28 September 2013

Rainbow, Bukan Pelangi di Matamu

Siapa sih yang tidak suka dengan warna-warni indahnya pelangi, bisa dikatakan semua orang menyukai peristiwa alam tersebut. Hanya saja, tidak dengan proses terjadinya pelangi. Saat hujan datang, bahkan berkolaborasi dengan kilat dan guntur yang memekakkan telinga. Hal tersebut membuat kita bergidik, ngeri. 

Demikian juga dengan hidup, terutama dalam sebuah mahligai rumah tangga. Orang yang menikah tentu menginginkan sebuah kebahagiaan sempurna dalam hidupnya. Seperti dongeng-dongeng klasik Cinderella, Snow White & Seven Dwarfs, Mulan, Sleeping Beauty, yang pernah kita baca atau tonton, akan ada kalimat indah yang menjadi impian setiap pasangan suami istri, yaitu "... and then... they married and live happily ever and after." Ya, pernikahan yang bahagia, selama-lamanya.

Tapi, benarkah pernikahan itu selalu memberikan rasa kebahagiaan disetiap incinya? selama-lamanya?. Nah, inilah yang coba digambarkan dari sebuah novel yang berjudul Rainbow. Novel setebal 201 halaman ini menceritakan dengan apik bagaimana lika-liku perjalanan rumah tangga dari pasangan yang belum lama menikah. Pasangan yang dihantam oleh badai tepat dihari ulang tahun pernikahan mereka yang pertama.

Akna, seorang suami yang gagah, tampan, dan pelindung bagi istrinya, mengalami kecelakaan mobil dan membuatnya menjadi seseorang yang cacat. Salah satu kakinya harus diamputasi. Hal tersebut membuat Akna down dan amat sangat pesimis dalam menjalani hidup. Akna yang sebelumnya hangat, penyayang, berubah menjadi seseorang yang emosional bahkan perilakunya tak ubah seperti monster bagi istrinya.

Keisha, sang istri yang manja, lembut, dan anggun berusaha untuk tetap bertahan. Ia mencoba mempertahankan mahligai pernikahan mereka dan perekonomian keluarga, pasca Akna dirumahkan oleh perusahaan tempat dimana sebelumnya ia bekerja. Lalu, mampukah Keisha tetap bertahan, apakah Akna akan berubah? Bagaimana dengan kehidupan mereka selanjutnya?

Dari judul kecilnya " Akan Selalu Ada Kesempatan Kedua", kita tentu sudah bisa menebak dan membuat kesimpulan awal bagaimana akhir dari cerita ini. Tapi walaupun demikian, novel yang ditulis oleh Eni Martini ini menggunakan bahasa yang lincah, dialog yang renyah, membuat saya tak bisa berhenti untuk membaca dan membalik setiap lembar halamannya tanpa jeda. Alhasil, novel ini selesai saya baca hanya dalam waktu 2 jam saja.

Saya begitu menikmati alur ceritanya, puisi, dan cuplikan lirik dari lagu-lagu yang menggambarkan suasana hati dari tokoh-tokohnya. Kenangan-kenangan dan romantisme yang terbalut manis, kata-kata bijak yang merupakan manisfestasi dari ayat-ayat Al-Quran. seperti salah satunya:
"Setiap kehidupan berumah tangga itu pasti mendapat ujian, entah kematian, sakit, ekonomi, perselingkuhan dan banyak lagi, karena manusia itu diuji keimanannya tidak hanya asal mengatakan 'aku beriman', Ke. Kau harus bersyukur sudah mendapat ujian ini. Banyak pasangan-pasangan lain yang masih bertanya-tanya seperti apa ujian mereka di depan sana..." (hal. 26)

Tidak hanya itu, Eni Martini sangat piawai dalam menyajikan alur yang membuat emosi saya turut larut. Merasakan perjuangan Keisha, kesedihannya, sakitnya. Nah, ini salah satu deskripsi yang saya sukai, Eni  bisa menggambarkannya dengan "lembut" yang bagi saya pribadi tak terbayangkan bagaimana bisa menggambarkan peristiwa tersebut, yaitu:
"Adakah kerinduan yang begitu pendek ketika kita terpisah hati dengan orang yang kita cintai? tentu kerinduan itu begitu panjang, menuntut ruahan fisikal yang tiada ujung, tapi haruskah dengan seperti cara ini..." (hal 142)

Novel Rainbow adalah novel ketiga karangan Eni Martini yang telah saya baca. Novelist yang telah menulis banyak karya ini, memiliki ciri khas. Setidaknya itulah yang saya rasakan dari ketiga novel tersebut yang sama-sama berkutat di seputar kehidupan rumah tangga, dengan gambaran persahabatan yang tak biasa. Mengapa persahabatan yang tak biasa?, karena Eni menggambarkan berbagai karakter manusia dengan warna-warni hidupnya. Tapi, tokoh sentral tetap digambarkan sebagai seseorang yang berprinsip, seperti halnya persahabatan antara Keisha dan Emi.


Baiklah, layaknya sebuah karya yang ditulis oleh manusia, tentunya tidak ada yang sempurna. Seperti halnya novel ini, tidak terdapat daftar isi yang biasanya kita temukan di novel atau buku-buku lainnya, beberapa typo, dan menurut selera saya pribadi, endingnya terlalu sinetron, seperti saya tengah menyaksikan FTV, saat ada plok... plok... plok... tepuk tangan dari orang tua Keisha, dan sahabat-sahabat mereka. Saya berharap hal tersebut digambarkan lebih "elegan".

Over all... saya merekomendasikan novel ini bagi Anda semua yang menyukai fiksi seputar kehidupan rumah tangga. Novel ini kaya akan pelajaran hidup dalam berumah tangga, sehingga kita tidak hanya melihat pelangi di mata tapi juga menyesap jauh ke dalam jiwa. Pelangi indah yang datang setelah badai menerpa.

Judul: Rainbow
Penulis: Eni Martini
Penerbit: Elex Media Komputindo
Tahun Terbit: 2013
Halaman: 201 halaman





11 komentar:

  1. sepertinya menarik ya mak, coba besok kalo ke tobuk nyari ahh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik bangeeeeet... iya Mak, yuk dibeli :)

      Hapus
  2. nice resensi ^_^
    Silakan mba Rahmi, novelnya ada di toko buku Gramedia, Toga Mas, dll

    BalasHapus
  3. Resensi yg apik deh.. fotonya juga imut

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tengkiyu Mbak Ade, hihihi... melayang deh dibilang fotonya imut :D

      Hapus
  4. Waah sampai bisa menuliskan karakter mbak Eni : Novelist yang telah menulis banyak karya ini, memiliki ciri khas. Setidaknya itulah yang saya rasakan dari ketiga novel tersebut yang sama-sama berkutat di seputar kehidupan rumah tangga, dengan gambaran persahabatan yang tak biasa. Mengapa persahabatan yang tak biasa?, karena Eni menggambarkan berbagai karakter manusia dengan warna-warni hidupnya. Tapi, tokoh sentral tetap digambarkan sebagai seseorang yang berprinsip, seperti halnya persahabatan antara Keisha dan Emi.

    Keren ya ... ada konflik tapi tokohnya punya prinsip. Indah ....
    Moga menang ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah yang saya tangkap dari 3 novel rumah tangga karya Mbak Eni. Karakter tokohnya nano-nano, menggambarkan beberapa karakter dan kehidupan manusia saat ini Mbak Niar. Walaupun rada sebel, tapi toh memang ada orang-orang yang kehidupannya keluar dari norma, salah satunya norma agama hehehe...

      Hapus
  5. wah, aku suka pendahuluannya. kaya sekali ^^
    sepakat juga bahwa novel ini punya sentuhan2 kata yang lembut dan mengena.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mbak, beneeeeer banget, sentuhan-sentuhan kata yang lembut dan mengena banget di hati :)

      Hapus
  6. aku mulai merenung, hidupku banyak dikeliling teman dan semua baiiiiiik sampai kadang saya bertanya: HARUS DENGAN APA MEMBALAS MEREKA?
    dan...mereka disekeliling saya itu nano-nano hidup, namun saya dari kanak-sekarang tetap eni yang sedikit naif, nekat dan punya prinsip hidup yang diluar jangkauan orang terdekat saya sekali pun ^_^
    apa jangan-jangan hal-hal itu mempengaruhi karya saya diluar kesadaran yak wkwkwkkwwk

    BalasHapus