Langsung ke konten utama

Mandiri dan Berarti

Saat itu, saya tengah tidur siang. Maklum, tidur siang bagi saya sudah menjadi sebuah kebiasaan, walaupun cuma sebentar. Jadi, hampir bisa dipastikan saat si kecil tidur, saya juga ikutan tidur. Lalu, handphone saya berdering, ternyata dari teman saya Mbak Nuri Sahar. Ia mengabarkan bahwa saat ini sedang berada di rumah sakit dan butuh bantuan saya untuk menemaninya selama berada di sana.

Mbak Nuri memang sedang hamil, dan HPL sudah lewat. Dokter mengatakan bahwa ia tidak bisa melahirkan secara normal, dengan indikasi medis kondisi bayinya yang tidak memungkinkan, air ketuban tinggal sedikit, dan berbagai sebab lainnya. Mbak Nuri membutuhkan bantuan saya, karena keluarganya berada di Sukabumi, sementara saudara dekat (dari pihak suami) juga baru saja melahirkan. Akhirnya, Nai saya bangunkan dan saya titip di rumah omanya.

Mbak Nuri dan suaminya Ustadz Muhayat adalah penyandang disabilitas, kisahnya pernah saya tulis di sini. Jadi, mbak Nuri butuh seorang perempuan yang bisa membantunya untuk ke toilet atau keperluan lainnya. Kurang lebih 4 jam saya menunggui mbak Nuri sebelum ia dioperasi. Ntahlah, padahal saya masih agak trauma dengan rumah sakit, apalagi rumah sakit bersalin. Bukan semata karena teringat proses kelahiran Nai dulu atau kejadian-kejadian yang menimpa sepupu saya. Tapi, di ruangan itu saya mendengar jeritan, keluhan, rintihan, dari pasien yang akan melahirkan. Saya turut merasa ngilu, deg-degan, dan bahkan panik. Tapi untung saja, ada buku bacaan yang menemani saya, saat obrolan saya berakhir karena Mbak Nuri tertidur.

Tahukah temans... saat mendampingi Mbak Nuri di rumah sakit, banyak pelajaran yang saya dapatkan. Tidak hanya mengenai perjuangan seorang ibu saat melahirkan, kecemasan suami dan keluarga besar, kebersamaan dalam lantunan doa, tapi juga sebuah kemandirian. Ya, kemandirian Mbak Nuri, seorang penyandang disabilitas. Mbak Nuri masih bisa melihat walaupun dengan sangat terbatas, berbeda dengan suaminya yang tuna netra, tidak bisa melihat sama sekali. Selama saya mendampinginya, hanya 1 kali saya menemaninya ke toilet. Untuk selanjutnya, ia pergi sendiri. Setelah sebelumnya saya mengajarkan bagaimana cara melepaskan gantungan infus, menyetel tiang infus, dan meletakkannya kembali ke posisi semula.

Sehari-harinya Mbak Nuri memang sudah sangat mandiri, ia bisa berbelanja, memasak, dan mengerjakan berbagai pekerjaan domestik lainnya. Kendati dengan sangat perlahan dan hati-hati. Saat mengetahui dirinya hamil, Mbak Nuri rajin mencari informasi seputar bayi, untuk menambah pengetahuannya. Kami juga sering berdiskusi tentang banyak hal, termasuk mengasuh bayi.

Alhamdulillah... proses operasi cesar Mbak Nuri berjalan lancar. Tanggal 12 Agustus 2013 bayinya lahir dengan selamat dan kondisi Mbak Nuri juga baik. Semenjak Mbak Nuri pulang dari rumah sakit, didampingi ibunya yang sudah datang dari Sukabumi, Mbak Nuri belajar untuk mengurus bayinya. Jadi sekarang, jangan ditanya, Mbak Nuri sudah mahir mengurusi segala keperluan bayinya, sekalipun ibunya sudah kembali ke Sukabumi.

Saya jadi teringat dengan kondisi saya saat melahirkan Nai dulu. Saya juga melahirkan lewat operasi cesar, terkena eklamsia dan mengakibatkan penglihatan kabur, karena saraf mata saya terganggu. Hal tersebut berlangsung selama hampir 2 bulan, dan selama itu pula gerak saya sangat terbatas. Saya butuh bantuan orang lain untuk mengurus diri saya dan juga Nai. Bahkan karena manjanya, keinginan untuk berusaha mandiri itu bisa dibilang tidak ada.

Begitulah, terkadang kita yang memiliki penglihatan yang sempurna ini masih banyak mengeluh. Masih banyak mengharapkan pertolongan orang lain tanpa melakukan usaha yang maksimal. Astaghfirullah...



Si kecil Shidqi saat baru dilahirkan


Komentar

  1. Mandiri meskipun dalam keterbatasan ya mbak, hebaaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaaa Mbak, orang-orang seperti ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur, jangan banyak mengeluh :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyapa Kembali

 Apa kabar? Kita bersua kembali setelah sekian lama. Akhirnya, tak bisa pungkiri, jika rindu mengetuk kalbu, tanda harus segera bertemu. Di ruang ini, sebuah rumah maya, yang dulu kehangatannya begitu nyata. Rindu akan tegur sapa di kolom komentar. Rindu dengan aktivitas blog walking nya. Dan banyak rindu lainnya yang sulit untuk dijabarkan, karena udah keburu berasa mengharu biru. Semoga semua sahabat Ummi, sehat-sehat ya.

#DearDaughter Untuk Nai Tercinta

Dear... Khansa Nailah Gadis kecil berkerudung yang sangat ceriwis dan baik hati. Bayi mungil ummi yang kini telah berusia 4 tahun. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Ummi masih merasa baru kemarin Nai ummi kandung, ikut dalam setiap aktivitas ummi. Saat mengandung Nai, ummi super sibuk. Ummi mengajar full dari hari senin sampai jum'at, dan sabtu minggunya Ummi Kuliah S2. Nai Ummi bawa naik turun tangga sampai 3 lantai, setiap hari. Tapi kamu baik-baik saja, kita berdua kuat. Saat hamil Nai, Ummi juga ngidam lho, sama seperti ibu-ibu hamil lainnya. Tapi ngidam Ummi sedikit berbeda, Ummi ingin jalan-jalan pakai Honda Jazz Sport keluaran terbaru hihihi... aneh yah, Abi dan Opa mu sampai bingung. Keluarga kita nggak ada yang punya mobil itu, tapi Alhamdulillah ternyata teman sekantor Opa baru beli mobil itu, jadi kesampaian deh ngidam Ummi. Hari-hari yang Ummi lewati saat mengandung Nai, semuanya luar biasa, Ummi sangat menikmatinya, walaupun berat badan Ummi Naik drastis, ...

Dokumentasi Kitab Sakti Remadja Oenggoel

Seperti judulnya, postingan ini cuma dokumentasi dari acara Kitab Sakti Remadja Oenggoel Goes To School yang di adakan di SMP IT Al-Fatah Minas beberapa minggu yang lalu. Acara tersebut diliput oleh koran Riau Pos dan terbit pada tanggal 2 Oktober di bagian Pro Siak. Cuma saya agak sedikit heran, kok foto yang ini yah yang diambil hehehe... *tampak dari belakang pas jadi seleb yang lagi sibuk tanda tangan :)