Sydrome ibu hamil yang mendadak
krisis kepercayaan diri melanda. Cermin.. oh
no!, aku akan menghindar sebisa mungkin. Untuk urusan dandan,
sementara didelete dari kamus
keseharian, ke kondangan, atau kemanapun itu. Sungguh, aku enggan berlama-lama
di depan cermin seperti biasanya. Bahkan cermin kecil klasik yang berbingkai
kayu harus ku musiumkan dari dalam tasku, padahal sudah begitu lama menjadi
penghuni setia yang menemani aku kemanapun.
Aku
benar-benar mengalami krisis percaya diri, dan cermin akan makin memperburuknya
dengan memberikan pantulan bayanganku, tidak seperti aku yang dulu langsing eh
sekarang jadi langsung. Bagaimana tidak, dengan tinggiku yang 160 cm harus
berbobot 65 kg, sangat tidak ideal bagiku. Yah, berat badanku naik sebanyak 25
kg. membuat beberapa bagian tubuhku yang menjadi lebih “berisi” dibandingkan
dahulu sebelum masa kehamilan.
Padahal
di trimester awal kehamilan, berat badanku menurun karena efek “mabuk” yang
membuat aku harus memuntahkan kembali makanan yang masuk ke dalam perutku.
Belum lagi rasa mual yang teramat sangat, menjadi alergi terhadap bau beberapa
makanan yang sebelumnya sangat aku sukai sebelum masa kehamilan. Alhasil, aku
sukses membuat suami, keluarga, bahkan orang sekitar menjadi kelabakan. Aku
menjadi seperti orang yang kekurangan gizi dan tak berdaya, dengan wajah kuyu
dan pucat. Otomatis dengan kondisiku yang seperti itu, sangat menggangggu
aktifitas sehari-hari, baik urusan rumah tangga maupun urusan pekerjaan
lainnya.
Menu
keseharianku juga berubah, agar tetap mendapatkan asupan karbohidrat, aku
mengganti nasi menjadi roti gandum, ubi, dan kentang. Walaupun tetap memasakkan
diri untuk makan nasi beberapa suapan. Mengenai lauk pauk juga terjadi
penyortiran, sebelumnya aku hanya alergi terhadap seafood, tapi sekarang beberapa jenis makanan masuk list yang enggan aku makan. Baru mencium
baunya saja sudah membuatku begitu mual.
Namun,
melewati trimester pertama masa kehamilan, perlahan selera makanku membaik. Rasa mual yang
aku alami sebelumnya mulai berkurang. Perlahan aku juga sudah mulai menikmati
aktifitas makanku, tidak lagi mengganti nasi dengan yang lain, hanya sesekali
saja untuk menjadikannya selingan. Aku mulai melahap apapun, bahkan hampir
tidak terkontrol saat memasuki trimester ketiga kehamilan. Wah, aku menjadi
semakin menikmati makan, tentunya makanan yang mengandung nutrisi penting bagi
ku dan bayi yang aku kandung. Semua aku libas. Selanjutnya bisa ditebak, berat badanku melonjak drastis.
Kemudian
apa yang terjadi?. Ternyata aku harus berdamai dengan cermin. Cermin tidak
mungkin bohong dalam memantulkan bayanganku. Aku yang semula tidak
mempermasalahkan banyaknya pakaianku yang tidak lagi muat saat akan aku
kenakan, kini menjadi histeris karena merasa bayangan di cermin itu bukanlah
aku. Lebih tepatnya bukanlah seperti aku yang dulu. Bentuk wajahku yang dulu
lonjong kini membulat akibat terdapatnya tumpukan daging di kedua pipiku.
Daguku mulai berlipat dua, lengan, paha, dan betis tidak lagi terkira. Semuanya
benar-benar berubah, akibat bobotku yang semakin bertambah, untuk berjalan saja
sangat terasa berat.
Walaupun
dalam kondisi krisis percaya diri, aku tetap tidak bisa mengurangi selera
makanku. Bahkan bawaannya
selalu saja lapar dan ingin makan berbagai macam makanan yang aku lihat. Lebih
baik menghindari cermin daripada makanan hehehe.. Toh, bobot tubuhku yang kian
bertambah tidak mengurangi kebahagiaanku dalam menjalani masa kehamilanku yang
pertama ini. Tetap menjadi sesuatu yang begitu menakjubkan. Aku juga tidak
kehilangan support dari suami, karena
ia sama sekali tidak mempermasalahkan berat badanku yang melonjak drastis.
Menurutnya itu wajar, yang terpenting aku dan bayi kami dalam keadaan sehat.
Untuk urusan berat badan bisa ditanggulangi setelah melahirkan, dengan menjaga
kembali pola makan dan berolahraga tentunya.
Baiklah
cemin!, kita akan kembali “bermesraan” setelah kondisiku kembali seperti
semula. Seandainya tidakpun, berharap kepercayaan diriku saja yang kembali
seperti sedia kala.
Nah,
kini sudah hampir 3 tahun masa kehamilan itu berlalu. Hohoho.. ternyata
berat badanku belum juga bisa kembali seperti semula. Baru turun 8 kg dari saat
hamil dulu. Bahkan saat aku search di
google tentang kenaikan berat badan ideal ibu hamil biasanya adalah 12-16 kg.
Wah, berarti aku termasuk obesitas dong waktu hamil, padahal waktu itu bayiku
lahirnya dengan berat badan Cuma 2,45 kg.
Sedihnya,
aku terlambat untuk mendapatkan informasi bahwa kenaikan berat badan berlebih
atau obesitas selama kehamilan sangat berbahaya, dapat memicu Preeklampsia. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh
peningkatan kadar protein di dalam urin. Wanita hamil dengan preeklampsia juga
akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Akibatnya, aliran darah ke
janin terhambat, dan dapat berakibat fatal. Preeklampsia dapat berlanjut kepada
eklampsia yang dapat menyebabkan ibu hamil koma, bahkan kematian, baik
sebelum, saat atau setelah melahirkan.
Hiks..
aku mengalaminya sendiri. aku terpaksa harus dioperasi cesar diusia kehamilan
yang masih 37 minggu, karena preeklamsia. Setelah operasi, aku sempat kejang
dan koma (eklamsia). Sampai sekarang masih memberikan bekas trauma. Semoga
waktu bisa menghapuskan trauma itu.
Semuanya
dapat menjadi pengalaman berharga. Jadi, saat kita masih berusaha untuk bisa
hamil, ayo cari sebanyak mungkin informasi bagaimana cara cepat hamil. Tapi
disertai dengan do’a juga ya. Lalu setelah hamil, kita juga harus rajin mencari
informasi seputar kehamilan, agar kesehatan kita dan si jabang baik dapat terjaga,
Insya Allah.
Dan
sekarang, aku sudah kembali bisa ”bermesraan” dengan cermin, sembari tetap
berusaha agar bisa kembali ke berat badan seperti semula, semangaaaaaaaat..
harus turun 17 kg lagi ^_^
Tulisan ini diikutsertakan dalam event Giveaway Awal Maret 2012
semoga traumanya bisa segera hilang ya mbak :)
BalasHapusAamiin.. tengkiyu Mbak ke2nai ^_^
BalasHapushehe suka yang... lebih baik menghindari cermin daripada....
BalasHapusxixixi.. jadi maluuu.. tengkiyu yah Mbak Ella udah mampir ^_^
BalasHapus