Ingin tahu bagaimana rasanya hidup di sebuah
istana? Meskipun tak bergelar raja dan ratu. Yuk jalan-jalan ke Riau, di sini
kita bisa mendatangi sebuah istana indah, yaitu istana Siak. Istana yang
terletak di kota Siak, berjarak sekitar 160 km dari ibu kota provinsi Riau, yaitu
kota Pekanbaru. Untuk menuju ke sana dapat ditempuh dengan dua rute perjalanan
darat, lewat Perawang atau Pangkalan Kerinci.
Terakhir
kali saya mengunjungi istana Siak masih sangat kecil, kira-kira kelas 3 SD.
Jadi, jangan ditanya bagaimana saat itu, memori saya sendiri tidak mampu
mengingatnya secara baik kecuali lewat foto-foto jadul saat saya masih
unyu-unyu hehehe..
Nah,
kebetulan saya berkesempatan untuk berkunjung kembali ke sana. Saat saya sudah
menikah dan memiliki seorang putri berusia 2 tahun. Istana Siak tidak begitu
jauh dari kota Pekanbaru, cukup di tempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Cuma kalau
lalu lintas lagi padat, apalagi jalur yang ditempuh adalah jalur lalu lalangnya
mobil-mobil besar pengangkut kayu dan sawit, perjalanan dapat terasa lebih
panjang.
Siak
sendiri adalah sebuah kota kecil yang mulai berdandan dan tampil semakin cantik
dari sebelumnya, setelah terjadi pemekaran wilayah dan menjadi ibu kota
kabupaten Siak. Namun, istana siak yang disebut juga dengan istana Asherayah Al-Hasyimiyah, atau istana Matahari Timur ini sangat
terkenal hingga ke mancanegara, terutama yang masih termasuk ke dalam rumpun
melayu.
Sesampainya
di sana, tepat pada waktu makan siang. Kami yang memang sudah membawa bekal
dari rumah, mencari tempat yang teduh untuk membentang tikar lalu makan dan
beristirahat. Saat itu pengunjung tidak terlalu ramai, karena telah dibukanya
sebuah waterboom yang tidak jauh dari istana Siak, maka setelah berjalan-jalan
di istana siak kebanyakan pengunjung langsung menuju waterboom untuk menikmati
sensasi bermain air di tengah kondisi tubuh yang begitu gerah karena panasnya
cuaca.
Gambar : Istirahat sambil makan siang
Makan sambil
menikmati pemandangan luar istana Siak sungguh menyenangkan. Arsitektur istana
Siak bercirikan
gabungan antara Eropa, India dan Arab dengan
perpaduan Melayu tradisional. Dibangun oleh Sultan
Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889 oleh arsitek berkebangsaan
Jerman, Vande Morte. Istana berdiri megah di atas tanah seluas 3.5 Ha.
Gambar : Putri
kecil saya yang sedang berpose
Setelah
makan, kami langsung masuk ke dalam istana. Bangunan istana terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan
sidang: Ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki,
ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan disamping kanan adalah ruang sidang
kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta. Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan,
berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu Istana.
Gambar : Putri saya yang takut dengan patung majelis
raja
Untuk menuju lantai atas, kita
dapat menaiki tangga kuning yang berukir indah dengan bentuk yang melengkung. Konon, banyak orang yang mengatakan bahwa
jumlah hitungan anak tangga tidak sama ketika kita naik dan ketika kita turun.
Berhubung saya yang memang agak takut dengan ketinggian, apalagi bentuk tangga
yang melingkar itu, saya tidak sempat menghitungnya.
Gambar : pemandangan dari lantai 2
Bangunan Istana Siak
bersejarah tersebut selesai pada tahun 1893. Pada dinding istana dihiasi dengan
keramik khusus didatangkan buatan Prancis. Beberapa koleksi benda antik Istana,
kini disimpan Museum Nasional Jakarta, Istananya sendiri menyimpan duplikat
dari koleksi tersebut.
Berikut beberapa koleksi yang
ada di istana Siak :
Gambar : Kursi
Emas Raja
Gambar : Sepatu
Permaisuri
Gambar : Pakaian Raja
Gambar : Ruang Makan Kerajaan
Gambar :
Peninggalan berupa dulang/tampah
Barang-barang peninggalan yang luar bisa bukan.
Setelah puas melihat-lihat di dalam istana, kita bisa membeli sauvenir di
sebuah bangunan yang masih berada di lingkungan yang sama dengan istana.
Selanjutnya kalau kita tidak membawa bekal, kita bisa menuju rumah makan di
sekitar istana untuk menikmati menu ikan sungai dan udang gala. Hmmmm.. coba
deh asam pedas ikan patinnya maknyoooooos.. lho.
Terakhir,
jika ingin merasakan sensasi berada di negeri 1001 malam, yuuuuuuk.. berkunjung
ke istana Siak ini.
Pekanbaru, 06 Maret 2012
“Tulisan ini diikutkan pada Giveaway Pertama di Kisahku bersama Kakakin “
Istana Siak yang cantik, ...dan sepatu permaisuri itu bagus ya... kayaknya masih ngetrend juga
BalasHapusterima kasih mbak Oci sudah ikut serta ya
Ibu juri datang.. :)
BalasHapusIstananya indah ya. Apalagi ruang makannya, tampak mewah banget. Seperti jaman2 Victoria gitu, hehe..
Yang saya herankan, mengapa yang tertinggal di museum daerah cenderung selalu duplikatnya dan yang asli dibawa ke Jakarta.
Semoga barang2 antik itu beneran tersimpan di museum nasional... #oops, gak boleh suudzon...
Iya Mbak.. sepatunya masih in sampai sekarang ya.. ^_^
BalasHapusIya Mbak Try, perabotan makannya memang banyak dari Eropa. sayang fotonya ngumpet hihihi..
BalasHapushmmm... semoga saja tersimpan aman yah Mbak ^_^
sepatu permaisurinya bukan dari kaca ya? hehe..
BalasHapuskayaknya luas dan banyak tamannya ya?
Iya Mbak Popi, bukan sepatu kaca tapi lemarinya yang kaca hihihi.. halaman istananya memang luas banget, walaupun cuacanya panas, tapi ada angin yang bertiup sepoi-sepoi.. ^_^
BalasHapussetiap mau ke pekan baru pasti pengen mampir ke siak..tp da aja halangannya, tryt menggiurkan bisa kesana hehe
BalasHapusgudlak kontesnya ya mak :D
Ntar kalau jadi, kita pergi bareng aja ya Mimi..
BalasHapusAamiin.. tengkiyu udah mampir ^_^
Wah, Mbak Oci datanya akurat juga. Saya senang lho menghabiskan waktu disana. Hmmmm waktu motret tangga, nggak bisa sempurna, entah kenapa ....
BalasHapusIya Mbak, saya pas motret tangga juga hasilnya nggak bagus, yah walaupun foto-foto saya nggak sekeren foto-foto dirimu hehehe... jadi nggak saya posting ^_^
BalasHapus