibunya berkata bahwa Allah ada bersamanya, disaat dia merasa satu persatu kebahagiaannya hilang. Lalu, ibu tersebut balik bertanya, apakah anak perempuannya tersebut menanyakan dimana Allah saat kebahagiaannya berlimpah. Anak perempuan tersebut terdiam, dan ia menggelengkan kepalanya.

Siapakah anak perempuan tersebut? Bisa jadi ia adalah kita. Coba kita ingat-ingat kembali, berapa banyak kita mempertanyakan dimana Allah saat kita mengalami berbagai macam cobaan hidup, kita selalu berkata mengapa hal tersebut harus terjadi pada diri kita. Namun, saat kita dikaruniai berbagai nikmat di dalam hidup, kita tidak sekalipun bertanya dimana Allah, bertanya mengapa hal tersebut terjadi pada diri kita.

Ada seorang tukang menempa logam, bernama imam Ibrahim bin Maimun ash-Sha-igh. Saat beliau mendengar suara seruan azan shalat, meskipun ia tengah mengangkat palu, namun ia tidak mampu mengayunkan palu tersebut, ia malah menghentikan pekerjaannya dan bergegas pergi untuk menunaikan shalat.

Begitu besar kecintaannya kepada Allah, ibarat seorang kekasih yang bersegera datang untuk menemui panggilan kekasihnya. Ia selalu mengingat bagaimana cinta Allah kepadanya, apa saja yang telah Allah berikan dalam hari-harinya. Lalu, bagaimana dengan kita?, kita seringkali lalai terhadap panggilan-Nya, mendahulukan berbagai kepentingan dunia, bahkan tergesa-gesa saat bersimpuh di hadapan-Nya.

Saat kita berada dalam kesulitan, merasakan kegalauan, himpitan perasaan, dan berbagai keluh kesah lainnya, terkadang dengan sombongnya kita berlari kepada manusia, meminta pertolongan. Setelah lelah karena tak kunjung mendapatkan kebahagiaan atau keluar dari sebuah masalah, kita lalu hanya bertanya dimana Allah, mengapa Ia membiarkan hal tersebut terjadi pada diri kita. Kita tidak sadar, bahwa sejak awal Allah tengah menyatakan cinta-Nya kepada kita, berharap bahwa kita akan berlari kepada-Nya, memohon jalan keluar dari yang Maha Pemberi. Bukan malah disalahkan atas apa yang terjadi pada hidup kita.

Sungguh beruntungnya orang-orang yang tidak disibukkan dan dilalaikan oleh dunia. Hanya ada Allah di dalam jiwanya. Mereka yakin bahwa meraih cinta Allah dengan mendekatkan diri pada-Nya, lebih baik dan lebih utama.


“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang paling depan dalam menghadap kepada-Mu, dan orang yang paling dekat dalam mendekatkan diri kepada-Mu.” (kitab Al-Mughni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar