Semua punya kesempatan yang sama. Yup, semuanya tanpa
terkecuali. Itulah tema yang kami usung saat menjadi relawan pengajar di SD 003 YKWI Pekanbaru. Saya termasuk salah satu dari 6 orang relawan pengajar dari
Kelas Inspirasi 3 Pekanbaru.
baca Briefing Kelas Inspirasi 3 Pekanbaru
Kami berbagi semangaat, kepada anak-anak SD tersebut. Kami
membahas tentang profesi kami masing-masing. Memotivasi mereka agar tetap
semangaat untuk bersekolah dan menggapai cita-cita. Terlepas dari latar
belakang pendidikan dan perekonomian orang tua mereka. Mereka punya kesempatan
yang sama, asal mau tetap berusaha.
Pagi itu, pertama kalinya saya mengikuti upacara bendera,
sejak kelulusan saya dari SMA. Setelah selesai upacara, ada perkenalan
sebentar. Selanjutnya, masing-masing kami masuk ke dalam kelas. Inih nih yang rasanya gimanaaaa gitu. Nggak punya pengalaman ngajar SD bo', pernahnya ngajar anak SMK or Mahasiswa.
Di dalam kelas, anak-anak udah menunggu. Mata mereka
berbinar, senyumannya merekah. Terlebih ketika melihat tentengan yang saya
bawa, tatapan tak sabaran pun semakin terlihat jelas.
Setelah memperkenalkan diri, sekaligus profesi saya sebagai
seorang penulis, saya mengajak anak-anak ini untuk membuat mading cita-cita.
Menjelaskan kepada mereka apa itu mading, apa manfaatnya, dan bagaimana membuat
mading agar menarik. Tujuannya adalah melatih mereka untuk terbiasa dengan baca
tulis. Ya, untuk membuat mading, dibutuhkan membaca, dengan mencari informasi
lewat media cetak maupun online, lalu menuliskannya kembali dengan bahasa
mereka sendiri.
Awalnya, saya puyeng juga. Apa yah yang bisa saya lakukan di
dalam kelas selama 30-45 menit tanpa membuat anak-anak menjadi boring. Nggak
mungkin dong ngomongin buku melulu. Untungnya, si Abi menyarankan saya untuk
membuat mading cita-cita bersama anak-anak.
Saya menyiapkan 6 buah karton besar yang berwarna-warni,
menyiapkan kertas HVS yang berwarna-warni juga, 2 buah spidol, berwarna hitam
dan merah, 2 buah gunting, dan lem kertas. Setelah mereka memilih warna karton
besarnya, mereka juga boleh memilih warna kertas HVS sesuai dengan warna
kesukaan mereka masing-masing. Lalu, menuliskan nama dan cita-cita mereka,
beserta alasan mengapa mereka memilih cita-cita tersebut.
Setelah kertas cita-citanya terkumpul, kertas tersebut lalu
digunting untuk membentuk pinggirannya. Kemudian di lem di atas karton.
Terakhir, mereka boleh memberikan hiasan berupa gambar-gambar.
Seruuuuu... Anak-anak sangat antusias!. Saya pun bisa
bernafas lega hahahaa... Dan waktu berjalan tanpa terasa.
O yah, biar makin seru, saya sampai berguru ke Mbak Nai,
buat diajarin yel-yel dan tepuk tangan gitu *berasa jadi anak TK*
Nggak mungkin dong saya pake tepuk pramuka :D
Tak terasa, sebelum zuhur, kelas selesai. Tinggal selebrasi
aja. Nah, kami memberikan tanaman pucuk merah kepada sekolah beserta alat
penyiram tanamannya. Biar makin seru, kami juga ada sesi menerbangkan balon
cita-cita, dan juga pengisian pohon cita-cita. Lucunya, banyak anak-anak yang nggak rela balonnya
dilepaskan, maunya dibawa pulang :D
Hari ini, rasanya beda banget deh. Bener-bener pengalaman yang seru. Saya banyak berkenalan dengan orang-orang baru. Saya juga bisa melihat potret sebuah pendidikan dari sudut yang berbeda. Di sini, di SD 003 YKWI, yang sudah bisa dikatakan senior dari segi usia keberadaannya dan terletak di tengah kota, namun mengalami begitu banyak penurunan. Terlihat jelas dari jumlah siswanya, yang keseluruhannya cuma sekitar 60 orang saja, baik dari masyarakat umum sekitar, maupun yang dari panti asuhan YKWI. Jadi, ada kelas yang siswanya hanya 5 orang lho. Trus, yang 5 orang ini nggak hadir 2 orang, tinggal 3 orang aja yang ikut kelas inspirasi. Awalnya krik... krik... juga, tapi 3 orang ini tetap antusias.
Buat guru-gurunya, saya luaaaar biasa salut. Hasil sharing dengan guru kelas 1, bener-bener berusaha keras banget buat ngajarin anak-anak itu baca tulis, karena mereka nggak TK. Apalagi bacaannya nggak diulang di rumah, karena orang tua mereka sendiri buta huruf. Belum lagi nih yah karakter anak-anak yang lahir dan besar di lingkungan pasar. Sempet roaming juga saya sama bahasa mereka XD
Terakhir, saya suka dengan program kelas inspirasi yang menjadi bagian dari Indonesia Mengajar ini. Moga semakin banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh sekolah, anak-anak didiknya, maupun para relawan. Pengen ikutan lagi ah tahun depan, semoga aja bisa. Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar