18 Maret 2016



Bismillah...

Di RRI Pro 4 FM 95,9 MHz Pekanbaru, ada program Mozaik Islami setiap hari selasa pukul 17.00-18.00 WIB. Program ini adalah sebuah program motivasi, renungan, serta berbagi inspirasi dari berbagai narasumber. Saya diundang, untuk membahas buku duet terbaru saya #IWillSurvive yang bertemakan motivasi remaja.





Pada booktalk kali ini, pembahasan dimulai dari latarbelakang kami menulis buku ini, menjelaskan secara singkat 3 bab awal buku ini, dan membacakan quote-quote yang ada di buku ini. Pokoke seru banget dan ada penelepon juga yang ikut berpartisipasi.

Buat yang di Pekanbaru dan sekitarnya, dengerin deh program mozaik islami ini, dijamin keren dan bermanfaat banget :)

Bersama penyiarnya Nurma



17 Maret 2016


Bismillah...

Hari minggu lalu, tanggal 13 Maret 2016 adalah hari paling galau *melebay :D
Di hari itu, pengennya saya punya ilmu membelah diri *berasa amoeba :D
                           
Apa pasal? karena di hari itu banyak banget acara keren yang pengen saya datangi semuanya. Banyak orang kece yang datang di bumi Lancang Kuning ini, ada Tere Liye yang akan membedah novel kerennya yang berjudul Rindu, ada Helvy Tiana Rosa yang bahas plus nobar film Ketika Mas Gagah Pergi (KMGP), ada Astri Ivo di seminar pendidikan islam, dan ada Dr. Amir Zuhdi pakar neurosains for parenting and teaching.

Seandainya saja seluruh acara tersebut nggak bentrok waktunya, bakal saya ikuti semua, nggak papa deh seharian, demi borong ilmunya :D *ambilkalkulatorngitunguangtiketnya hihihi...


Tapi, setelah menimbang banyak hal dan lalu saya memutuskan untuk memilih datang ke acara  Seminar Pendidikan Islam "Mewujudkan Pendidikan Berbasis Aqidah Islam" yang menghadirkan Bunda Astri Ivo sebagai salah satu pembicaranya. Alasannya:
  • Tema seminarnya pas banget dengan pengetahuan yang ingin saya dapatkan, tentang pendidikan berbasis aqidah islam. Bekal penting banget buat mendidik kedua putri saya. Sejalan dengan visi kami sebagai orang tua.
  • Tempat diadakannya di Aula Masjid Agung An-Nur Pekanbaru, nggak cuma nyaman buat peserta, tapi juga ada ruang tunggu buat anak-anak.
  • Tiketnya memang lebih mahal dibandingkan acara lain yang saya sebutkan di atas, tapi itu udah plus buku parenting yang ditulis oleh Bunda Astri Ivo *nggakperlubelibukubarutentangparenting :D
  • Salah satu panitianya teman saya, jadi dapet diskon deh *emakngirit :D 
Penasaran nggak sih dengan isi seminarnya? terutama buat temans yang mungkin punya visi sama dengan saya dalam mendidik anak. Kalau ada, mari simak ulasan saya, semoga bermanfaat ^__^

Pembicara pertama: Bunda Astri Ivo

Orang tua adalah pendidik anak yang paling utama. Tapi, orang tua adalah orang yang paling tidak siap menjadi pendidik anak yang paling utama.
Aiiiih... makjleb banget yak. Kalimat pembuka yang disampaikan oleh Bunda Astri Ivo itu tuh beneeeeer banget. Banyak orang tua yang memang tidak siap. Banyak yang tidak belajar, berusaha menambah pengetahuannya, hanya menganggap bahwa menjadi orang tua adalah sebuah proses alamiah saja. Padahal, tidak sesederhana itu.

Siapa yang tidak mengenal Astri Ivo, setidaknya untuk saya yang lahir di hampir penghujung tahun 80an dan besar di tahun 90an, Astri Ivo saya kenali saat ia wara-wiri di televisi. Kendati saat ini usianya sudah lebih dari 50 tahun, Ibu dari 3 orang putra ini masih terlihat cantik dan semakin anggun.

Kegiatannya saat ini, selain kegiatan utamanya sebagai seorang istri dan ibu, Bunda Astri Ivo juga menjadi pembicara di kajian maupun seminar-seminar parenting. Ia berbagi ilmu tentang pendidikan yang ia terapkan kepada 3 orang buah hatinya. Lebih lengkapnya lagi, semua telah ia tulis di buku autobiografi parentingnya yang berjudul Sepasang Sayap Menuju Surga.


Insya Allah akan saya tulis juga resensi bukunya setelah saya selesai membacanya. Nah, materi yang disampaikan oleh Bunda Astri Ivo ini adalah sebahagian kecil dari buku itu. Intinya, bagaimana posisi seorang anak, yaitu sebagai amanat bagi kedua oreang tuanya, sebagai generasi penerus, sebagai investasi akhirat, dan sebagai perhiasan dunia. Maka, bagaimana peran orang tua dalam pendidikan dan pengasuhannya.

Bunda Astri Ivo menjelaskan ada hal yang harus dilakukan dan ada yang tidak boleh dilakukan dalam pendidikan dan pengasuhan anak, berikut penjabarannya:

Lakukan ini:
  • Didiklah anak sesuai fitrahnya, yaitu sesuai dengan tabiat, karakter, dan kecerdasannya. Jangan disamaratakan, karena sejatinya setiap anak itu berbeda potensi dirinya.
  • Didiklah anak berorientasi value (nilai) bukan ekonomi. Anak adalah investasi akhirat, jangan hanya berfikir tentang pengembalian secara materi.
  • Selalu bersabar, yaitu tekun, teliti, dan berprinsip.
  • Selalu bersyukur, menyadari bahwa segala nikmat itu berasal dari Allah.
  • Selalu tanamkan kepada Anak bahwa hanya Allah tempat meminta.
Jangan lakukan ini:
  • Mendidik anak berdasarkan pengalaman buruk, obsesi orang tua yang tidak tercapai, dan mendidik gaya dinasty.

Pembicara Kedua: Eva Muchtar ST. MT (Dosen ITB, peneliti nasional, dewan kurikulum HD Group Khoiru Ummah setara PG/TK, SD, SMP)

Ibu Eva menjelaskan tentang bagaimana sistem pendidikan berbasis islam, yaitu:
  • Output pendidikan berbasis islam: Waladun shaalih (anak yang shalih), Qurrota a'yun (penyenang hati), Immamul muttaqin, pengemban Al-Quran, Ulul albab (orang-orang yang menggunakan akal/berfikir), dan Khoiru ummah (anak-anak yang berkepribadian islam, pola pikir dan bersikap berdasarkan nilai-nilai Al-Quran).
  • Konsep perkembangan anak berbasis Al-Quran.
  • Konsep pembelajaran berbasis Al-Quran.
  • Materi pembelajaran berbasis Al-Quran.
  • Manajemen pengelolaan pendidikan berbasis Al-Quran.
Materi yang disampaikan oleh Bu Eva lebih kepada membuka wawasan kita akan berbagai pilihan sistem pendidikan yang ada saat ini. Memberikan kita pandangan bahwa pendidikan yang terbaik adalah yang berdasarkan Al-Quran dan terintegrasi dalam kurikulum sekolah.

Jika kita sepakat ingin menjadikan anak kita generasi qurani, yaitu generasi yang berkepribadian islam, pola pikir dan bersikap berdasarkan nilai-nilai Al-Quran, maka benahi pola asuh kita, semangat dalam mencari ilmu, dan sekolahkan anak kita ditempat yang tepat.

16 Maret 2016






Bismillah...

Setelah berhasil nyobain bikin pie susu teflon yang kekinian itu, kali ini saya bikin pie susu labu kuning buat camilan anak-anak. Nggak pake teflon, tapi cetakan kue yang nggak perlu pakai oven juga. Untuk resep kulit pienya masih sama dengan pie susu teflon, cuma beda di adonan flanya aja.






Rasanya yummmy.... banget deh. Temen ngeteh di sore hari inih :)

8 Maret 2016




Bismillah...

Perempuan.
setuju kalau perempuan itu unik?. Setuju nggak setuju, perempuan itu memang unik. Makhluk yang sulit ditebak. Memiliki sisi romantis, lembut, penyayang, tapi juga bisa menyebalkan, rewel, kelewat cerewet, dll. (silahkan ditambahkan sendiri ^__^)

Tapi perempuan tetaplah perempuan, apa jadinya dunia tanpa perempuan *apa sih :D

Dalam bukunya "Men are from Mars, Women are from Venus", Jhon Gray, P.Hd mengatakan bahwa wanita memang memiliki 'siklus sifat' seperti gelombang. Bisa jadi suatu kali ia menjadi pribadi yang sangat menyenangkan, bisa jadi suatu ketika ia akan mengungkit-ungkit kembali hal-hal yang telah lewat yang sebenarnya sudah dianggap selesai. Ibaratnya nih yah, perempuan itu ahli sejarah, ingatannya tajem banget hihihi...

Gimana nggak, dalam penelitian yang dilakukan oleh Louann Beizendine, M.D., seorang pelopor neuropsikiatri (saraf-jiwa) dan direktur Women's and Teen Girl's Mood and Hormone Clinic (klinik pertama di Amerika Serikat yang khusus meneliti dan memikirkan fungsi otak perempuan), mengungkapkan bahwa betapa struktur unik otak perempuan menentukan bagaimana cara berpikir perempuan, cara berkomunikasi, menentukan hal yang dianggap penting, sampai kepada siapa yang akan mereka cintai.

Kemampuan menakjubkan lainnya adalah luar biasanya dalam bahasa, verbal. Belum lagi nih bagaimana kemampuan mereka berempati dalam persahabatan, kemampuan membaca wajah dan suara sehingga mengenali emosi dan keadaan pikiran orang lain. Trus kemampuan untuk meredakan konflik. Dan buanyaaak lainnya. Itu baru struktur otak, belum lagi pengaruh hormonnya. Waaaah... kalau dibahas semua, bisa jadi 1 buku inih :D

Pokoke begitulah, segala sesuatu yang berhubungan dengan perempuan itu nggak akan ada habisnya buat dibahas, apalagi kalau udah bahas tentang peran seorang perempuan baik di ranah domestik maupun publik, serta berbagai pilihannya. Wuiiih... bakal rame banget, mengingat banyaknya kontroversi selama ini. Sebut saja tentang working mom dengan Stay at home mom, ASI dengan Sufor, popok kain dengan popok sekali pakai, makanan homemade dengan makanan instan, pakai ART dengan nggak pakai ART, yang kekinian lagi nih yah belanja pakai plastik dengan yang nggak pake plastik, serta vaksin dengan yang antivaksin, dll (silahkan tambahkan sendiri lagi :D)

Para perempuan tersebut sibuk saling menilai, pada merasa bahwa pilihannya lebih baik dibanding pilihan perempuan lain. Akhirnya saling menjatuhkan di depan publik, walaupun niatnya mungkin untuk saling mensupport sesama perempuan yang memiliki pilihan yang sama. Ah... sebenarnya simple aja. Saat kita telah memutuskan sesuatu, hadapilah konsekuensinya, berbahagialah dengan pilihan itu. Perempuan yang bahagia itu memancarkan cahaya, menerangi sekitarnya.

Paling penting nih yah berhentilah untuk merasa bahwa kita lebih baik dari orang lain. Hal tersebut hanya akan menghentikan proses belajar kita. Banyaklah memberi uzur untuk orang lain, kita nggak tahu bagaimana kehidupan mereka sebenarnya. Trus, sampaikan sesuatu itu dengan lemah lembut, karena sesungguhnya sebagai perempuan kita identik dengan kelembutan.

Saya jadi ingat, perkataan sepupu saya yang suaminya "diambil" orang, bahwa: YANG NYAKITIN PEREMPUAN ITU PEREMPUAN JUGA

Hmmmm... bisa jadi atau mungkin memang 100% benar. Dari segi perbuatan, bahkan lisan. Kita banyak melakukan kesalahan dalam menggunakan keunikkan yang kita miliki. Tidak mengoptimalkannya untuk kebaikan. Pengalaman saya, pernah dikatain manja banget sama salah seorang perempuan yang sama seperti saya saat itu sebagai pembicara di sebuah seminar. Hanya karena saat menyampaikan materi, saya mohon izin sambil duduk. Saya sedang hamil adek Khai di trimester pertama, karena muntah hebat saat diperjalanan, jadi lemes banget. Ia membandingkan dengan dirinya yang sekalipun dalam kondisi hamil juga, bisa menyampaikan materi dengan berdiri.

Lain waktu, saya tengah diperjalanan. Dibonceng suami dengan menggunakan sepeda motor. Saat lampu merah, mobil yang berhenti di sebelah kami mengeluarkan tangan dan menjatuhkan abu rokok. Mengenai tangan saya, trus saya bawa anak lagi. Siapa perokok itu, seorang perempuan. Itu pengalaman yang bisa saya bagi.

Banyak perempuan kehilangan empati, kehilangan malu, kehilangan jati diri sesungguhnya sebagai seorang perempuan yang di dalam agama islam dikatakan sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya.  Sibuk ngejudge, menebar kebencian, dan segambreng hal negatif lainnya. Astaghfirullah... kita emang kudu banyak-banyak istighfar nih :)
Moga aja kita bisa dijauhkan dari sifat-sifat negatif tersebut yah temans, aamiin...

Mari kita sibukkan diri dengan belajar, mengusahakan hasil belajar, dan sekali-kali piknik. Agar pikiran kita semakin terbuka. Agar lebih bijak dalam menghadapi perbedaan, dan paling penting Be Humble.

7 Maret 2016



Bismillah...

Sebelumnya, kalau pengen makan pie susu kudu beli dulu. Tapi sekarang, ibu-ibu udah pada kreatif. Beredarlah resep pie susu yang cara pembuatannya gampang banget, apalagi buat yang nggak punya oven. Cukup pakai teflon atau double pan. Asyiknya lagi, resep ini bisa dieksekusi bareng Mbak Nai.

Jadi, biar kekinian, kami berdua coba resepnya dan Alhamdulillah berhasil, yummmy!!!.









Tips:
  • Gunakan api keciiiiil banget
  • Gunakan tutup
  • Agar flanya cepet mateng, bisa dimasak dulu, baru diletakkan di atas kulit pie
Selamat mencobaaaa... ^_^