27 Mei 2016



Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Sebagai seorang Ibu, kita harus rajin menimba ilmu. Tak pernah merasa cukup, karena dalam mendidik manusia kita akan selalu menemukan hal baru, sifatnya dinamis. 

Rajinlah mendatangi majelis ilmu, mengikuti seminar atau pelatihan parenting, dan membaca buku. Setidaknya, itulah yang saya lakukan. Mendatangi majelis ilmu rutin 1 minggu sekali. Berusaha untuk mengikuti seminar parenting, dan membaca buku-buku parenting.

Seperti waktu itu, saya mengikuti seminar parenting tentang Mewujudkan Pendidikan Berbasis Aqidah Islam, yang salah seorang pematerinya adalah Bunda Astri Ivo. Selain isi seminarnya yang keren, buku yang diberikan gratis kepada  peserta seminar juga sangaaat keren.

Sebuah buku parenting yang gaya penulisannya seolah kita tengah menyimak langsung kata perkata keluar dari mulut seorang Astri Ivo. Santai, tak menggurui. Buku parenting yang tak membuat kita lelah karena dijejali teori ini itu lalu menghadirkan feeling guilt yang parah.

Buku ini memiliki penuturan yang lembut. Sebuah autobiografi Astri Ivo. Membawa kita mengenal lebih dalam bagaimana metamarfosis aktris lawas yang masih hits hingga saat sekarang ini. Bagaimana keluarganya, bagaimana cara ia dibesarkan oleh orang tuanya, bagaimana perjalanan kariernya, bagaimana kisah cintanya dengan sang suami, bagaimana kisah hijrahnya, dan tentu saja bagaimana ia mendidik 2 orang putranya.

Banyak sekali kejutan yang kita dapatkan di buku ini, terutama tentang bagaimana seorang Astri Ivo dibesarkan oleh orang tuanya yang telah bercerai. Bertabur pelajaran baik, menghantarkan Astri Ivo menjadi pribadi yang lebih baik lagi dalam mengarungi bahtera rumah tangganya bersama sang suami dan kedua putra mereka.

Buku yang terdiri dari 26 bagian ini, penuh ibroh. Layak menjadi salah satu referensi kita dalam mengasuh buah hati. 

Terakhir, sepasang sayap menuju surga, apakah sayap itu? Kita akan menemukannya di buku ini dan membuat kita berusaha untuk mengepakkan sayap yang sama untuk menuju surga.

25 Mei 2016


Sebentar lagi bulan Ramadhan akan tiba. Nggak dipungkiri kalau bulan puasa dan lebaran membutuhkan pengeluaran ekstra. Tapi, kita kudu bijak dong dalam pengaturannya. Jangan sampai over budget, karena masih ada banyak hari yang akan dilewati menjelang gajian kembali.
Jadi gimana dong biar budget pas. Yuuuk, mari jadi cerdas dengan tepat prioritas. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan:
 
• Atur Menu Buka dan Sahur
Perhatikan menu makanan kita. Puasa nggak hanya bikin lapar perut tapi juga mata. Pengennya makan yang enak-enak. Lihat orang jualan, maunya semua dibeli. Padahal, begitu berbuka, nggak sedikit juga makanan yang akhirnya jadi sia-sia, nggak kemakan dan berakhir dibuang. Sayangkan, tapi bukan berarti nggak boleh juga makan enak, hanya saja lebih disesuaikan dengan kemampuan finansial kita. Jangan sampai pas nggak bisa makan daging lagi, hari-hari berikutnya cuma makan nasi pake kecap plus kerupuk aja :D
• Belanja Sebelum Ramadhan Tiba
untuk digunakan saat lebaran nanti. Berhubung cuma tradisi dan nggak dosa juga kalau nggak pakai baju baru, nggak ada salahnya untuk menggunakan pakaian lama yang kondisinya masih okee. Kalaupun mau beli pakaian baru juga, lebih baik mengangsur membelinya sebelum bulan Ramadhan tiba. Selain lebih hemat pengeluaran di bulan Ramadhan, juga lebih menghemat tenaga kita. Jadi, tenganya digunakan untuk memaksimalkan ibadah sunnah di bulan Ramadhan aja.
Selain tentang pakaian, biasanya kita juga ribet dengan printilan untuk mempercantik rumah. Pengennyan saat silaturahmi di hari Lebaran nanti, ada suasana baru di rumah kita. Boleh-boleh aja, tapi menurut saya, printilan itu sudah kita angsur pikirkan dan beli sebelum Ramadhan tiba.
• Mengatur THR
THR yang ada jangan semuanya dialokasikan untuk konsumtif saja. Sebaiknya, dana yang kita punya lebih banyak dialokasikan untuk memberi kepada sesama yang lebih membutuhkan, terlebih keluarga. Selain pahalanya yang berlipat, itu juga nikmat. Trus, kalau punya hutang, nggak ada salahnya juga dana tersebut digunakan untuk kewajiban kita membayar hutang.
• Pilih Buka Bersama yang Bermakna
Ramadhan juga jadi bulan reunian. Nggak sedikit undangan buka bersama yang berdatangan. Sebaiknya pilih buka puasa mana yang akan dihadiri, jangan terlalu memaksakan untuk mengikuti semuanya. Alternatif lain, mengikuti buka puasa bersama tanpa membawa serta keluarga (istri\suami dan anak).
• Mudik?
Pastikan sudah dipersiapkan sejak sebelum Ramadhan tiba, sehingga sudah ada alokasi budget mudiknya. Alternatif lain jika minim dana, hitung manakah yang lebih murah, kita mudik atau mendatangkan orang tua ke tempat kita, dengan catatan bahwa orang tua kita bersedia. Jika kita suami istri beda tempat mudik, bisa atur jadwal mudik, bergantian tiap tahunnya.

Ada yang mau menambahkan?