17 September 2012

Si Pemilik Tawa Kuda


Pernah nggak sih merasa benci banget sama seseorang?. Kalau melihat dia, bawaannya pengen maraaaah ajah, trus bikin hari yang tadinya indah seindah pelangi, mendadak jadi abu-abu. Mungkin rata-rata pernah yah, demikan juga dengan saya. penyebabnya bisa macam-macam, dari yang realistis sampai yang nggak realistis hihihi... maksudnya, dari penyebab yang dibenarkan *eh, emang ada benci yang dibenarkan? Hihihi... sampai dengan penyebab yang nggak dibenarkan.

Kalau ngomongin kategori penyebab yang nggak dibenarkan, saya punya sebuah cerita. Ini terjadi sewaktu saya masih duduk dibangku SMP. Waktu itu, saya benci banget dengan temen saya si Badu (bukan nama sebenarnya, yang namanya Badu maap yeee...). Pokoke benciiiii... dah, Cuma karena saya tu nggak suka dengar suara dia kalau lagi ketawa. Ditelinga saya, suara tawanya itu terdengar seperti suara kuda hehehe... *Padahal ketawa itu HAM yah

Gambar dari sini

Dulu, bawaannya sebel banget. Terlebih dia orangnya seneng banget ketawa, yang nggak lucu juga sering diketawainnya *aneh yak, atau selera humor saya yang rendah
Jadi, saya pasti menghindar jauh-jauh. Berusaha untuk tidak terlibat apapun dengannya, baik belajar kelompok, atau ekstrakurikuler, alergiiii...

Kebayang deh gimana saya waktu itu *nggak layak banget ditiru
Sampai suatu hari, untuk pertama kalinya saya pulang sekolah pakai angkot, karena mendadak tidak ada yang bisa menjemput, sementara saya ogah buat nunggu. Habisnya, di rumah majalah remaja saya sudah menanti untuk dibaca. Nah, saat itu terjadilah sebuah peristiwa yang mengharukan *lebaaay

Di saat perasaan saya sedang campur aduk, antara takut, gerah, agak semaput dengan bau aneka bebauan termasuk asap rokok *maklum karena baru pertama kali
ada sesuatu yang menjadi pelengkap penderitaan saya waktu itu, uang saya hilang!. Gaswaaaat! Saya panik dong, mau bayar angkot pakai apa coba. Seandainya naik taxi, mungkin saya nggak akan sepanik ini, tinggal bayar di rumah, beres. Tapi ini angkot, angkot ini juga berhentinya nggak pas di depan pagar rumah saya, saya harus jalan dulu sekitar kurleb 10 menit *kalau nggak naik ojek

Saya yang memang sedari awal udah keringetan, makin keringetan seperti orang yang baru habis lomba lari 1 km hehehe... Tapi tiba-tiba, terdengar sebuah suara yang bilang ”Pinggir bang!” Saya merasa sangat mengenali suara itu. Yup... itu adalah suara si Badu, saya nggak nyangka kalau saya ternyata satu angkot dengannya.

Rumah saya dan Badu ternyata searah, tanpa sengaja kami menaiki angkot yang sama. Saat turun dari angkot, Badu langsung ngomong ke sopir ”Pak, 2 yah sama temen saya yang itu” sambil menunjuk ke arah saya. Huwaaaaaa... saya berasa diguyur es!, ini untuk pertama kalinya saya merasa begitu beruntung bertemu dengan si Badu. Saya menjadi terharu, sambl di dalam hati teriak Tengkiyu my hero!.

Semenjak kejadian itu, saya akhirnya bisa berubah. Berubah menjadi baik? Hmmmm.... nggak juga, setidaknya nggak jadi benci-benci amat atau alergi dengan keberadaannya hihihi.... Sayangnya, sekarang saya baru ingat bahwa saya belum mengucapkan terima kasih padanya.

Saya sadar, perasaan saya dulu itu sangat keterlaluan. Tapi, Alhamdulillah Allah menegur saya dengan cara yang indah. Menyadarkan saya bahwa sebagai sesama manusia, tidak selayaknya saya membenci. Perasaan benci yang akhirnya membuat saya sering mengolok-olok dia, memberikan julukan atau panggilan yang bisa jadi sangat tidak disukainya *ya iyalah, moso' disamain dengan kuda

Saya berharap, suatu hari semoga saya bisa bertemu dengannya kembali, untuk minta maaf dan juga mengucapkan terima kasih.


4 komentar:

  1. *ngakak*

    Mosok bisa sebel sama orang cuman gegara ketawanya kayak kuda sih? Hihihi....

    Saya juga suka ketawa ngakak-ngakak, Mbak. Tapi sama Ibu saya dibilangnya ketawa saya kayak bebek. (Walopun saya gak yakin bebek bisa ketawa, tapi saya gak mau ngebantah juga sih.) Soalnya kalo saya ketawa sampe keliatan gigi gerahamnya. (Nah kan, bebek mana punya gigi geraham?) Tapi saya ngeliat itu sebagai ledekan sayang Ibu saya sama saya sih. :D

    BalasHapus
  2. Iyaaaa... dulu memang saya orangnya jutek mbak *sekarang masih tersisa sedikiiiiit hihihi...

    hahaha... saya juga ngakak baca komen Mbak Octa. setahu saya, kalau istilah bebek itu buat gaya orang yang jalan megal-megol yak, hebat juga nih Ibu Mbak :D

    BalasHapus
  3. kasian si Badu,,,Mimi bantuin nampol emak Oci sekarang yaaa. hewhew

    BalasHapus