18 Desember 2014


Judul Buku   : Bahagia Ketika Ikhlas
Penulis         : Rena Puspa
Penerbit       : PT. Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2014

Ada sebuah quote yang cukup populer, yaitu " The Mother's Heart is The Child's schoolroom". Sebagai seorang Ibu, saya rasa kita sepakat dengan quote tersebut, bukan?. Nah, pertanyaannya adalah, hati yang bagaimana. Apakah mungkin hati yang dipenuhi oleh rasa amarah, penyesalan, keraguan, atau bahkan penuh dengan kebencian. Tak heran, bila saat ini begitu banyak fenomena mother monster, yang bikin kita merinding, tak percaya, tapi ternyata ada.

Perempuan itu memang kompleks, terlebih ketika telah menyandang status sebagai seorang ibu. Segalanya tak hanya tentang dirinya sendiri, tapi tentang suami, anak-anak, keluarga besar, sampai dalam lingkup perannya dalam bermasyarakat. Sungguh tidak mudah menjalani peran tersebut, tapi bukan berarti juga peran itu sangat sulit untuk dijalankan dengan baik.

Ada banyak perempuan yang sulit untuk memaknai perannya, atau menjalani pilihan yang ternyata bertentangan dengan hati nuraninya. Mereka gagal untuk memahami dengan baik bagaimana dirinya dan potensi yang dimilikinya. Akibatnya, demi mendapatkan sebuah kata dambaan sejuta umat, yaitu BAHAGIA, mereka malah semakin jauh dari kata itu, atau hanya mencicipi kebahagiaan yang semu. Jika perempuan tersebut sudah gagal paham, lalu bagaimana dengan pasangannya. Padahal, dalam sebuah rumah tangga, suami istri adalah partner dan saling bersinergi untuk mewujudkan visi misi keluarga. 

Realita inilah yang diangkat oleh Rena Puspa dalam bukunya yang berjudul Bahagia Ketika Ikhlas. Saya langsung tertarik dengan buku ini ketika membaca sinopsis back cover, berikut sedikit cuplikannya:
Kata bahagia seolah harus selalu disandingkan dengan profesi sebagai Ibu. Karena hanya dengan hati bahagialah peran seorang Ibu dalam mengurus anak-anak dan suaminya dapat berjalan dengan optimal. Dan, hanya dengan ikhlas bahagia menjadi mudah diraih..........
Kalimat tersebut, tentu sudah memberikan kita bayangan tentang apa yang akan dibahas di dalam buku ini. Setidaknya ada 3 kata kunci, yaitu Ibu, Bahagia, Ikhlas. Ada apa dengan Ibu? ada banyak hal. Buku yang terbagi menjadi 6 bab ini membahas secara runut. Pada bab awal yang berupa pendahuluan, kita dapat mengetahui bagaimana secara garis besar pemikiran yang melatarbelakangi penulis dalam menulis buku ini.

Memasuki bab 2 dan 3, kita akan disuguhkan pengetahuan tentang faktor hormonal dan eksternal yang dapat menjadi pemicu stres pada Ibu. Sehingga, menyebabkan Ibu tidak optimal dalam menjalani perannya. Pada faktor hormonal, dijelaskan secara gamblang bagaimana hormon mempengaruhi kondisi psikis seorang perempuan, terutama dalam proses menjadi seorang Ibu, yaitu dalam tahap hamil dan melahirkan.
Proses kehamilan, kelahiran, dan menyusui adalah rangkaian proses yang dikendalikan banyak hormon, sehingga terkadang memicu stres... (hal. 36)
Sedangkan faktor eksternal, lebih menyangkut tentang peran seorang perempuan di dalam keluarga, yang dapat memicu stres, yaitu sebagai seorang Ibu, dan sebagai seorang istri, serta dalam kegiatan domestik rumah tangga.

Lanjut menuju bab 4. Ada pemaparan panjang tentang bagaimana cara kita mengenali diri dan potensi, mengambil keputusan serta mengkomunikasikannya dengan suami dan anak-anak, serta bagaimana caranya "bersenang-senang".

Pada bab 5 dan 6, kita akan mengetahui bagaimana konsep BAHAGIA dan makna sukses, yang disuguhkan oleh penulis. Dimana, semua bermuara pada sebuah kata IKHLAS.
..... Dan, yang kita fokuskan hanyalah usaha terbaik yang mampu kita lakukan saat ini dan dengan mengandalkan kesempurnaan Allah, lalu ikhlaskanlah Allah melakukan hal-hal yang tidak mampu kita lakukan, dengan berpikir seperti ini, maka kegiatan ikhtiar kita menjadi lebih ringan namun dipenuhi dengan tahapan-tahapan membahagiakan, dengan hasil yang menakjubkan. (hal. 181-182)
Buku ini cocok dibaca oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan, yang masih single atau berstatus sebagai seorang suami/istri, yang berprofesi sebagai full time mom, working mom, working at home mom. Dengan gaya bahasa yang ringan, membuat kita merasa tengah mengobrol asyik dengan seorang teman. Sama sekali tak ada kesan menggurui. Apalagi, di dalam buku ini ada tips-tips yang berdasarkan pengalaman penulisnya. Jadi, kita tak hanya dijejali teori, tetapi juga solusi.


Ibarat sebuah masakan, buku ini sudah sangat pas takaran bumbunya, diracik dengan baik, sehingga sarat dengan gizi. Hanya saja, sedikit masukan, saya sebenarnya menginginkan pembahasan tentang bagaimana komunikasi suami istri dibahas lebih banyak. Dalam kehidupan nyata, tak sedikit saya temukan para istri yang mengeluh tentang suaminya, dan masih tak menemukan bagaimana berkomunikasi efektif. Padahal, peran suami juga begitu besar terhadap "kestabilan" seorang istri dalam menjalani perannya. Seperti yang dikatakan oleh penulis bahwa:
Pada kasus-kasus Ibu yang banyak menyiksa anak dan bahkan tega membunuh anaknya, ternyata kebanyakan memiliki komunikasi yang buruk dengan suaminya, kebanyakan dari mereka juga dikenal pendiam dan sering memendam stres dan rasa kecewa sendirian, sedangkan suaminya tidak mengeri sama sekali (hal. 96)
 Terakhir,
  • Buat Anda para single yang ingin memiliki ilmu sebagai bekal untuk berumah tangga nanti
  • Buat para istri yang kebingungan akan pilihannya, apakah sebagai full time mom, working mom, working at home mom. Yang memiliki ambisi menjadi supermom. Yang hopeless dan kehilangan kepercayaan diri. Yang "berdarah-darah" dalam mencari kebahagiaan dan kesuksesan
  • Buat para suami yang sering meremehkan pekerjaan domestik. Yang ingin lebih memahami bagaimana kondisi istri, atau yang ingin istrinya menjadi lebih baik lagi dalam menjalankan perannya
Yuuuuuuuk segera ke toko buku terdekat di daerah Anda. Buku yang memiliki cover berdesain manis ini, sangat cocok menjadi referensi Anda semua. Selamat berburu, selamat membaca, dan selamat berbahagia. ^_^

Foto diam-diam saat Si Abi kepergok lagi baca buku inih
Seriuuuuuuuus amaaat ^_^

17 Desember 2014


Bosan dengan olahan kikil yang biasanya digulai. Kali ini, kikil saya olah dengan cara ditumis. Potongan kikil yang biasanya berukuran besar, berubah menjadi kecil-kecil. Dengan bumbu-bumbu yang dirajang, cita rasa tumis kikil tetap lezat dan ada sensasi segar. Baiklah, berikut bahan dan cara pembuatannya:

Bahan:
  • 1/4 kg kikil (rebus sampai empuk, potong dadu kecil-kecil)
  • 5 buah tahu (potong dadu, goreng selayang)
  • 1/2 papan tempe ukuran sedang (potong dadu, goreng selayang)
  • 1 ons cabe merah (dirajang)
  • 1 ikat kecil kacang panjang (potong kecil-kecil)
  • 4 siung bawang merah (dirajang)
  • 5 siung bawang putih (dirajang)
  • 1 ruas jahe (digeprek)
  • 3 lembar daun salam
  • 5 lembar daun jeruk
  • 1 buah serai (digeprek)
  • 1 buah Batang daun bawang (potong kecil-kecil)
  • garam, gula, dan merica secukupnya
Cara pembuatannya:
  • Tumis duo bawang, dan cabe. Setelah harum, masukkan kikil, tahu, dan tempe. Lalu masukkan jahe, serai, daun salam, dan daun jeruk.
  • Tambahkan air, beri garam, gula, dan merica secukupnya. Saat hampir matang, masukkan kacang panjang, masak hingga matang.
  • Terakhir, beri potongan batang daun bawang. angkat, dan sajikan.

16 Desember 2014


Pernah nggak mengalami kesulitan untuk tidur?. Saya rasa, hampir setiap orang pernah, sekalipun bukan pengidap insomnia. Kondisi fisik dan psikis sangat mempengaruhi. Perasaan sedih, bisa membuat seseorang kesulitan tidur, dan perasaan bahagia yang membuncah, juga bisa menjadi penyebab sulit tidur. Demikian juga dengan saya.

Untuk pertama kalinya saya mengalami kesulitan tidur yang amat sangat parah. Bukan karena besok ada ujian skripsi atau tesis, akan dilamar, atau akan melangsungkan akad nikah, melainkan keesokan harinya saya akan masuk ruang operasi untuk melahirkan anak kedua saya. Ya, ini pengalaman sulit tidur yang amat parah saya rasakan, karena saya benar-benar tak bisa tidur sama sekali.

Saat itu, setelah mendapati hasil lab tentang kondisi kesehatan saya, dokter menyarankan agar besok pagi saya melangsungkan operasi Secsio cesar. Menurut dokter, hasil lab menunjukkan kondisi kesehatan saya baik, bayi yang ada dikandungan saya sudah berusia 38 minggu. Dokter khawatir kondisi kesehatan saya nanti akan berubah. Tapi, saya minta diundur lusa saja.

Lah, kalau kondisi saya baik, mengapa saya harus segera di SC?. Itu karena pada kehamilan anak pertama saya, saya terkena eklamsia. Secara medis, kemungkinan besar berulang pada kehamilan berikutnya. Apalagi, di keluarga saya, ada yang mengalami eklamsia dan akhirnya ibu juga bayinya tak selamat. Saya pasrah, hanya berdoa kepada Allah, agar diberikan kemudahan.

Keesokan harinya, jam 1/2 9 malam saya berangkat ke rumah sakit. Saya diobservasi selama kurang lebih 1,5 jam, ditemani si Abi dan juga Nai yang ikut berbaring di sebelah saya. Setelah itu, saya pindah ke ruang rawat inap. Perawat mengatakan, operasi saya dijadwalkan jam 6 pagi, jadi saya harus sudah siap jam 1/2 6 pagi. Saya diminta untuk istirahat, biar besok pagi segar, fisik saya nggak drop.

Tapi ternyata, setelah dini hari pun saya tak kunjung bisa tidur. Saya hanya memandangi wajah Abi dan Nai yang tengah tertidur pulas. Saya tak tahu, kemana perginya rasa kantuk. Padahal, saya sangat khawatir, kalau saya tidak tidur dengan nyenyak, maka kondisi saya bisa memburuk. Saya sudah berusaha, namun sekalipun mata saya terpejam, tak sedetikpun saya tertidur. Akhirnya, yang saya lakukan adalah beristighfar sampai shubuh.

Tepat jam 5 Shubuh, dengan bantuan Si Abi, saya mandi, lalu berwudhu dan melaksanakan shalat shubuh. Setelah itu, menggunakan pakaian khusus yang telah disiapkan oleh perawat. Sebelum perawat datang, saya mencium dan memeluk Nai yang masih tertidur lelap. Saya ingin menciumnya kuat-kuat dan memeluknya erat. Tapi saya khawatir, Nai bakal bangun, dan saya takut tak sanggup menatap matanya dan mendengar celotehannya. Setelah berpamitan dan mencium tangan suami dan orang tua, saya langsung dibawa ke ruang operasi.

 Mbak Nai dan adek bayinya

Alhamdulillah... operasi berjalan lancar. Saya dan bayi saya dalam kondisi sehat. Sungguh, hilangnya nikmat tidur yang saya alami, menjadi nikmat saat saya tersadar bahwa seumur hidup, saat itu adalah saat dimana saya melakukan istighfar paling banyak. Berada dalam kondisi yang sangat pasrah sebagai hambaNya.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ “
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam Al-Kubra no. 10665)

“Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Hamil dan Melahirkan ala Bunda Salfa”

Banner Giveaway Bunda Salfa [Update] Giveaway Ceritaku tentang Hamil dan Melahirkan

10 Desember 2014


Dari beberapa hari yang lalu pizza mulu yak. Maklum temans... lagi seneng-senengnya makan dan bereksperimen dengan pizza. Permintaan gadis kecil saya nih. Mumpung bahan-bahannya juga masih ada, sayang klo ntar udah keburu kadaluarsa hihihi...


Jadi, kali ini mau bikin roti pizzanya sendiri, nggak yang instan seperti di sini dan di sini. Tapi, teteeeeup... yang nggak pake ribet. Jadi, nemu resepnya di web Mbak Endang. Akhirnya saya coba deh, habisnya penisirin, bisa jadi nggak yah klo tanpa oven. Jadi, saya panggangnya di teflon ajah.

Oke deh, langsung ke resepnya aja yah

Bahan Roti (copas dari Blog Mbak Endang):

- 150 ml air hangat
- 2 sendok makan minyak zaitun atau minyak sayur biasa
- 1 sendok teh ragi instan, pastikan fresh dan cek masa kedaluarsanya (misal Fermipan)
- 1/2 sendok teh garam
- 180 gram tepung terigu serba guna atau protein tinggi (misal Segitiga Biru atau Cakra Kembar)

Topping:














Cara membuatnya:

Siapkan mangkuk, masukkan tepung terigu dan garam, aduk rata dengan spatula. Masukkan semua bahan adonan pizza lainnya,  aduk hingga semua bahan tercampur rata dan menjadi adonan yang kasar, lembek dan agak basah. 

Tutup mangkuk dengan kain, biarkan di suhu ruang selama 1 jam hingga mengembang. Masukkan adonan ke kulkas dan biarkan 1 - 2  jam lagi dalam posisi tertutup kain. Adonan boleh didiamkan di kulkas maksimal hingga 7 jam. Semakin lama adonan diisitirahatkan maka roti akan terasa semakin sedap. 

Nah, saya kan bikin adonannya sore jam 4. Rencana mau dieksekusi jam 8 malam, buat kudapan malam. Ealaaaaaah... saya kelupaan karna kecapekan. Jadi, baru saya eksekusi pas paginya jam 8. Deg... degan sih, bisa apa nggak adonannya dipake. Apalagi, pas dini hari listrik sempet mati, dan si Abi nyabut colokan kulkasnya. Alhasil itu kulkas baru saya colokin jam 5 shubuh.

Ternyataaaaaaa.... adonannya masih bisa dipake dan berhasil pemirsah! Alhamdulillah...

 Tekstur adonannya lembek

Nah, berikut cara panggangnya di teflon:

Teflon dioles margarin

Taburkan terigu

Pipihkan adonan rotinya, panggang sebentar sampai mengembang
tutup teflon dengan tutup panci
Karena adonan lembek, taburkan terigu pada tangan

Setelah mengembang, beri topping, panggang
sampe warnanya kecoklatan

Jadiiiiii deh ^_^

Rotinya empuuuuk... bawahnya krispy

Lelehan kejunya sedaaaaap
bikin nagiiiii

9 Desember 2014




Akhirnya... Si Ummi bikin resensi lagi. Resensi ala Ummi yang emang suka-sukanya Ummi hihihi... rencananya mau diposting di blog saya yang ini, yang khusus untuk resensi. Tapi blognya udah penuh dengan sarang laba-laba, karena nggak pernah dikunjungi. Biasalah, alasan klasik, nggak sempet!. Jadi, bukan berarti saya puasa baca buku. Malah, saya puasanya, puasa nulis buku :(

Oke deh, udah dulu curcolnya. Sekarang langsung aja saya cuap-cuap tentang buku yang berjudul Barbagai Keajaiban dalam Hidup. Buku ini ditulis oleh salah satu temen saya yang tergabung di dalam grup Be a Writer. Saya udah lumayan lama kenal dengannya dan selalu menikmati apapun yang dia tulis. Jadi, beberapa tulisan yang ada di dalam buku ini sudah pernah saya baca, baik di grup maupun di blog pribadinya.

Penulis yang bernama Arul Chandrana ini unik menurut saya, langka dan harus dijaga jangan sampe punah hihihi...  Dia punya gaya tersendiri. Membaca tulisannya, seperti membaca cerita terjemahan. Mungkin, karena bahan bakar alias buku-buku yang biasa dia santap itu kebanyakan buku bahasa Inggris. Tak heran, karena ia sendiri adalah seorang guru bahasa Inggris.

Ntah bagaimana caranya untuk menggambarkan buku yang dia tulis ini. Ajaib, yah memang ajaib, karena 39 kisah yang ada di dalam buku ini adalah pengalaman hidup penulis, apa yang pernah terjadi di dalam hidupnya. Dia ambil moment itu dan tulis!. Nah, kita semua pasti punya kenangankan?, kita semua pasti punya ingatan akan sebuah kejadian yang menurut kita sangat berkesan. Hanya saja, tidak semua orang bisa menceritakan kenangannya secara menarik, gila, dan.... xys65bja248*nsi2@?! Yah, begitulah. Tapi Arul, mampu menuliskan kenangannya tersebut dengan menarik, gila, dan.... xys65bja248*nsi2@?!

Parahnya, pembaca bisa ikutan jadi menarik, gila, dan.... xys65bja248*nsi2@?! saat membaca buku ini. Gimana nggak, emosi kita dibuat jadi berantakan. Kisah-kisah di buku ini membuat kita terharu, bengong, mesem-mesem, bahkan terbahak, dan membuat saya pribadi akhirnya yakin bahwa Arul Chandrana bukanlah ALIEN hahaha... Hanya seorang manusia biasa yang memiliki kekonyolan dan keabsurd-an di atas rata-rata, apalagi pas baca cerita Bang Ali dan Telinga Bocor.

Tidak hanya semakin mengenal siapa Arul, saya pribadi, lewat membaca buku ini, jadi semakin menajamkan pancaindra dan juga hati terhadap apa yang ada di sekitar, yang pernah terjadi di dalam hidup saya, bahwa ternyata ada berbagai keajaiban dalam hidup. Ada banyak hal yang bisa kita pelajari, kagumi, dan akhirnya dimengerti. 

Nah, kenapa di sinopsis back cover dikatakan ada 40 kisah. Padahal di dalam, saya hanya menemukan 39 kisah. Hmmmmm... mungkin yang ke-40 dari buku Berbagai Keajaiban dalam Hidup ini adalah si penulis itu sendiri. Iyah... kan penulisnya memang ajaib!

Saya tunggu karya-karya selanjutnya! Semangat Arul Chandrana! ^_^

8 Desember 2014



Nah, ini pizza yang super cepat juga. Proses dan toppingnya sama dengan Pizza 5 Menit (Lazzy Pizza) yang udah pernah saya posting. Soalnya, nggak semua orang bisa menemukan roti pizza instannya. Jadi, rotinya diganti aja dengan roti tawar. Rasanya juga enaaaaaak.



Ini variasi bekal yang oke. Biasanya, Nai bawa bekal roti tawar yang dibuat sandwich or selai or meises or keju.




 Sarapan duluuuuuuuu... ^_^







7 Desember 2014


Beberapa waktu yang lalu, saya udah pernah posting tentang rumah makan dendeng batokok Harapan Raya Pekanbaru. Nah, kali ini saya juga mau bahas salah satu tempat makan yang mengusung dendeng batokok sebagai menu andalannya, namanya dendeng batokok Kinchay. Sekilas aneh yah, apa itu Kinchay, mirip-mirip bahasa chines. Eh ternyata, Kinchay itu berasal dari kata Kerinci. Salah satu daerah yang ada di Riau.



Kerinci ternyata punya nama yang lain yaitu Kinchay. Nah, makanan yang ada di rumah makan ini adalah makanan khas kerinci yang memang sudah terbawa cita rasa masakan Sumbar (Sumatra Barat). Saya makin penasaran, bagaimana cita rasa dendeng batokoknya, karena dari segi pengolahan agak berbeda. Dendeng batokoknya dibumbui, lalu dipanggang.


Dendeng batokok disajikan dengan beberapa lauk lainnya. Jadi, bisa dibilang sudah dalam bentuk porsi. Menu lainnya yang tidak disajikan, melainkan harus diorder dulu juga banyak, seperti soto betawi, sate maranggi, belut panas, dan telor dadar spesial.


Sebelum saya bahas bagaimana cita rasanya, saya bahas tempatnya dulu yah. Tempatnya asyik, bagus sekali, karena terletak di halaman sebuah rumah mewah, yang mungkin adalah rumah pemilik usaha ini. Jadi, suasananya asri karena berada di taman. Hanya saja, jumlah kursinya tidak begitu banyak, ntah karena tempat makan ini masih terbilang baru, sehingga belum begitu banyak pengunjung, atau karena pengunjung tidak terlalu ramai dijam-jam tertentu (tidak datang serentak). Sehingga, tempat duduknya masih memungkinkan.



Oke deh, bagaimana dengan rasanya? ENAK. Rasanya berbeda, karena pengolahannya juga berbeda. Terlebih, sambal pendampingnya berupa cabe hijau campur rawit dan bawang yang diulek kasar. Sementara saya, lebih menyukai cabe dan bawangnya dirajang saja. Tapi beneran, dendeng batokok Kinchay ini lebih enak, sebanding deh dengan dendeng yang ada di rumah makan Purnama (dekat Mall Pekanbaru).


Oke deh, ntar kalau saya makan dendeng di rumah makan Purnama, saya share lagi yah. Maklum, nyampe sana biasanya udah lapeeer banget. Nemu dendeng, langsung libaaaaaas... nggak sempet difoto lagi :D


5 Desember 2014




Nai itu, kadang ada-ada aja deh, minta pizza buat bekal sekolah. Udah lamaaaaa banget saya nggak buat pizza, selain capek nguleni (ceritanya ada di sini), bikin toppingnya juga lama. Jadi, sekali-sekali pake yang serba instan nggak papa deh yah, daripada beli di Pizza H*t kan mihil hihihi... *Ummingirit


Nah, jadilah saya ngajakin si Abi ke Hypermart, buat siapin bahan-bahan pizza. Apa yang saya beli?, roti pizza (frozen), saos spaghetty, keju cheddar, mozzarella (nemu yang nggak begitu mihil dan ada logo halalnya, merk greenfield), dan sosis.



Yah, gitu deh, bikinnya nggak begitu lama, cuma 5 menit. Rasanya juga yummmy, rasa pizza *masarasapecel :D


Saya masaknya pake teflon. Gampang banget, rotinya tinggal dimasak sebentar bolak-balik kurleb 1 menit, kasih topping, lalu masak lagi sekitar 2 menit. Teflonnya ditutup pake tutup panci. Jadi deh... wangiiiiii...

Buat sarapan plus bekal Nai

1 Desember 2014

 Khai sedang makan

Setiap anak itu unik. Setiap anak punya cerita. Tak ada habisnya kalau membahas tentang seorang anak, terlebih mengenai tumbuh kembangnya. Ada bahagia, harap-harap cemas, khawatir, atau hanya sekedar tanda tanya, saat mendampingi tumbuh kembang sang buah hati. Seperti halnya saya, walaupun Khai anak yang kedua, tapi sebagai seorang ibu, saya merasa kembali harus banyak belajar. Apalagi jarak usia Khai dengan Mbaknya Nai terpaut 5 tahun, jadi lumayan udah banyak yang lupa hihihi...


Mbak Nai dan adek Khai

Saat Nai dulu, ibarat sebuah laboratorium, Nai adalah percobaannya. Ya, percobaan dalam segala hal, seperti pola asuh, makanan, mainan, dll. Layaknya orang tua baru, saya dan si Abi tentu ingin memberikan yang terbaik. Kami berusaha update informasi seputar tumbuh kembang anak, baik dari buku, web, atau berkonsultasi langsung dengan dokter anak dan pakar gizi. Nah, saat adek Khai, setidaknya udah nggak terlalu kagok.

Seperti saat ini, usia adek Khai sudah saatnya untuk MPASI. Hebohnya udah seminggu sebelum waktunya adek Khai makan. Mulai dari belanja perlengkapan MPASI, sampai menyusun menunya. Tak kalah heboh adalah Mbaknya, Nai. Nai sangat tidak sabar untuk melihat adeknya makan, hmmm... bukan melihat sih, lebih tepatnya pengen nyuapin adeknya makan. Jadi, jauh-jauh hari dia udah bilang ke Ummi untuk dibolehkan menyuapi si adek.

Perlengkapan MPASI adek Khai

Saatnya tiba, sudah waktunya adek Khai makan. Peralatan MPASI sudah dibersihkan, menu untuk 2 minggu pertamanya sudah disusun. Adek Khai sendiri juga udah sangat antusias, terlihat dengan begitu bahagianya dia saat melihat mangkuk makan mungil dan sendok cantik bergagang warna kuning. Seolah-olah dia mengerti kalau itu memang untuknya. Biasanya, adek Khai cuma nonton Ummi, Abi, dan Mbak Nai makan. Lucunya, banyak yang tidak percaya bahwa adek Khai belum diberi makan, selain ASI saja. Itu karena adek Khai terlihat montok, diusianya yang 6 bulan, berat badannya sudah mencapai 9 kg.

 MPASI adek Khai, puree buah

Daaaaaan... MPASI pertama adek Khai, tidak semulus yang dibayangkan. Bukan karena adek Khai menolak untuk makan, melainkan tentang Mbaknya Nai. Nai ngotot untuk terus nyuapin adeknya, walaupun saya sudah mengizinkannya untuk menyuapi 1 kali. Jelas nggak boleh dong, apalagi adeknya baru pertama kali, menyuapi juga nggak sembarangan. Nai pikir sama seperti nyuapin boneka mainannya. Alhasil, Nai nangis kenceng dan ngambek. Jadinya, hari pertama Khai MPASI ditemeni dengan suara tangisan Mbaknya. Tapi tetep seruuuuu... kapan lagi ada moment seperti ini ^_^

Alhamdulillah... Khai makannya lahab, ludeeeees... dan dia seneng banget. Sedangkan Mbaknya Nai, dengan rayuan maut si Abi, tangisannya juga ikut mereda, hmmmmm... saya penasaran, itu anak disogok pakai apa yah :D