13 September 2012

Ping! Pesan Penting Dari Satwa



Penasaran!, saya sungguh penasaran dengan isi novel hasil kolaborasi Mbak Riawani Elyta dan Mbak Shabrina WS ini, yang berhasil mengantongi juara pertama di lomba novel yang diadakan oleh Bentang Belia awal tahun 2012 lalu.

Sedari awal saya sudah mengetahui bahwa Mbak Riawani Elyta akan berduet dengan Mbak Shabrina WS dalam event ini. Mereka berdua adalah penulis favorit saya. Tentu saja novel Ping! ini menjadi salah satu novel yang harus saya miliki. Bahkan saya langsung memesannya ke penulisnya.

Saya yang sangat jatuh cinta dengan tulisan dan novel-novel Mbak Riawani Elyta yang cerdas, begitu juga dengan tulisan dan novel Mbak Shabrina WS yang bisa dikatakan berciri khas atau tidak jauh-jauh dari seputar dunia binatang (fabel), semakin terpesona dengan kepiawaian mereka meramu novel ini.

Saat membacanya, saya serasa ikut berpetualang. Petualangan yang manis sekaligus mengharukan. Bahkan, saya juga sempat menitikkan air mata untuk Ping!. Membaca kisah Ping si orang utan, pikiran saya langsung melayang ke sebuah Taman Nasional Tesso Nilo yang ada di Riau. Mungkin apa yang dirasakan Ping tidak jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh Gajah Sumatra ( Elephas maximus sumatranus ) salah satu spesies langka yang ada di sini.

Konflik antara gajah dan manusia yang berujung pada kematian beberapa gajah dan perambahanlah (untuk dijadikan pemukiman atau perkebunan sawit) yang menjadi salah satu penyebab semakin meningkatnya konflik tersebut. Selain itu, kemungkinan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan konflik untuk mendapatkan gading gajah. Sepanjang Maret-Juni 2012 tercatat 7 kematian gajah di kawasan blok hutan Tesso Nilo. Kasus kematian yang terakhir ditemukan di konsesi perusahaan kayu akasia pada 7 Juni 2012, Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan. Seekor gajah jantan muda ditemukan mati dengan kondisi gading hilang. (1)

Foto: (dok okezone)
Gambar dari sini

Miris, sediiiiih... sekali rasanya saat menyaksikan berita mengenai gajah-gajah ini, baik di media cetak maupun elektronik. Gajah "mengamuk", mereka kerap sekali dipersalahkan dan menjadi bulan-bulanan saat masuk ke pemukiman warga. Padahal, dari kawasan TN Tesso Nilo seluas 83 ribu hektare, sekitar 35 ribu hektare di antaranya sudah dicaplok warga dan pengembang perusahaan yang kemudian dialihfungsikan untuk perkebunan kelapa sawit dan permukiman penduduk. (2). Jadi, salahkah gajah-gajah tersebut?. 

Luka... ya, jejak-jejak itu bernama luka. Luka yang dirasakan oleh Ping si orang utan, gajah Sumatra atau hewan-hewan lainnya yang menjadi sasaran "nafsu" dan "kepentingan" manusia. Bukankah seharusnya kita bisa hidup berdampingan dengan damai? sehingga ekosistem menjadi tetap balance. Saya ingin kita, dan anak-anak kita kelak tetap bisa menyaksikan "penampakkan" hewan-hewan tersebut secara langsung. Bukan hanya di buku-buku atau ensiklopedi, dan jangan sampai mereka juga berlabel sebagai "hewan punah", berdampingan dengan Dinasaurus dan sebangsanya.

Gambar dari sini

Ping! A Message From Borneo. Novel remaja yang bergizi, yang tidak hanya menyajikan sebuah cerita, tapi juga kaya akan ilmu pengetahuan seputar orang utan. Mbak Shabrina WS memang tidak main-main, saya mengacungi 10 jempol untuk totalitas beliau dalam "melakoni" Ping. Terlebih, ketika saya membaca behind the scene nya. Sungguh, sebuah kolaborasi novel yang ciamik dari dua penulis keren yang belum bernah bertatapan muka secara langsung ini. Semoga banyak pembaca (khususnya remaja) yang menjadi lebih peduli terhadap satwa, seperti Molly dan teman-temannya.

Jadi, tunggu apalagi. Novel ini sangat layak bahkan harus Anda miliki ^_^

13 September 2012
Pekanbaru-Riau




Sinopsis:
Molly, gadis penyayang binatang tingkat akut. Ia nekat mengiyakan ajakan Nick, teman bule-nya, untuk ikut meneliti orang utan di hutan Kalimantan. Tanpa pikir panjang, Molly terbang menyusul Nick demi menemui langsung binatang yang hampir punah itu. Hitung-hitung sekalian liburan.

Di sela petualangannya, Molly bertemu dengan Archi, sahabatnya waktu SMA. Archi kini berbeda. Selain makin ganteng, ia juga menentang keras kegemaran Molly pada keselamatan satwa. Putra tunggal pengusaha sawit terkenal itu juga bersikap enggak ramah pada Nick. Liburan yang seharusnya asyik pun dirusak oleh pertengkaran.


Mungkinkah sikap Archi ini karena cemburu pada Nick? Atau ada hubungannya dengan bisnis sawit ayahnya?

Sementara bagian fabel bercerita tentang Ping, seekor anak orang utan, yang menyimpan luka di sepanjang hidupnya akibat ulah manusia dan bertekad menghapus segala hal  tentang manusia dari ruang hatinya.


4 komentar:

  1. Mbaak, makasih banyak udah baca PING udah menyediakan waktu buat ngereview.
    Yaaah begitulah Mbak, miris klo lihat berita2 ttg binatang :(

    BalasHapus
  2. Iya Mbak Brien. Saya sendiri belum pernah ke TN Tesso Nilo, pengeeeeeen. Padahal nggak begitu jauh *ngerayu si abi doloo ^_^

    BalasHapus
  3. aku belum baca PING............tapi dari review dan sinopsisnya bisa membayangkan isinya:)

    Mudah-mudahan dengan PING lebih banyak orang-orang yang peduli dengan keberadaan satwa.

    BalasHapus
  4. Ayoooo... baca juga Mbak Sara, seruuu ^_^

    Aamiin.. iyaa Mbak.

    BalasHapus