“Mencintai
tidak harus selalu dengan mengobral kata-kata romantis, meski itu diperlukan.
Bukankah cinta itu lebih aplikatif, ada dalam kerja-kerja nyata dan realistis.
Bukan hanya terbatas dalam tata bahasa yang mempesona diantara sepasang manusia
yaitu suami istri.”
Romantis adalah bumbu penyedap dalam
percintaan antara sepasang manusia yang terikat dalam sebuah mahligai
pernikahan. Namun adakah defenisi romantis yang diakui dan dipahami secara
universal?, tidak. Setiap individu punya versinya masing-masing. Mungkin
bagimu romantis adalah saat kamu dibuai oleh untaian kata-kata mesra beserta
pujian yang membuatmu melambung ke angkasa, atau saat seikat bunga mawar merah
ada di hadapanmu ketika bangun pagi, bagaimana dengan coklat atau bingkisan
manis lainnya yang sering dilambangkan sebagai tanda cinta.
Lalu, apakah yang terjadi jika kita
hidup dengan seseorang yang jauh dari kesan romantis (versi sendiri), namun ia
merasa bahwa telah menjadi seseorang yang romantis bagi pasangannya. Sesuatu
yang rumit bukan?, apalagi jika sulit untuk dikomunikasikan. Lagi-lagi karena
perbedaan, walaupun sebenarnya perbedaan itu indah jika disikapi dengan positif.
Lelaki
dan perempuan adalah dua makhluk ciptaan Allah yang memiliki berbagai perbedaan.
Perbedaan ini bukan sekadar berbeda secara fisik, melainkan juga cara berpikir,
berkomunikasi, memandang suatu masalah, memahami, bereaksi atas suatu kejadian,
memberikan penghargaan, bahkan cara menunjukkan perasaan sayangnya kepada
pasangan. Hal ini membuat seolah-olah laki-laki dan perempuan berasal dari
planet yang berbeda, dengan
bahasa yang berbeda pula.
Nah, mulailah komunikasikan masalah romantis tersebut terhadap pasangan. Sampaikan secara langsung perlakuan bagaimana yang kita inginkan darinya. Terkadang,
kita sering kali beranggapan bahwa ketika sudah hidup bersama, pasangan akan mengerti
dengan sendirinya mengenai perlakuan bagaimana yang kita inginkan. Padahal, seorang
istri dan suami memiliki cara berpikir yang berbeda, jalan berpikir yang tidak
sama. Oleh karena itu, sebagai seorang istri, janganlah kita berpikir menurut
cara berpikir kita sendiri. Bukankah pasangan kita adalah seorang manusia biasa
yang tidak mengetahui yang tersimpan di dalam hati. Bahkan, sesuatu yang menurut kita tampak begitu jelas,
bisa jadi menurut pasangan tidak.
Sebaiknya bukalah ruang komunikasi selebar mungkin.
Komunikasi yang baik akan membuat suami dan istri saling mengenal siapa diri
mereka, saling mengerti apa yang mereka butuhkan dan inginkan, juga bagaimana perasaan
mereka. Tanpa adanya komunikasi, pernikahan yang dijalani tentunya akan menjadi
terasa sangat sulit dan dipenuhi dengan kesalahpahaman.
So, tidak ada salahnya untuk kita mengatakan terlebih
dahulu kepada pasangan bahwa romantis bagi kita adalah..........
Coming soon:
Buku Panduan Istri Shalihah
Komunikasi 2 arah harus dilakukan sepanjang masa. Usia pernikahan saya sdh 17 tahun, dan tetap saja ada hal2 membutuhkan penyesuaian...
BalasHapusYup bener banget Mbak Niken ^_^
BalasHapuswow... udah 17 tahun yah, saya baru hampir 4 tahun. tengkiyu yah Mbak udah mampir..