31 Agustus 2013

Spechless... haru, bangga saat buku duet saya bersama Mbak Naqiyyah Syam ada di tangan-tangan senior ini. Orang-orang yang karyanya sudah saya lahap sejak dulu. Tengkiyu banget buat rekan duet saya Mbak Naqiyyah Syam yang udah bawa buku kita wara-wiri sampai ke Bali :)

Moga kita berkesempatan untuk berduet kembali yah Mbak Naqi dan saya menunggu oleh-oleh ilmu kepenulisannya dari acara Munas FLP yang ke 3 :)


 Mbak Helvy Tiana Rosa (Pendiri FLP) dan Mbak Naqiyyah Syam

Mbak Maimon Herawati
Tidak ada hari yang sama. Ah bukan hanya hari, tapi setiap waktu yang bergulir akan menghasilkan pencapaian yang berbeda. Apakah hari ini sudah lebih baik dari hari sebelumnya? Sama saja? Atau bahkan yang ada hanyalah kemunduran. Tentunya kita tahu siapa yang merugi, tapi saat kita masih diberi kesempatan untuk menikmati hari, maka tidak pernah ada kata terlambat untuk kita melakukan kebaikan-kebaikan, jangan menundanya. Sesungguhnya kebaikan-kebaikan yang hendak kita lakukan itu adalah sebuah nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. Dia yang menggerakkan hati kita, mengaktifkan alarm empati kita, dan menyadarkan kita bahwa setiap kita punya potensi besar untuk berbuat baik, betapa pun buruknya kita di mata manusia lainnya. Maka, jangan sampai nikmat itu dicabut sebelum kita melakukannya.
 
Hanya saja, terkadang kita sering sekali mengabaikan kata hati, menunda untuk melakukan kebaikan, menunda untuk berbuat sesuatu yang telah kita tahu kebenarannya, hanya karena tak ingin terlihat buruk, dikomentari, ditanyai, atau apapunlah yang memungkinkan kita untuk menerima reaksi negatif dari sekitar. Padahal, bisa jadi reaksi negatif yang kita bayangkan akan terjadi malah tidak akan pernah terjadi sama sekali. Padahal kita adalah kita, kita bertanggung jawab pada diri kita sendiri. Lalu mengapa harus mencoba untuk menjadi sesuatu menurut kacamata orang lain? yang kita ketahui bahwa itu salah, yang kita sadari bahwa itu bukanlah sebuah kebaikan, yang kita yakini bahwa itu akan mendatangkan murkaNya.
 
Sampai kapan kita menunggu?, sampai kapan niat bertaubat itu akan tetap "bersyarat"? Padahal kita tak pernah tahu sampai kapan kita diberikan waktu untuk hidup. 

Mudah-mudahan kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menunda-nunda untuk berbuat kebaikan. Aamiin... :)


Berniat Baik, Berbuat Baik dan Jadilah Baik !!!

14 Agustus 2013

"Taqaballahu Minaa wa minkum  Shiyamana wa shiyamakumJa’alanallahu minal a’idin wal faidzin"

"Semoga Allah mengabulkan (amalan) dari kami dan Anda, puasa kami dan puasa Anda.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang yang kembali dan orang yang menang."

Temans... bagaimana suasana lebaran di sana? Ada yang mudik dan ada juga yang tetap di rumah saja karena nggak punya kampung hehehe... Seperti saya. Saya tetap di rumah saja, saya lahir, besar, dan tinggal di Pekanbaru, orang tua saya juga di sini, keluarga besar juga kebanyakan di sini.

Ini adalah Ramadhan dan Lebaran pertama saya di rumah baru. Jadi, hanya ada saya, si abi, dan Nai. Tapi, selama Ramadhan, bisa dibilang hampir setiap hari (kecuali ada undangan bubar di luar) saya berbukanya di rumah Ibu hehehe... soalnya lebih rame. Demikian juga dengan lebaran, karena kebanyakan tetangga saya pada mudik.

O yah, di keluarga saya, ada yang yang ngerasain mudik, yaitu adik saya. Dia bekerja di Kalimantan, jadi bisa dibilang ini mudik pertamanya. Terkadang, saya juga pengen tahu gimana rasanya mudik. Tapi saat melihat berita-berita di TV tentang mudik, ada perasaan agak gimanaaaa gitu hehehe... walaupun menyenangkan tapi juga nggak kalah melelahkannya yah. Bukan berarti kita yang nggak mudik itu nggak lelah, tapi sepertinya lelahnya mudik dobel. Lelah diperjalanan, lelah sampai di tempat tujuan, trus perjalanan balik lagi, trus beberes di rumah lagi. Tapi itu bisa dibilang hanya setahun sekali, mungkin rasa bahagianya yang lebih gede daripada capeknya. Rasa menyenangkan karena bisa melepas kangen kepada orang-orang yang dicintai, apalagi kalau memang pulangnya cuma sekali setahun.

Oke deh, met Idul Fitri temans. Mohon maaf yah kalau selama ini saya ada salah, semoga silaturahmi kita walaupun hanya di dunia maya ini, bisa tetap terjaga.


Ramadhan telah berlalu. Tentunya ada rasa syukur yang membuncah tak kala kita bisa bertemu dengan Ramadhan, namun ada rasa sedih juga yang tak kalah membuncah saat Ramadhan telah usai. Ada saja perasaan bahwa ibadah yang telah kita lakukan selama Ramadhan masih kurang, masih banyak waktu yang tersia-siakan.

Demikian juga dengan nikmat kesehatan, rezeki, dan segala kondisi kita saat menjalani ibadah Ramadhan. Di daerah atau di belahan dunia lain, banyak saudara seiman yang menjalani Ramadhan dengan kondisi terkena bencana alam dan bencana kemanusiaan. Namun, banyak diantara mereka yang masih tetap bisa khusyuk, dipenuhi rasa syukur, bahagia, kendati dalam keterbatasan. Lagi-lagi, ada perasaan sedih yang menyusup, bagaimana bisa kita yang menjalani Ramadhan dengan kondisi cukup dan aman tapi masih belum bisa maksimal dalam melakukan ibadah.

Seandainya setiap bulan adalah bulan Ramadhan. Tapi, Allah hanya memberikan kita waktu 1 bulan saja. Bahkan seandainya Ramadhan itu lebih dari 1 bulan dalam setahun, mungkin masih banyak juga diantara kita yang masih lalai, terutama bagi yang belum mengetahui istimewanya bulan Ramadhan. Banyak yang menghabiskan waktu dengan kegiatan-kegiatan tak berguna.

Bagaimanapun, Ramadhan telah berlalu. Semoga Allah masih memperkenankan kita untuk bertemu dengan Ramadhan esok, memperbaiki segala target ibadah yang mungkin masih jauh dari pencapaian. Aamiin ya Rabb...

Nah, tidak ada salahnya untuk kita sedikit mengingat hal-hal apa saja yang dirindukan dari bulan Ramadhan, setidaknya bagi saya ada beberapa hal, yaitu:
  1. Ibadah Ramadhan. Tentu saja ini yang paling pertama kali dirindukan dari bulan Ramadhan. Selain melakukan ibadah khusus di bulan Ramadhan seperti puasa penuh, shalat tarawih dan witir, dan tadarus atau tilawah Al-Qur'an, sedekah juga ibadah lainnya, ada nuansa dan spirit yang berbeda dari bulan biasanya. Rasanya begitu syahdu.
  2. Suasana Ramadhan. Tentunya setiap kita merasakan perbedaan suasana antara bulan Ramadhan dengan bulan biasanya. di rumah saja, ada rasa yang berbeda saat memasak dan menyiapkan santapan untuk berbuka, dan bahkan adanya menu-menu khusus selama bulan Ramadhan. Demikian juga dengan sekitar, ada pasar-pasar Ramadhan, ada keramaian di jalan-jalan, ada suara-suara lantunan ayat-ayat Al-Qur'an dari pengeras suara di masjid-masjid, ada suara menggelegar dari petasan, dll.
  3. Silaturahmi. Kita semua tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah bubar (buka bersama) atau bukber (buka bareng). Baik itu dengan keluarga besar, dengan teman-teman kantor, dengan teman-teman sekolah atau kuliah dulu, dll. Acara tersebut bisa menjadi ajang silaturahmi, kangen-kangenan kepada orang-orang yang mungkin tidak bisa kita temui saat di bulan-bulan biasanya. Baik karena rutinitas atau kesibukan yang bejibun, atau karena perbedaan kota tempat tinggal. Tapi saat Ramadhan, bisa menyempatkan diri untuk mengikuti acara bubar atau bukber tersebut. Seperti yang saya lakukan, buka bersama dengan keluarga, teman-teman kuliah S1 dulu, teman-teman SMA, bersama komunitas, dan bahkan ada beberapa undangan buka bersama yang tak bisa saya hadiri karena waktunya yang bersamaan.
Setidaknya ada 3 hal tersebut yang dirindukan dari bulan Ramadhan, bagaimana dengan Anda? silahkan tambahkan ^_^


3 Agustus 2013

Sebelum tidur, biasanya saya dan Nai akan ngobrol sebentar, membicarakan tentang hari ini yang telah kami lalui. Saat itu, Nai juga masih bebas berceloteh tentang apapun atau hanya sekedar bertanya tentang hal-hal yang belum dimegerti olehnya. Puas ngobrol, saya lalu mengulang hapalan ayat yang telah dihapal oleh Nai, termasuk doa sebelum tidur. Lalu, terkadang Nai ingin dibacakan buku atau hanya sekedar mendengar cerita karangan umminya.

Malam itu agak sedikit berbeda, Nai berkata bahwa ia ingin menceritakan sebuah cerita untuk umminya. Wah, tentu saja saya sangat senang sekaligus penasaran, cerita apakah gerangan. Dengan semangat dan gaya bicaranya yang memang cepat, ia bercerita tentang Beruang yang tercebur di lumpur.

Suatu hari, ada seekor anak beruang yang sedang bermain di hutan. Lalu, dia tercebur ke lumpur. Badannya jadi basah dan jorok. Datanglah dengan mobil Mama papa beruang mencari anaknya, "Anakku.... kamu dimanaaaaaa." "Tolooooooong... saya di sini mama papa." Lalu anak beruang ditolong mama papanya. Anak beruang itu diberi selimut, air hangat, dan juga sup biar perutnya hangat. Trus mama papa beruang bilang supaya besok hati-hati biar nggak tercebur ke lumpur lagi.


Saya tersenyum takjub. Ini untuk pertama kalinya Nai menceritakan sebuah kisah dengan lengkap. Biasanya cerita yang Nai sampaikan agak terpotong-potong bahkan melalang buana ke cerita yang lain, yang sama sekali nggak nyambung :D

Entah darimana dia mendapatkan ide cerita itu. Tapi kali ini cerita itu benar-benar jelas dan runut. Bahkan, Nai membuat perbedaan suara ketika menyebut dialog antara anak beruang dan orang tuanya. Saya berharap, semoga makin banyak cerita karangan Nai yang bisa ia bagi ke umminya.


2 Agustus 2013



Nak, kini usiamu sudah 4 tahun. Bayi ummi yang kecil mungil dulu sekarang sudah menjadi gadis kecil yang lincah, ceria, dan banyak tanya. Terima kasih Nak, karena kehadiranmu mengajarkan ummi banyak hal tentang hidup. Kehadiranmu membuat ummi selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik di dalam hidup ini.

Segala doa kebaikan tercurah untukmu, semoga engkau menjadi anak yang sholeh nan hafizah. Maafkan ummi dan abi apabila ada lalai dalam mendidikmu. Maafkan ummi dan abi bila pertanyaanmu berujung jawaban yang tak memuaskan rasa ingin tahumu. Maafkan ummi dan abi bila masih ada kata-kata kasar yang terucap atau perbuatan yang melukai hatimu. Sungguh, kami hanya tengah berusaha untuk memberikan yang terbaik, Nak.

Nak, saat engkau melihat di sekelilingmu, jangan takut, sedih, atau merasa kecil karena berbeda. Banggalah dengan kerudungmu, dengan pakaianmu. Banggalah dengan ayat yang telah engkau hapal. Banggalah dengan kata-kata "terima kasih" dan "maaf" yang begitu mudah meluncur dari bibir mungilmu.

Terima kasih Nak, atas hari-hari indah yang telah engkau lukis di dalam kanvas kehidupan ummi dan abi. ^_^

Met milad Nak, Barakallah...


Love u,

Ummi dan Abi


Hari itu, saya tengah berada di sebuah supermarket. Seperti biasa, saya hendak membeli beberapa barang kebutuhan rumah tangga. Lalu, saya tiba-tiba berhenti di bagian kosmetik. Entah mengapa tiba-tiba pandangan saya tertuju pada sebuah rak produk hand & body lotion. Di sana ada produk lotion dari salah satu produsen kosmetik terkenal di Indonesia. Pantas saja saya spontan berhenti, karena saya melihat di salah satu kemasan produk lotion tersebut, ada gambar bunga tanjung.

Tangan saya langsung mengambil lotion tersebut, perlahan saya membuka tutupnya dan menghirup aroma lotion itu. Ada aroma segar yang menguar, membuat hidung saya kembang-kempis, sesaat melempar saya ke masa lalu. Ya, masa saat saya masih Sekolah Dasar dulu (SD). Saya terbayang saat-saat tangan kecil saya memunguti bunga-bunga tanjung yang berjatuhan. Setelah bunga itu terkumpul, saya lalu melemparkannya ke udara dan membiarkan tubuh saya terkena bunga-bunga yang berjatuhan tersebut.

Suami dan putri kecil saya tiba-tiba menghampiri saya dan membuyarkan lamunan saya akan masa lalu. Tanpa berfikir panjang, setelah menemukan logo halal pada kemasan lotion tersebut, akhirnya saya memasukkan lotion itu ke dalam keranjang belanja. Sesampainya di rumah, saya langsung memakai lotion tersebut. Suami sempat heran, tumben saya pakai lotion. Memang belakangan ini saya sudah jarang menggunakan lotion, biasanya sesekali hanya membalur kulit dengan minyak zaitun saja. Toh, sabun cair yang saya pakai wanginya sudah semerbak.

Suami juga bilang bahwa aroma lotion yang saya pakai aneh, seperti aroma nenek-nenek. Terang saja saya jadi cemberut. Padahal, menurut saya aroma lotion bunga Tanjung ini sangat segar dan eksotik. Saya lalu mengatakan bahwa aroma ini adalah aroma masa lalu. Aroma yang mengingatkan saya tentang kenangan masa kecil. Aroma yang sudah lama tidak pernah tertangkap oleh indra penciuman saya. Maka, setelah mendapatkan lotion ini, ada rasa rindu yang tiba-tiba menyentuh kalbu.

Dulu, sewaktu saya masih SD, di halaman sekolah terdapat 3 buah pohon Tanjung. Pohon tersebut sangat rimbun, bunga-bunganya juga sangat banyak. Saat jam istirahat, saya dan teman-teman bermain di bawah rindangnya pohon Tanjung. Macam-macam permainan yang kami mainkan, mulai dari membuat rumah-rumahan dari pasir, bermain congklak, atau hanya sekedar saling bercerita sambil memakan jajanan.

Terkadang, kami juga mengumpulkan bunga tanjung dan merangkainya menjadi kalung, menjadikannya hiasan saat bermain putri-putrian. Bahkan, saya juga sering mengantongi bunga tanjung yang baru berjatuhan, warnanya masih putih dan wanginya masih semerbak. Saya membawa bunga itu pulang dan menyimpannya di dalam lemari sebagai pengharum pakaian.

 
 Credit

Oh indahnya masa-masa kecil dulu. Saya bisa setiap hari menghirup aroma bunga Tanjung, karena rumah saya tidak jauh dari sekolah dan saya bisa bermain di halaman sekolah kapan saja sampai puas. Tapi, setelah lulus dari SD, saya pindah rumah. Otomatis itu juga menjadi perpisahan saya dengan pohon tanjung tersebut.

Saya sempat melupakan pohon Tanjung, tapi semenjak ada lotion ini, saya merasa bisa kembali bebas menghirup aroma bunga Tanjung kapan saja dan dimana saja. Bahkan, saya berniat untuk hunting pohon Tanjung, untuk bisa ditanam di halaman rumah.

Oh iya, mungkin masih banyak dari kita yang belum mengenal pohon Tanjung. Pohon Tanjung adalah pokok malar hijau mencecah ketinggian sekitar 16 m. Ia berbunga pada April, dab berbuah berlaku sekitar bulan Jun. Daunnya berkilat, hijau gelap, berbentuk bujur, sepanjang 5–14 cm dan 2.5–6 cm lebar. Bunganya krim, berbulu dan wangi. Kulit kayunya adalah tebal dan kelihatan perang gelap kehitaman atau kelabu gelap, dengan lapisan dan beberapa rekahan pada permukaan. Pokok mungkin mencecah ketinggian 30–60 kaki dengan ukur lilit sekitar 1 m (Wikipedia)


 Credit

Pohon Tanjung tidak hanya sebagai tanaman penghijauan, karena selain pohonnya yang rimbun, bunganya yang harum, ternyata pohon Tanjung juga bermanfaat sebagai obat. Baik kuntum bunganya, kulit batang, maupun daunnya bisa digunakan sebagai obat yang dapat mengobati beberapa penyakit, sebagai berikut: 
  1. Merawat ruam bernanah
    Beberapa kuntum bunga tanjung direbus bersama 2 sudu besar Jintan Hitam. air rebusan diembun semalaman. Air ditapis dan dimandikan pesakit dengan air tersebut.
  2. Merawat sakit gigi dan boleh menghilangkan nafas berbau.
    Kulit batang pokok direbus bersama air dan dibuat kumur selama empat hari
  3. Merawat luka.
    Air rebusan kulit batang pokok digunakan untuk mencuci luka.
  4. Merawat ozena atau rinitis
    Jus daun bunga tanjung dijadikan ubat titis hidung dua kali sehari dan dilakukan sehingga sembuh.
  5. Mewangikan rambut.
    Biasanya bunga tanjung direndam ke dalam minyak kelapa dan dilumur ke rambut.
  6. Pucuk daunnya boleh dibuat ulam bagi mengecutkan rahim dan mengetatkan peranakan wanita. (Sumber: Wikipedia)
Nah, jadi nggak salah kalau saya ingin memiliki tanaman ini di rumah, pohon Tanjung si pohon kenangan. Baiklah, setiap kita pasti punya aroma-aroma masa lalu, aroma yang membuat kita terbang ke masa-masa indah yang mungkin ingin kita jejaki lagi walau hanya untuk sesaat. Lalu bagaimana dengan mu, apa pohon favoritmu?

Tulisan ini diikutsertakan pada "Give Away Aku dan Pohon"


Menjelang siang, saya menelepon salah satu sahabat saya ketika SMA dulu. Saya hendak menyampaikan, bahwa ada acara buka bersama untuk alumni SMA Negeri 6 Pekanbaru. Ternyata Triana-sahabat saya itu, belum tahu. Lalu saya memintanya untuk ikut, sekaligus mengabarkan kepada teman-teman yang lain. Saya berharap Triana dan 3 sahabat saya yang lain bisa ikut di acara buka bersama nanti, mengingat sudah sangat lama kami tidak bertemu, apalagi mengobrol banyak.

Dulu, ketika awal-awal menjadi siswa SMA, kami adalah 5 orang sahabat yang duduk sebangku. Ya, sebangku. Waktu itu sedang ada penambahan kelas baru, jadi untuk sementara ada 2 kelas yang terpaksa menghuni laboratorium untuk menjadi tempat belajar. Terang saja, meja di laboratorium berupa meja yang panjang-panjang dan bisa digunakan untuk 5 orang. Kami menjadi akrab, bahkan bisa dibilang selalu bersama, baik saat belajar, jam keluar main, juga kegiatan-kegiatan lainnya. Kami berlima adalah saya, Triana, Suri, Riska, dan Tira. Namun, saat naik ke kelas 2, kami terpencar, demikian juga saat di kelas 3 dan setelah lulus SMA. Tapi. komunikasi kami masih tetap baik.

Esok harinya, Triana menghubungi saya. Ia mengatakan bahwa ia bisa mengikuti acara tersebut, tapi Riska belum pasti karena tengah hamil besar dan menunggu hari, sedangkan Tira kemungkinan berada di luar kota. Tapi yang mengejutkan bagi saya adalah, ketika Triana mengatakan bahwa Suri tidak bisa ikut karena sakit, ia mengidap penyakit lupus. Tubuh saya bergetar saat itu, saya merasa tidak percaya bahwa Suri mengidap penyakit lupus. Mendengar suara saya yang mulai terbata dan bergetar, Triana bertanya tentang apa itu penyakit lupus, karena ia sangat awam dan baru mendengarnya. Saya menjelaskan sebisa saya sambil membaca artikel yang saya temukan di google (kebetulan lagi OL).

Pembicaraan kami via telepon usai dan ditutup dengan doa semoga kondisi Suri tidak terlalu parah. Saya lalu mengirimkan BBM kepada salah satu teman saya yang juga panitia buka bersama. Saya mengabarkan kondisi Suri kepadanya, dengan maksud agar seusai dari buka bersama yang akan diadakan 3 hari lagi, kami bisa bersama-sama untuk menjenguk Suri, sekaligus mengumpulkan sumbangan. Teman saya mengiyakan, dia juga berusaha menenangkan saya bahwa ia punya teman yang juga pengidap lupus namun tetap bisa survive sampai saat ini, menikah, bahkan memiliki anak. Saya merasa sedikit lega.

Saya juga menceritakan kondisi Suri kepada suami, suami menyarankan saya untuk menjenguk Suri. Tapi, saya malah mengatakan bahwa nanti saja, bersama teman-teman yang lain seusai buka bersama. Saya tahu benar bagaimana Suri, ia seseorang yang pendiam dan agak sulit untuk berbagi sesuatu selama ia masih bisa mengatasinya sendiri. Triana saja mengetahui penyakitnya hanya lewat SMS Suri, telepon Triana tidak diangkatnya sama sekali. Padahal, suami Suri adalah sepupu Triana, tapi Triana sama sekali tidak mengetahui penyakit yang telah diderita Suri selama 3 bulan ini.

Hari minggu 28 Juli 2013, tepatnya pukul 4 pagi. Saat itu saya tengah berada di kamar mandi, baru bangun dan bersiap untuk sahur. HP saya berdering, namun posisinya ada di bawah bantal. Ada 4 panggilan tak terjawab dari Triana, panggilan ke 5 baru saya mengangkatnya. Dada saya berdesir, saya langsung terduduk lemas begitu mengetahui bahwa Triana menyampaikan kabar duka, sahabat kami Suri telah tiada, ia kembali kepada Rabbnya pukul 2.40 tadi. Saya merasa sesak, tak percaya. Padahal buka bersama diadakan hari ini, tapi Suri telah pergi dan kami bukannya datang untuk menjenguknya saat masih bernyawa, melainkan melayatnya karena ia telah tiada.

Saya begitu menyesal, kenapa saya tidak mendengarkan suami untuk langsung menjenguk Suri 3 hari yang lalu. Ya Rabb... memang inilah yang terbaik bagi Suri. Ada rasa ngilu saat saya mengingat anak Suri yang telah ditinggalkan, seorang anak perempuan yang cantik berusia 2 tahun. Maka, pagi harinya, sungguh saya tidak dapat membendung tangis saat menyaksikan jasad Suri yang terbujur kaku. Rasa tak percaya itu masih ada. Terlebih ketika memori kebersamaan kami melintas dengan jelas di pikiran saya.

Rasanya belum lama, saat dulu kami pergi dan pulang sekolah bersama. Saat kami belajar dan ikut berbagai kegiatan, jalan-jalan, hangout, tukar-tukaran baju, ngambek, menghadiri pernikahan, kekah anak dan semua yang pernah kami lewati. Tapi kini, ia telah lebih dulu pergi. Ya, begitulah maut, bukan nomor urut tapi nomor cabut.

Buka bersama tetap diadakan hari itu, namun tentu saja dengan suasana yang berbeda. Bahkan, nafsu makan saya menguap, padahal saat sahur saya hanya mampu menelan sebutir kurma dan separuh gelas teh hangat. Selesai acara, kami lalu menuju rumah Suri untuk takziah.


Begitulah... kita tidak tahu, apakah Ramadhan ini adalah Ramadhan terakhir kita atau masih ada kesempatan untuk bertemu dengan Ramadhan nanti...