Langsung ke konten utama

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.

Bersama Ust. Arifin Ilham

Namanya Muhayat, tapi orang-orang biasa memanggilnya dengan ustadz Muhayat. Saya pertama kali berkenalan dengannya saat suami bersama beberapa orang temannya tengah merintis Rumah Tahfisz Ababil di Pekanbaru. Rumah Tahfisz Ababil adalah perpanjangan dari Rumah Tahfisz Daarul Qur’an yang didirikan oleh ustadz Yusuf Mansyur. Rumah pembibitan penghafal Al-Qur’an.

Saya dan teman-teman saat belajar menghafal Al-Quran bersamanya


Ustadz Muhayat adalah salah satu calon guru pengajar waktu itu. Penyandang disabilitas ini adalah seorang hafidz Qur’an, kendati ia tuna netra. Subhanallah… rasanya luar biasa saat menjadi salah satu murid yang bisa duduk melingkar dan belajar menghafal Al-Qur’an bersamanya. One day one ayat, metode inilah yang diterapkan di Rumah Tahfidz Ababil. Jadi, tidak hanya anak-anak, siapapun bisa belajar menghafal Al-Qur’an di sini. Hapalan pertama kami adalah surat Ar-Rahmaan. Ustadz yang humoris ini melantunkan ayat-ayat tersebut dengan begitu indah.
 
”Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.” (QS. Ar-Rahmaan (55) 18). 


Salah satu hal yang menarik dari surat Ar-Rahmaan ini adalah adanya pengulangan satu ayat di atas sebanyak 31 kali. Subhanallah...  maka nikmat Tuhan manakah yang kita dustakan. Kita yang telah diberikan kesempurnaan fisik dan akal, kita yang menjalani hari dengan begitu banyak kemudahan, kita yang telah memiliki kecukupan, dan sederet nikmat lainnya. Sungguh.. kita tidak akan mampu menghitung seluruh nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Lantas, sudahkah kita bersyukur?.

Lantunan do'a dari Ustadz Muhayat saat milad Nailah yang kedua dulu

Hmmm… begitu banyak orang-orang menakjubkan yang bisa ditemui di sekitar kita. Begitu banyak hikmah yang bisa kita ambil dari berbagai kejadian yang ada. Kehidupan memberikan ruang yang sangat luas agar kita bisa selalu belajar tentang banyak hal. Termasuk saat saya menghadiri buka bersama dengan para penyandang disabilitas, pada bulan Ramadhan kemarin.
Saat berada di tengah-tengah mereka, sungguh saya merasa sangat beruntung sekaligus merasa kurang bersyukur selama ini. Kenapa demikian? Ya, perasaan itu hadir karena saya tengah berada diantara orang-orang penyandang disabilitas, mayoritas pada saat itu adalah tuna netra. Orang-orang yang tidak mampu menikmati keindahan dunia lewat matanya, tidak melihat cahaya, tidak melihat indahnya pelangi, tidak melihat cantiknya alam, tidak melihat tingginya gedung-gedung buatan manusia yang menjulang, bahkan tidak bisa melihat bagaimana rupa orang-orang yang mereka cintai. 

Nah, komunitas ini terbentuk agar mereka para penyandang disabilitas dapat saling berbagi, saling menguatkan, dan untuk dapat menginspirasi orang-orang di sekitar bahwa hidup dapat berjalan dengan baik sekalipun  kita memiliki keterbatasan fisik. Bahkan, sekalipun mereka tidak dapat melihat ayat-ayat Allah yang tertulis indah di dalam Al-Quran, tapi mereka mampu menghapalnya, melebihi kebanyakan orang yang memiliki penglihatan sempurna seperti kita. Mirisnya, di rumah kita mungkin Al-Quran hanya dijadikan sebatas pajangan, berdebu, tanpa disentuh untuk dibaca apalagi dihapal, bahkan ada yang menjadikan lembaran Al-Quran sebagai "penangkal".

Saya merasa beruntung karena Allah telah memberikan kesempurnaan fisik kepada saya, eh tunggu, mungkin tidak sepenuhnya, mengingat kelak saya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah terhadap apa saja yang telah saya lihat, sudahkah saya menggunakan penglihatan ini hanya untuk hal-hal yang diridhoi oleh Allah, atau bahkan sebaliknya.

Speechlees... hanya rasa haru menyeruak, ada air mata yang menggenang di pelupuk mata dan susah payah saya tahan agar tidak menetes. Saya sangat berterima kasih kepada suami yang telah mengajak saya berpartisipasi di acara tersebut.

Acara yang digagas suami bersama sahabatnya Ust. Muhayat. Sebelum berbuka, ada sedikit pengajian yang diisi oleh Ust. Dian Sukheri. Pengajian yang mampu memberikan pencerahan dan motivasi.

Selanjutnya, buka bersama.


Ustadz Muhayat memiliki seorang istri yang tuna netra juga, bernama Nuri Sahar. Nuri Sahar adalah salah satu aktifis penyandang disabilitas yang memiliki mimpi untuk dapat menulis sebuah buku sebagai panduan bagi para orang tua, bagaimana bisa bahagia mendidik anak yang menyandang disabilitas, karena tidak sedikit juga orang tua yang tidak bisa menerima kondisi buah hatinya, baik ia sadari atau tanpa ia sadari. Mudah-mudahan kami memiliki kesempatan untuk bisa berkolaborasi dalam menulis buku tersebut nantinya. Aamiin.. ^_^

Nuri sahar dan saya




Komentar

  1. menulis ttg begini bikin nangis ya mbak.. nangis malu
    gutlak, menang ga menang tlsn ini isnpiratif. makasih :)

    BalasHapus
  2. Iyaaaa Mbak Binta. Gutlak juga buat dirimu Mbak, tengkiyu ^_^

    BalasHapus
  3. barokallah ya, mbak menang juara 2

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah... tengkiyu Mbak Naqi, tengkiyu udah sms hehehe... ^_^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyapa Kembali

 Apa kabar? Kita bersua kembali setelah sekian lama. Akhirnya, tak bisa pungkiri, jika rindu mengetuk kalbu, tanda harus segera bertemu. Di ruang ini, sebuah rumah maya, yang dulu kehangatannya begitu nyata. Rindu akan tegur sapa di kolom komentar. Rindu dengan aktivitas blog walking nya. Dan banyak rindu lainnya yang sulit untuk dijabarkan, karena udah keburu berasa mengharu biru. Semoga semua sahabat Ummi, sehat-sehat ya.

#DearDaughter Untuk Nai Tercinta

Dear... Khansa Nailah Gadis kecil berkerudung yang sangat ceriwis dan baik hati. Bayi mungil ummi yang kini telah berusia 4 tahun. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Ummi masih merasa baru kemarin Nai ummi kandung, ikut dalam setiap aktivitas ummi. Saat mengandung Nai, ummi super sibuk. Ummi mengajar full dari hari senin sampai jum'at, dan sabtu minggunya Ummi Kuliah S2. Nai Ummi bawa naik turun tangga sampai 3 lantai, setiap hari. Tapi kamu baik-baik saja, kita berdua kuat. Saat hamil Nai, Ummi juga ngidam lho, sama seperti ibu-ibu hamil lainnya. Tapi ngidam Ummi sedikit berbeda, Ummi ingin jalan-jalan pakai Honda Jazz Sport keluaran terbaru hihihi... aneh yah, Abi dan Opa mu sampai bingung. Keluarga kita nggak ada yang punya mobil itu, tapi Alhamdulillah ternyata teman sekantor Opa baru beli mobil itu, jadi kesampaian deh ngidam Ummi. Hari-hari yang Ummi lewati saat mengandung Nai, semuanya luar biasa, Ummi sangat menikmatinya, walaupun berat badan Ummi Naik drastis, ...

Dokumentasi Kitab Sakti Remadja Oenggoel

Seperti judulnya, postingan ini cuma dokumentasi dari acara Kitab Sakti Remadja Oenggoel Goes To School yang di adakan di SMP IT Al-Fatah Minas beberapa minggu yang lalu. Acara tersebut diliput oleh koran Riau Pos dan terbit pada tanggal 2 Oktober di bagian Pro Siak. Cuma saya agak sedikit heran, kok foto yang ini yah yang diambil hehehe... *tampak dari belakang pas jadi seleb yang lagi sibuk tanda tangan :)