Langsung ke konten utama

Mak dan El (FIKSI)


Pekanbaru, di pinggiran sungai Siak..

Mak duduk termenung di halaman belakang rumah ditemani dengan lima ekor ayamnya, yang kesemuanya berwarna hitam. Dengan wajah kusut dan mata yang menerawang jauh entah kemana. Padahal, di ruang tamu sedang ramai orang yang bolak-balik berdatangan sejak semalam. Aku urung untuk mendekati Mak, lalu melangkahkan kakiku ke tempat dimana suara nyaring Kak Ita berasal.

“Kak Ita, cobalah kau tengok emak, ada apa gerangan yang membebani pikirannya?”. Ujarku kepada kakakku Ita yang sedari tadi sibuk ketawa-ketiwi di ruang tamu bersama Cik Midah dan tetangga lainnya.

“Manalah aku tahu, sudah hampir seminggu dia begitu, makanpun hilang selera”. Kak Ita menjawab, jawaban yang cukup mengagetkanku.

Memang, sudah hampir seminggu ini aku berangkat kerja sehabis subuh dan baru pulang lewat tengah malam. Aku mendapatkan tawaran kerja tambahan, lumayan untuk membantu emak agar asap dapur kami tetap mengepul. Menjalankan tugasku sebagai tulang punggung keluarga ini sejak abah tiada. Sedangkan kakakku Ita, perawan tua yang sukanya membual ke rumah-rumah tetangga. Emak juga sudah bosan menasehati, apalagi menjodohkannya. Selera kak Ita terlalu tinggi, nak hidup senang, makan enak, dan belanja ke mall saja pikirannya. Inginnya mendapatkan suami yang pengusaha berdasi atau PNS yang duduk di kursi empuk dan basah. Aku pusing, habis banyak dah uangku untuk beli bedaknya tapi tak juga dia dapat jodoh orang kaya.

Seperti sekarang, dengan santainya dia membual bersama cik Midah dan para tetangga tanpa memperdulikan emak. Padahal, sebelumnya Cik Midahlah orang yang paling enggan ia temui. Selalu saja ia kucing-kucingan. Sekarang, sudah seperti anak kembar saja dia dengan cik Midah.

 “Jangan sampai lupa kau Ita, aku mau semua tanda tangan para juri tu”. Ujar cik Midah berapi-api.

  “Ah, tak payahlah tu cik, asal hutangku kau lunaskan. Nanti aku kasih bonus foto aku bersama artis-artis tu, pajanglah di kamar”. Alamak, ternyata kak Ita ada maunya juga.

 “Memanglah kau Ita, sudah aku kasih toleransi sama emak kau untuk bayar sewa rumah ni, sekarang kau minta pula hutang lunas”. Cik Midah geleng-geleng kepala.

“Aduh cik, itu belum seberapa, nanti kalau El menang, kami beli sekalian rumah jelek ini, kami bangun jadi rumah mewah, El itu bakal sukses seperti Lyla dan Geisha, tau tak!”. Kak Ita tak mau kalah.

“Ah!, jangan banyak cakap kau Ita. Berkat sms aku tu, mana ada kau uang tuk beli pulsa”. Cik Midah tetap merasa paling berjasa.

Semakin ribut saja mereka berdua. Untung acara yang menampilkan El di televisi segera dimulai. Kalau tidak, semakin panjang saja perdebatan mereka.

“Mak, apa gerangan yang risaukan hati mak?, rindu El?, tak lama lagi mak nak jumpa dengan dia, tapi mengapa terlihat sedih”. Akhirnya aku menghampiri mak dan bertanya.

“Mak pusing karena tak ada baju bagus, malu nanti si El”. Mak berkata lirih.

***

Jakarta, di ruang tunggu salah satu TV swasta nasional..

“El, lusa mak kau jadi ke Jakarta?”. Pria gembul itu bertanya.

“Tentu saja jadi, harus karena di undang sponsor”.

 “Pasti mak kau bangga, anak bungsunya yang pengamen ini bisa jadi artis”.

“Tapi malu aku bang, kalau mak datang, diwawancarai, dan masuk TV dengan dandanan kampungannya”.

“Ah bodoh kau!, itu malah bagus, akan semakin mengundang simpati banyak orang dan kau akan menang dengan polling sms terbanyak”.

“Betul juga bang!”. El tersenyum lega mendengar pernyataan calon menejernya itu.


Komentar

  1. Wah wah wah ... terlalu si El.

    Makasih ya, sudah dicatat. Selamat menunggu pengumumannya :)

    BalasHapus
  2. Hihihi... si El jadi pemeran antagonis di sini


    Masama. Oke deh ^_^

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menyapa Kembali

 Apa kabar? Kita bersua kembali setelah sekian lama. Akhirnya, tak bisa pungkiri, jika rindu mengetuk kalbu, tanda harus segera bertemu. Di ruang ini, sebuah rumah maya, yang dulu kehangatannya begitu nyata. Rindu akan tegur sapa di kolom komentar. Rindu dengan aktivitas blog walking nya. Dan banyak rindu lainnya yang sulit untuk dijabarkan, karena udah keburu berasa mengharu biru. Semoga semua sahabat Ummi, sehat-sehat ya.

#DearDaughter Untuk Nai Tercinta

Dear... Khansa Nailah Gadis kecil berkerudung yang sangat ceriwis dan baik hati. Bayi mungil ummi yang kini telah berusia 4 tahun. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Ummi masih merasa baru kemarin Nai ummi kandung, ikut dalam setiap aktivitas ummi. Saat mengandung Nai, ummi super sibuk. Ummi mengajar full dari hari senin sampai jum'at, dan sabtu minggunya Ummi Kuliah S2. Nai Ummi bawa naik turun tangga sampai 3 lantai, setiap hari. Tapi kamu baik-baik saja, kita berdua kuat. Saat hamil Nai, Ummi juga ngidam lho, sama seperti ibu-ibu hamil lainnya. Tapi ngidam Ummi sedikit berbeda, Ummi ingin jalan-jalan pakai Honda Jazz Sport keluaran terbaru hihihi... aneh yah, Abi dan Opa mu sampai bingung. Keluarga kita nggak ada yang punya mobil itu, tapi Alhamdulillah ternyata teman sekantor Opa baru beli mobil itu, jadi kesampaian deh ngidam Ummi. Hari-hari yang Ummi lewati saat mengandung Nai, semuanya luar biasa, Ummi sangat menikmatinya, walaupun berat badan Ummi Naik drastis, ...

Dokumentasi Kitab Sakti Remadja Oenggoel

Seperti judulnya, postingan ini cuma dokumentasi dari acara Kitab Sakti Remadja Oenggoel Goes To School yang di adakan di SMP IT Al-Fatah Minas beberapa minggu yang lalu. Acara tersebut diliput oleh koran Riau Pos dan terbit pada tanggal 2 Oktober di bagian Pro Siak. Cuma saya agak sedikit heran, kok foto yang ini yah yang diambil hehehe... *tampak dari belakang pas jadi seleb yang lagi sibuk tanda tangan :)