Permen
Addicted
Menjadi seorang ibu
itu menakjubkan. Sebuah kalimat klasik yang sebenarnya begitu sarat makna.
Karena, ada banyak hal menakjubkan yang akan ibu lewati bersama sang buah hati.
Itu berarti bahwa kita melewati berbagai macam proses pembelajaran untuk
menjadi seorang ibu yang lebih baik lagi. Bukankah kita sedang menyandang
pertanggung jawaban yang tidak mudah.
Nah, anak adalah anugerah yang sangat
luar biasa, dengan berbagai keunikannya. Banyak hal yang dialami oleh anak saat
kita mendampingi tumbuh kembangnya, termasuk berbagai perilaku anak baik saat
dia sedang berada dalam kondisi senang maupun dalam kondisi sulit. Seperti
pengalaman yang saya lewati bersama putri kecil saya, Khansa Nailah yang saat
ini berusia 2 tahun 7 bulan.
Entah darimana awalnya Nailah mengenal
permen atau gula-gula. Tetapi lazimnya seperti anak-anak lain, setelah mencoba
rasa permen, maka permen bisa menjadi camilan/jajanan kesukaan mereka. Karena,
selain rasanya yang manis, bentuk permen yang beraneka ragam, juga warna-warni
permen yang sangat menarik, membuat anak menjadi sangat menyukainya. Maka, permen
menjadi salah satu jajanan yang harus ada setiap Nailah ikut menemani saya
berbelanja di Supermarket. Kalau tidak, Nailah akan menangis histeris.
Setiap hari, Nailah selalu minta permen. Kalau
tidak mendapatkannya, dia akan kembali menangis histeris dalam waktu yang lama
bahkan mengamuk, dan membanting benda-benda yang ada disekitarnya. Dengan
kondisi seperti itu, saya benar-benar merasa ”kecolongan”. Bagaimana bisa
Nailah sampai begitu candunya dengan permen. Ternyata tanpa sepengetahuan saya,
Nailah sering sekali diberikan permen oleh Oma, Oom, bahkan Abinya sendiri.
Dengan berdalih tidak tega, mereka kerap memberikan permen dengan mudahnya dan
berlebihan (sehari bisa mencapai 10 permen). Akibatnya, Nailah belajar bahwa dengan
menangis ia bisa mendapatkan apa yang dia suka, termasuk permen.
Bukankah itu cara memanjakan yang
salah kaprah. Sekalipun Nailah adalah cucu pertama di keluarga dan perempuan (karena
saya anak perempuan satu-satunya), tidak berarti ia bisa selalu mendapatkan apa
yang diinginkannya. Selain karena komposisi permen terdiri dari sukrosa (gula),
glukosa, zat pewarna, dan zat perasa, yang dapat mengakibatkan keries pada
gigi, mengurangi nafsu makan, bahkan merangsang terjadinya batuk, permen juga
tidak memiliki kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh (junk food).
Sumber Gambar: http://www.alhamsyah.com/blog/kesehatan/antibiotik-bukan-permen
pemanfaatannya-yang-benar-dan-efek-negatifnya-bila-dikonsumsi sembarangan.html
Akhirnya, saya mencoba melakukan
beberapa hal untuk dapat mengubah kebiasaan buruk Nailah, dengan cara:
· Memberikan pengertian kepada keluarga dan menyelaraskan
pola asuh anak dengan pola asuh yang telah kita terapkan. Sehingga Nailah tidak
”lari” dan meminta ”pembelaan” kepada anggota keluarga lain, saat tidak
mendapatkan apa yang dia inginkan melalui uminya.
· Mengurangi frekuensi dan jumlah permen yang dikonsumsi
Nailah secara perlahan, dan rajin menyikat giginya terutama setelah
mengkonsumsi permen.
· Berdo’a kepada Allah semoga diberikan dimudahkan.
Inilah trik yang saya lakukan untuk
mengurangi frekuensi dan jumlah permen yang dikonsumsi Nailah:
· Memperlihatkan gambar perbandingan antara gigi yang sehat
dan bersih dengan gigi yang memiliki karies.
Sumber Gambar: http://mim.yahoo.com/aku_anak__sehat/p/ujbdbJ2/
Sumber Gambar: http://klinikgigikeluarga.wordpress.com/
· Bereksperimen di dapur untuk mencari aneka makanan manis
olahan sendiri yang sehat dan bergizi, juga disukai Nailah. Bahkan saya juga
ikut mengajaknya serta untuk membuat makanan tersebut. Ini hasil eksperimen
saya:
· Apabila Nailah minta untuk dibelikan permen, saya
mengatakan kepadanya, bahwa uangnya lebih baik ditabung untuk membeli buku.
Nailah sangat suka buku, saya sudah membiasakan diri untuk membacakan buku
kepadanya semenjak dini. Saya juga akan memberikannya rewards apabila Nailah menurut, dengan mengajaknya ke perpustakaan
wilayah atau taman bermain.
Alhamdulillah… Nailah telah
berangsur mengerti dan mau menurut. Memang dibutuhkan kesabaran dan kerjasama
yang baik dengan keluarga, juga do’a kepada Allah. Saya juga harus bisa
konsisten dalam menjalankannya, jangan sampai saya sendiri yang melanggar aturan
yang sudah saya buat ^_^
Tulisan ini di-share dalam rangka mengikuti “GA GOLDEN MOMENT WITH YOUR CHILD” yang diadakan oleh penerbit byPASS