10 Oktober 2014

6 Tahun...


Hari itu, saya menghadiri acara aqiqah anak teman saya dan suami. Teman tersebut adalah pasangan tunanetra yang mampu menginspirasi banyak orang. Saya sempat mendampingi pasangan tersebut di saat-saat proses persalinan anak pertama mereka. Tapi, kali ini saya tak hendak untuk membahas bagaimana romantisme mereka sebagai pasangan suami istri.

Nah, di acara aqiqah tersebut, saat kami tengah menikmati hidangan yang telah disiapkan oleh tuan rumah, pandangan saya teralihkan kepada pasangan suami istri yang baru saja datang. Sang istri sebagai pengemudi sepeda motor, sedangkan suaminya duduk di belakang sebagai penumpang sambil menggendong anak mereka dengan menggunakan gendongan ala kanguru. Pemandangan yang ganjil bukan? tapi tidak saat kita mengetahui bahwa sang suami adalah seorang tunanetra.

Saya jadi teringat sebuah ungkapan bahwa CINTA ITU BUTA. Kalau dilihat dari pasangan ini, mungkin orang akan mengatakan bahwa si istrilah yang merasakan cinta itu buta, kendati secara lahiriah ia memiliki penglihatan yang sempurna. Bagaimana bisa ia menikah dengan laki-laki tunanetra yang sehari-harinya hanya berprofesi sebagai tukang pijat?. Tapi, itulah cinta dan jodoh.

Zaman sekarang, berapa banyak sih orang-orang seperti sang istri tersebut?. Kebanyakan, dari mata turun ke hati. Belum lagi banyaknya embel-embel berupa kepentingan terhadap pasangan. Lantas, setelah merasa mendapatkan yang sesuai dengan kriterianya, dikemudian hari, mereka berpisah dengan alasan adanya perbedaan diantara mereka.

Memangnya ada manusia yang tidak berbeda atau 100% sama? tidak, bahkan yang kembar identik saja tetap memiliki perbedaan. Bisa saja, perbedaan, ketidakcocokan, sering dijadikan kambing hitam karena enggan mempublikasikan penyebab sebenarnya. Tapi, terkadang alasan sebenarnya sungguh tak jauh berbeda. Banyak pasangan yang tak setangguh pasangan jaman dulu yang konon lebih tahan banting dalam mengarungi gelombang, di samudera pernikahan.

Sejatinya, perbedaan dan ketidaksempurnaan bisa membuat pasangan untuk saling melengkapi dan menyempurnakan. Oleh karena itu, saat memilih, tak semata lewat pandangan mata, tapi hendaklah karena ketakwaannya. Bagaimanapun, ketampanan bisa terkalahkan oleh kemapanan, tapi ketampanan dan kemapanan akan terkalahkan oleh keimanan. Tak lain, agar Allah Ridho dan SAMARA itu juga tercipta. Maka, baiti jannati itu tak sekedar fatamorgana.

Hari ini, tepat 6 tahun saat janji suci yang menggoncang Arsy itu diucapkan. Istimewanya, di hari yang sama, yaitu hari Jum'at. Bukan waktu yang singkat dan bukan pula waktu yang sudah terlalu lama. Ada banyak hal yang telah saya dan Abi lalui. Tak mudah, dan tak hendak pula menyebutnya terlalu sulit, karena sampai detik ini, kami masih selalu memupuk keyakinan bahwa dibalik 1 kesulitan ada 2 kemudahan. Tak ada yang tak mungkin bila Allah sudah berkehendak. Jadi, lebih baik selalu melangitkan rasa syukur. Bukankah kami diberikan oleh Allah fisik yang sempurna.

Semoga Allah selalu meridhoi kami, berkenan samara itu senantiasa ada, dan kami bisa menjadi Ummi Abi yang baik untuk kedua putri tercinta. Aamiin...

Mohon Aamiin juga yah temans semuaaaaa.... :)

Jangan sekali-kali beranggapan bahwa dunia ini sempurna atas diri seseorang
Karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa meraih segala yang ia inginkan
dan tidak ada seseorang yang terbebas dari kekurangan sedikit pun
(Dr. 'Aidh Bin 'Abdullah Al-Qarni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar