Cerita Kita
Malam ini mangkuk kita tertukar
Kau dengan semangkuk mie baksomu dan aku dengan semangkuk mie ayamku
Kita tidak duduk di pojokan atau di bawah cahaya lampu remang-remang
Tapi di depan
Saat mata kita dengan leluasanya memandangi jalan
Menikmati percik air hujan yang sempat mampir di tangan kita
Malam ini mangkuk kita tertukar
Kau dengan semangkuk mie baksomu dan aku dengan semangkuk mie ayamku
Hanya kursi dan meja papan tanpa cahaya lilin dan bunga setaman
Tak ada musik klasik hanya deru rinai hujan
"Masihkah
kau ingat malam terakhir perjumpaan kita?"
Lirih suaraku menghembuskan kabut. Kabut yang sama kutemui di hitam
pekat matamu. Kau tak memandangku, hanya memainkan garpu bengkok yang
tergenggam oleh tangan kirimu. Sementara rinai hujan diluar sana mulai berganti
deras. Deras yang menempiaskan sejuk dan hunjam tetesannya mengenai tubuh kita.
Tapi engkau masih enggan beranjak. Meski disekeliling kita orang-orang telah
riuh bergerak. Ingin kutarik tanganmu untuk segera menjauh. Menjauhkan tubuh
dan mangkuk-mangkuk kita dari terpaan hujan yang kian deras. Namun bekumu
menulariku. Aku bergeming.
Lalu, tiba-tiba dentingan garpu bengkok yang beradu dengan
mangkuk itu berhenti. bukan karena telingaku yang tidak lagi mampu menangkap
iramanya, yang tak mungkin menyaingi dentingan suara air mengguyur deras atap
seng berkarat di atas kita.
"Tentu saja. Aku masih ingat saat itu kau memakai baju hitam, bahkan aroma
nafasmu yang bau bawang". kau menatapku kelam.
"Saat itu kau juga datang
bersama rinai hujan". sesaat matamu menerawang.
"Lalu kau bilang, aku suka baju hitam, menyamarkan badanku yang mulai
terlihat seperti bola bakso". mendadak ada segaris senyum tipis menghias
bibir tebalmu.
Aku terdiam. bekumu yang perlahan mencair membuat ku kelu.
Aku hanya bisa
tertawa. Namun tawaku terdengar sumbang. Begitupun tarikan senyummu, dimataku
tampak lebih mirip seringai vampire.
Apa sesungguhnya tengah terjadi? Antara kau dan aku?
Mengapa detik perjumpaan ini tak seperti yang kita bayangkan dan harapkan? Kenapa
kau menjelma sosok asing dimataku?
Klentinggg! bunyi denting garpu yang menghentak nyaring pinggiran mangkukmu
mengagetkanku, membuat dadaku terangkat dan nafasku tercegat.
"Kita
putus!" Lirihmu menggelegar. Seperti sebuah ultimatum tanpa sanggahan.
Aku mencoba untuk
tetap tenang, meski perasaanku tidak jauh berbeda dengan langit yang bergemuruh
di tengah hujan ini.
"Untuk dua kata itukah kita bertemu?. untuk kata yang seharusnya kau
ucapkan disaat terakhir perjumpaan kita tiga tahun yang lalu".
Aku sadar, suara yang keluar dari mulutku mulai bergetar. Mataku terasa panas,
ada sungai yang mendesak untuk mengalir deras, namun aku bendung dan tak tahu
sampai kapan bendungan itu akan bertahan.
"Ini mungkin
akan terasa berat, tapi percayalah, ini akan jadi keputusan yang terbaik bagi
kita." Kau masih bergeming dengan ultimatummu. Sementara sepasang sendok
dan garpu di mangkukmu telah berada dalam posisi bersilangan dan tertutup. Pertanda
bahwa kehadiran mangkuk itu diantara kita saat ini pun tak lebih dari sekadar
basa-basi, seremoni yang gagal menghangatkan situasi yang terlanjur beku.
"Baiklah, jika tak ada lagi yang bisa dipertahankan, dan tak ada lagi yang
bisa merubah keputusanmu." Aku bangkit dari kursi. Meninggalkan mangkukku
yang juga masih utuh, dengan sepasang sendok dan garpu tertutup bersilangan
diatas kuah yang telah berhenti mengepulkan asap.
Ah, aku selalu
menyukai hujan, saat hujan mengguyur tubuhku, lagi-lagi aku terselamatkan
karena air mataku takkan pernah kau tangkap, tersamarkan oleh tangis langit.
Malam ini mangkuk kita tertukar
Kau dengan semangkuk mie baksomu dan aku dengan semangkuk mie ayamku
mangkuk terakhir kita, selamanya..
Gambar Pinjem di Sini
Cerita di atas adalah cerita iseng via inbox antara saya dengan Mbak Riawani Elyta yang seorang novelis keren. Nggak nyangka Mbak Lyta mau meladeni saya yang gi pengen banget bisa nulis fiksi. Ayooo coba ditebak yang mana bagian saya dan yang mana bagian Mbak Lyta ^_^
Daripada gak dimakan, kirim ke rumahku aja .... hehehe
BalasHapusMba Oci yang mangkuknya tertukar dengan Mba Lyta. hehe... #gakbisajawab :P
BalasHapusAih... Mbak Amalia malah tertarik sama bakso dan mie ayamnya yah hihihi...
BalasHapusWah, beneran nggak bisa jawab yah Mbak Ai, ayoooo tebak ^_^
BalasHapusngiler dua mangkuk itu...
BalasHapusga bisa nebak.. sama2 aroma puitis.. sukaa :)
Dan...malam tadi mangkukku hilang...:D
BalasHapusYuuuuuk ke tukang bakso terdekat Mbak Binta ^_^
BalasHapusTerlalu tu Mbak Brien yang ngambil mangkuknya :D
BalasHapusbasonya bikin sy laper aja tuh :D
BalasHapusBener nggak, kalo yang riawani tulis itu mulai dari .. Klentinggg... bunyi garpu yang menghentak nyaring pinggiran mangkukmu...dst. ?? (Lagi belajar menebak)
BalasHapusWah ternyata banyak yang doyan bakso yah, termasuk Mbak Myra nih ^_^
BalasHapusYang klenting itu memang bener Mbak Lyta yang nulis, tapi bukan seterusnya untuk seterusnya hihihi... ^_*
BalasHapusoo.... aku kira ditulisnya per bagian.. berarti itu sebagian, diterusin sebagian lalu begitu seterusnya ya? yaaa... kalau gitu mah susahh.. harus diteliti satu persatu..
BalasHapusYup... perbagian, jadi kami sambung menyambung. memainkan imajinasi masing-masing aja Mbak Ade.
BalasHapus