Aku
ingin cemburu…
Bukankah itu
indah, dikala hati berdebar dengan jarak tipis seperti ketika sedang jatuh cinta. Dikala
rindu berkecamuk melebihi kasmaran ketika dipisahkan oleh jarak. Membuat ku
bertanya-tanya melebihi sebelum aku mengenalnya.
Saat itu ku bayangkan senyuman indah
yang bisa ku fotocopy di bibir ku, melafazhkan alhamdulillah sebagai suatu nikmat yang ku rengkuh. Aku bersyukur tiada batas atas perasaan
cemburu ini yang mampu membuat ku :



Aku ingin cemburu…
Karena aku akan
berada di sisi mu dalam situasi sentimentil yang menonjolkan sisi keperempuanan
ku. Melihat tatapan marah mu atau bahkan tatapan geli mu atas cemburu ku. Bahkan menikmati imajinasi
ku akan ending judul cerita cemburu
ini.
Aku ingin cemburu…
Bagi ku itu hanya
sebuah fase manusiawi yang hanya membutuhkan metodologi kalbu atas dasar
Illahi, itu hanya ibarat butir-butir pasir yang akan mengabur oleh hembusan waktu. Menggali
memori kita kembali bahwa yang menikahi kita adalah manusia biasa yang
mempunyai potensi hina dan mulia.
Dengan cemburu, bukankah
semakin membuka komunikasi kita kepada suami, membuat kita merasakan cinta yang
lebih besar dan mencoba belajar untuk berbagi. Eits… ada yang lebih cemburu tu
dibandingkan rasa cemburu kita kepada suami, tentu saja Sang Robbi yang juga butuh waktu mu saat kamu
diliputi rasa cemburu. Sesungguhnya Allah Swt lebih pencemburu.
Nah,
cemburu itu memang indah bukan?. Jadi mulai saat ini, menejlah cemburu mu agar
menjadi sesuatu yang positif , yang dapat lebih merekatkan cinta kasih.
Gambar @Febrianosaurus
cemburu kadang indah tp kadang juga enggak :D
BalasHapusIyaaaa... Mbak, ini lihat dari sisi indahnya ajah hehehe...
BalasHapus