29 April 2015

Kelas Inspirasi 3 Pekanbaru: Semua Punya Kesempatan yang Sama


Semua punya kesempatan yang sama. Yup, semuanya tanpa terkecuali. Itulah tema yang kami usung saat menjadi relawan pengajar di SD 003 YKWI Pekanbaru. Saya termasuk salah satu dari 6 orang relawan pengajar dari Kelas Inspirasi 3 Pekanbaru.

baca Briefing Kelas Inspirasi 3 Pekanbaru

Kami berbagi semangaat, kepada anak-anak SD tersebut. Kami membahas tentang profesi kami masing-masing. Memotivasi mereka agar tetap semangaat untuk bersekolah dan menggapai cita-cita. Terlepas dari latar belakang pendidikan dan perekonomian orang tua mereka. Mereka punya kesempatan yang sama, asal mau tetap berusaha.

Pagi itu, pertama kalinya saya mengikuti upacara bendera, sejak kelulusan saya dari SMA. Setelah selesai upacara, ada perkenalan sebentar. Selanjutnya, masing-masing kami masuk ke dalam kelas. Inih nih yang rasanya gimanaaaa gitu. Nggak punya pengalaman ngajar SD bo', pernahnya ngajar anak SMK or Mahasiswa.

Di dalam kelas, anak-anak udah menunggu. Mata mereka berbinar, senyumannya merekah. Terlebih ketika melihat tentengan yang saya bawa, tatapan tak sabaran pun semakin terlihat jelas.

Setelah memperkenalkan diri, sekaligus profesi saya sebagai seorang penulis, saya mengajak anak-anak ini untuk membuat mading cita-cita. Menjelaskan kepada mereka apa itu mading, apa manfaatnya, dan bagaimana membuat mading agar menarik. Tujuannya adalah melatih mereka untuk terbiasa dengan baca tulis. Ya, untuk membuat mading, dibutuhkan membaca, dengan mencari informasi lewat media cetak maupun online, lalu menuliskannya kembali dengan bahasa mereka sendiri.


Awalnya, saya puyeng juga. Apa yah yang bisa saya lakukan di dalam kelas selama 30-45 menit tanpa membuat anak-anak menjadi boring. Nggak mungkin dong ngomongin buku melulu. Untungnya, si Abi menyarankan saya untuk membuat mading cita-cita bersama anak-anak.

Saya menyiapkan 6 buah karton besar yang berwarna-warni, menyiapkan kertas HVS yang berwarna-warni juga, 2 buah spidol, berwarna hitam dan merah, 2 buah gunting, dan lem kertas. Setelah mereka memilih warna karton besarnya, mereka juga boleh memilih warna kertas HVS sesuai dengan warna kesukaan mereka masing-masing. Lalu, menuliskan nama dan cita-cita mereka, beserta alasan mengapa mereka memilih cita-cita tersebut.


Setelah kertas cita-citanya terkumpul, kertas tersebut lalu digunting untuk membentuk pinggirannya. Kemudian di lem di atas karton. Terakhir, mereka boleh memberikan hiasan berupa gambar-gambar.


Seruuuuu... Anak-anak sangat antusias!. Saya pun bisa bernafas lega hahahaa... Dan waktu berjalan tanpa terasa.

O yah, biar makin seru, saya sampai berguru ke Mbak Nai, buat diajarin yel-yel dan tepuk tangan gitu *berasa jadi anak TK*
Nggak mungkin dong saya pake tepuk pramuka :D

Tak terasa, sebelum zuhur, kelas selesai. Tinggal selebrasi aja. Nah, kami memberikan tanaman pucuk merah kepada sekolah beserta alat penyiram tanamannya. Biar makin seru, kami juga ada sesi menerbangkan balon cita-cita, dan juga pengisian pohon cita-cita. Lucunya, banyak anak-anak yang nggak rela balonnya dilepaskan, maunya dibawa pulang :D


Hari ini, rasanya beda banget deh. Bener-bener pengalaman yang seru. Saya banyak berkenalan dengan orang-orang baru. Saya juga bisa melihat potret sebuah pendidikan dari sudut yang berbeda. Di sini, di SD 003 YKWI, yang sudah bisa dikatakan senior dari segi usia keberadaannya dan terletak di tengah kota, namun mengalami begitu banyak penurunan. Terlihat jelas dari jumlah siswanya, yang keseluruhannya cuma sekitar 60 orang saja, baik dari masyarakat umum sekitar, maupun yang dari panti asuhan YKWI. Jadi, ada kelas yang siswanya hanya 5 orang lho. Trus, yang 5 orang ini nggak hadir 2 orang, tinggal 3 orang aja yang ikut kelas inspirasi. Awalnya krik... krik... juga, tapi 3 orang ini tetap antusias.


Buat guru-gurunya, saya luaaaar biasa salut. Hasil sharing dengan guru kelas 1, bener-bener berusaha keras banget buat ngajarin anak-anak itu baca tulis, karena mereka nggak TK. Apalagi bacaannya nggak diulang di rumah, karena orang tua mereka sendiri buta huruf. Belum lagi nih yah karakter anak-anak yang lahir dan besar di lingkungan pasar. Sempet roaming juga saya sama bahasa mereka  XD

Terakhir, saya suka dengan program kelas inspirasi yang menjadi bagian dari Indonesia Mengajar ini. Moga semakin banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh sekolah, anak-anak didiknya, maupun para relawan. Pengen ikutan lagi ah tahun depan, semoga aja bisa. Aamiin...





Tidak ada komentar:

Posting Komentar