
Tapi, jangan ditanya bagaimana
mutu iklan yang ada di Indonesia. Kebanyakan iklan itu menampilkan alur yang
tidak sesuai bahkan lebay, mengeksplor wanita (padahal bukan produk untuk
wanita), mengkampanyekan pacaran (kebanyakan diproduk kecantikan remaja),
terlebih bagaimana kebanyakan kostum yang digunakan oleh wanitanya. Apalagi
belakangan ini terjadi fenomena demam K-Pop. Maka bertaburanlah gaya pakaian
mini yang memamerkan lengan dan paha.
Tidak dipungkiri, kreatifitas
dalam penyajian sebuah iklan adalah poin utama. Bagaimana mengemas iklan seunik
mungkin sehingga dapat melekat kuat di memori penonton. Namun sayang, jika ada
penonton yang kemudian menyandang gelar sebagai konsumen atau pelanggan produk
tersebut, tergoda untuk menggunakan namun kecewa karena harapan tidak sesuai
dengan kenyataan. Bisa juga salah mengartikan bahkan meniru sesuatu yang tidak
semestinya dari iklan tersebut. Saya menyebutnya sebagai korban iklan.
Salah satu contohnya adalah
saat sedang berada di jalan raya, saya melihat seorang anak laki-laki yang masih
termasuk dalam kategori ABG atau ABABIL yang tengah mengemudikan sepeda
motornya sambil memegang sebuah bungkusan snak. Lalu memakan isinya sambil
mengemudi dengan sebelah tangan!. Hohoho.. ternyata yang dimakannya adalah snak
yang diiklankan oleh seorang pemuda yang tengah merasa lapar dan saat berhenti
di lampu merah mengambil helm temannya dan memakannya.
Jadi, anak tersebut telah
”terkontaminasi” atau salah kaprah. Sehingga ia melakukan sesuatu yang dapat
membahayakan dirinya. Bukankah dalam mengemudi kita dilarang untuk menggunakan
HP, apalagi mengemudikan sepeda motor dengan sebelah tangan sambil makan. Miris,
tidak hanya dari tampilan kebanyakan iklan tapi juga dari efek yang terjadi
karena konsumen yang kurang ”cerdas” dalam menilai. Saya hanya berharap, kelak
iklan yang ada di Indonesia bisa lebih bermutu dan memiliki nilai edukasi bagi
penontonnya. Ya, semoga saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar