IKAPI Oh IKAPI. Yaaaa, saya memang sempat bengong pas tahu tema hari kelima di lomba blog #PameranBukuBdg2014 yang ditaja oleh Syaamil Quran dan IKAPI JABAR. Maklum saja, sebagai anak baru yang masih sangat meraba dunia kepenulisan, selama ini saya kurang familiar dengan IKAPI. Saya hanya sering melihat tulisan IKAPI ada di di lembaran pertama dalam buku setelah cover, termasuk di buku saya. Di sana tertulis keterangan anggota IKAPI di bawah nama penerbit dari buku tersebut. Mungkin Anda juga pernah membacanya.
Penerbit yang menerbitkan buku duet saya
anggota IKAPI
Penerbit lain yang tergabung di IKAPI
Nah, karena pengetahuan saya yang terbatas, apalagi tema kali ini tentang IKAPI, maka ini kesempatan saya juga untuk mengenal IKAPI lebih dalam. Ternyata eh ternyata IKAPI yang merupakan akronim dari Ikatan Penerbit Indonesia ini telah ada sejak 64 tahun yang lalu. Ya ampuuuun... kenapa saya baru tahu sekarang yaaaa. IKAPI yang merupakan asosiasi profesi penerbit satu-satunya di indonesia yang menghimpun para penerbit buku dari seluruh Indonesia ini berdiri sejak 17 Mei 1950 di Jakarta. Pelopor dan inisiatornya adalah Sutan Takdir Alisjahbana, M. Jusuf Ahmad, dan Nyonya A. Notosoetardjo. Kerennya lagi nih, pendirian IKAPI didorong oleh semangat nasionalisme setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
Awalnya nih, ada 13 penerbit buku yang tergabung di dalam IKAPI, terhitung tahun 2013 anggotanya sudah mencapai 1126. Wah, yang bikin saya makin kaget, ternyata di Riau tempat saya bermukim saat ini, ada cabang/perwakilan IKAPI dengan jumlah anggota 8 orang. Kemana saja yah saya selama ini, kenapa baru tahu sekarang??? Eits... tapi lebih baik tahu terlambat daripada tidak sama sekali. Lagipula, IKAPI memang tidak terdengar gaungnya di sini. Mungkin teman-teman di kota lain, sekalipun tidak begitu mengenal IKAPI tapi pernah menghadiri pameran buku yang ditaja oleh IKAPI. Di kota saya, jangan ditanya, ceritanya ada di tema hari pertama tentang pameran buku.
(Anggota IKAPI, Riau ada 8 orang)
Sebenarnya apa sih visi dan misi IKAPI? Bagaimana sepak terjangnya selama ini. Yuuuuk baca tulisan ini sampai tuntas :)
Menjadikan industri penerbitan buku di Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan dapat berkiprah di pasar internasional.
Ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa melalui upaya penciptaan
iklim perbukuan yang kondusif, pengembangan sistem perbukuan yang
kompetitif, dan peningkatan profesionalisme asosiasi serta para
anggotanya sehingga perbukuan nasional mampu berperan secara optimal
demi mempercepat terbentuknya masyarakat demokratis terbuka dan
bertanggung jawab.
Lalu kegiatannya apa saja, banyaaaaak!. Untuk even, ada banyak even yang diadakan oleh IKAPI mulai dari seminar, kelas menulis, kursus penulisan-penerbitan, dan juga kerjasama dalam pameran buku (IKAPI JABAR).
Lantas, peran apa saja yang diharapkan dari IKAPI dalam mengembangkan baca tulis?.
Peran aktif! iya, peran aktif yang benar-benar dilakukan secara massif, terstruktur, dan sistematis (hehehe...). Gaungkan IKAPI sampai ke pelosok negeri, karena selama ini hanya ada beberapa organisasi kepenulisan yang lebih terdengar gaungnya. Jadi, tidak hanya mengadakan even di kota-kota tertentu saja, tapi hendaklah menjangkau kota-kota lainnya, setidaknya kota yang terdapat cabang atau perwakilan dari IKAPI. Agar minat membaca dan menulis masyarakat semakin tinggi. Masuk ke sekolah-sekolah, kampus-kampus, dan instansi lainnya. Manfaatkan the power of sosmec agar masyarakat semakin mengenal luas IKAPI.
Tidak hanya masyarakat, orang yang baru saja mencoba untuk menceburkan diri dalam dunia kepenulisan seperti saya ini, juga butuh pengetahuan lebih tentang peran IKAPI, terutama setelah melihat fenomena di dunia penerbitan, seperti ada penerbit yang menerbitkan buku yang isinya tidak sesuai dengan segmen pembaca maupun budaya yang ada di Indonesia, ada persengketaan yang terjadi antara penerbit dan penulis (mis, royalti), fenomena buku yang masa tayang di toko buku begitu cepat, sehingga banyak buku baru yang cepat diobral, dll. Somoga IKAPI bisa menjadi jembatan bagi permasalahan-permasalahan yang ada di dunia penerbitan.
Nah, kalau berandai-andai nih, apabila saya menjadi salah satu pengurus di IKAPI, maka reformasi yang akan saya lakukan adalah bersinergi dengan seluruh pemerintah daerah, untuk mengadakan program-program yang mengedukasi masyarakat akan manfaat dari membaca dan menulis. Bahkan, ikut berpartisipasi dalam mengentaskan buta aksara. Gimana mau semangat baca tulis, kalau masih banyak masyarakat di pelosok-pelosok negeri masih buta aksara. Caranya, Ada perpustakaan desa, bahkan kalau perlu perpustakaan RW (Rukun Warga), IKAPI membentuk relawan, mengadakan even secara rutin yang berhubungan dengan baca tulis (perlombaan, seminar, talkshow, pelatihan, dll), merangkul pihak swasta agar semakin banyak dukungan dan partisipasi dari masyarakat.
Apalagi yaaaaa....
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog #PameranBukuBdg2014 bersama IKAPI JABAR dan Syaamil Quran.
Sebagai pecinta buku saya juga baru tahu tentang IKAPI mbak...
BalasHapushehehe... moga postingan ini bisa memperkenalkan IKAPI lebih jauh yah :)
Hapussama taunya IKAPI dari cover buku ya :)
BalasHapushihihi... *tosss Mbak Naqi
HapusTapi berkat lomba blog ini, jadi tahu lebih banyak :)