18 Februari 2020



Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sahabat Ummi...

Siapa yang pernah berkata, tidak bisa hidup tanpa nasi? apa cuma saya saja. Ya, untuk saya yang berdomisili di Pulau Sumatera, tepatnya di Pekanbaru, provinsi Riau, masih mengandalkan nasi sebagai konsumsi harian, sebagai makanan pokok. Rasanya, belum terasa seperti sudah makan, kalau perut belum terisi dengan nasi. Walaupun sudah menyantap berbagai jenis makanan. Berbeda halnya dengan sebagian saudara kita yang tinggal di Maluku atau Papua. Tapi, itu dulu, sebelum saya tahu bahwa ada pangan dari hutan yang ternyata olahannya mampu menggantikan nasi putih, dan bisa diolah menjadi berbagai macam makanan lezat, maupun minuman yang nikmat. Nggak percaya?

Sagu dan Masyarakat Riau.

Ya, Sagu. Sebenarnya, sagu sudah sangat familiar bagi kami Masyarakat Riau. Ada beberapa olahan sagu yang akrab dengan keseharian sebagian masyarakat Riau, seperti mie sagu atau sempolet. Bahan baku utamanya adalah tepung sagu. Biasanya, ini menjadi santapan saat sarapan, yang akhirnya saat ini bisa disantap diwaktu kapan pun, terlihat dari banyaknya penjual yang tak hanya berjualan di pagi hari.

Kalau kita mundur ke belakang, melihat bagaimana sebenarnya sagu, yang dihasilkan oleh pohon rumbia atau pohon sagu (Metroxylon Sagu Rottb) ini, ternyata merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia di masa lalu. Sebelum, hadirnya beras yang dibawa oleh pendatang dari India atau Indochina.



Sagu, Sebagai Tanaman Hutan Dalam Upaya Restorasi Lahan Gambut.

Sahabat Ummi...

Saat membahas tentang sagu, bukan hanya tentang sagu sebagai bahan pangan dari hutan. Tapi, ternyata pohon sagu memiliki peran penting lain bagi lingkungan hidup. Seperti halnya yang pernah dibahas oleh WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia), bahwa pohon sagu dapat digunakan sebagai upaya restorasi lahan gambut. Kenapa? karena tanaman tersebut bisa tumbuh dengan baik digenangan air, sehingga sangat pas berada di lahan gambut. Dengan menanam pohon sagu, masyarakat lokal pun bisa mendapatkan manfaat dari upaya restorasi ini. Sebab, pohon sagu memiliki produktivitas yang tinggi dalam menghasilkan pati sagu.

Sungguh sebuah langkah yang sangat tepat, untuk kami yang berada di provinsi Riau. Mengingat, luasnya lahan gambut yang ada di sini.



Sahabat Ummi, tidak main-main, bahkan pemerintah menetapkan setiap tanggal 21 Juni diperingati sebagai hari sagu. Kesadaran yang begitu besar akan manfaat pohon sagu, baik sebagai pelestarian lingkungan, maupun sebagai komoditi pangan.

10 Jenis Olahan Sagu

Jika di awal tadi, saya menyebut bahwa mie sagu dan sempolet merupakan jenis makanan olahan sagu yang populer di Masyarakat Riau, maka kali ini saya menjabarkan 10 macam jenis olahan sagu sebagai pangan dari hutan, baik itu dalam bentuk makanan maupun minuman, yaitu:

1. Lontong Sagu

Siapa yang mengira kalau ternyata kita bisa membuat lontong dari tepung sagu?. Biasanya, yang digunakan adalah beras, yang berasal dari tanaman padi. Tapi, terbukti bahwa tepung sagu juga bisa dijadikan bahan baku lontong. Memang warnanya terlihat berbeda, sesuai dengan karakteristik tepung sagu. Untuk rasa, lontong ini tetap enak, apalagi jika disajikan komplit dengan gulai nangka, sambal kering tempe, telur rebus, dan ditambahkan dengan keripik ubi.



2. Nasi Sagu

Nah, ini apalagi, tak banyak yang tahu bahwa tepung sagu dapat diolah menjadi seperti nasi. Bahkan, nutrisinya sangat banyak dan baik untuk kesehatan tubuh, terutama yang sedang menjalankan program diet. Kalau nasi shirataki yang berasal dari tanaman shirataki yang saat ini populer bagi para pelaku diet, kita punya nasi sagu sebagai kearifan lokal. Untuk rasanya? Rasanya kenyal dan tetap lezat, disantap dengan lauk apapun.



3. Bubur Sagu

Biasa sarapan pagi dengan bubur ayam?, biasanya yang menjadi bahan baku dari bubur adalah beras. Nah, bagaimana jika beras diganti dengan tepung sagu?, rasanya tetap enak. Apalagi menggunakan bumbu yang biasa digunakan dalam membuat bubur ayam. Cita rasa bubur sagu ini tetap gurih dan nikmat.



4. Mie Sagu

Untuk mie sagu sendiri, mienya dapat diolah keberbagai jenis makanan, menggantikan mie yang terbuat dari beras atau jagung. Jadi, mau dijadikan untuk bahan mie ayam, mie jamur, tom yam, atau mie bakso, semuanya cocok.



5. Bubur Cenil Sagu

Kenyal dan lezat, ternyata cenil tidak hanya bisa dibuat dari tepung beras atau tapioka, tapi juga tepung sagu, dimasak dengan gula merah, lalu diisiram dengan kuah santal kental yang gurih.



6. Bakso Sagu

Siapa yang tak suka dengan bakso, jika selama ini tepung tapioka menjadi campuran dan pengikat, ternyata bisa digantikan dengan tepung sagu. Tekstur bakso menjadi kenyal. 




7. Cilok Sagu

Cilok, yang berarti aci di colok, salah satu kuliner khas dari jawa barat. Bahan bakunya terbuat dari aci, alias tepung tapioka. Nah, tepung sagu bisa menggantikannya sebagai bahan baku. Teksturnya pun menjadi tak jauh berbeda.



8. Cireng Sagu


Masih makanan khas dari Jawa barat. Cireng, atau aci digoreng. Tepung sagu juga dapat kita gunakan untuk mengganti tepung tapioka. Rasanya tetap kenyal dan lezat.



9. Es Jelly Sagu

Dengan mencampurkan tepung sagu dengan agar-agar, kita akan mendapatkan jelly yang bisa digunakan sebagai isian dari minuman. Agar terlihat semakin menarik, bisa ditambahkan pewarna asli dari tumbuhan, seperti merah dari buah naga, hijau dari daun suji, dan biru dari bunga telang. Selain sehat, minuman ini juga nikmat dan mengenyangkan.



10. Cappucino Jelly Sagu

Apakah sahabat penyuka kopi?, pernah mencoba cappucino cincau?, bagaimana kalau cincaunya diganti dengan jelly yang terbuat dari tepung sagu. Minuman kekinian ini, tetap terasa nikmat.



Kenapa Olahan Sagu?

Sagu memiliki kandungan nutrisi yang banyak, terutama karbohidrat murni. Karbohidrat ini masuk ke dalam mikronutrien yang dibutuhkan oleh tubuh kita dalam jumlah banyak, sebagai bahan energi dan fungsi otak. Dalam 100 gr sagu, terkandung:

  • 86 gr Karbohidrat
  • 0,5 gr protein
  • 1 gr serat
  • 3 mg sodium
  • 5 mg potasium
  • 0,2 gr lemak total
  • 0,1 gr lemak jenuh
  • 350 kalori

Manfaat sagu untuk kesehatan:
  • Sumber energi
  • Mengendalikan gula darah
  • Memperlancar sistem pencernaan
  • Meningkatkan kesehatan tulang dan sendi
  • Mencegah darah tinggi
  • Menjaga suhu tubuh agar tetap ingin
  • Mengatasi asam lambung
  • Membantu menurunkan berat badan


Sahabat Ummi,

Bagaimana? tertarik untuk membuat dan mengkonsumsi berbagai olahan sagu sebagai pangan dari hutan?. Cara membuatnya pun relatif mudah. Dengan memakai resep yang sama, tapi mengganti bahan baku utamanya dengan tepung sagu.

Jika Sahabat jeli, ini juga akan menjadi peluang bisnis yang besar. Tertarik?






14 Februari 2020



Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Sahabat Ummi,

Apakah Hokben merupakan sebuah kata yang asing buat kalian semua?. Saya rasa nggak. Bahkan saat brand ini masih bernama Hoka-hoka Bento, kata HOKBEN sudah menggaung. Jadi, nggak salah kalau akhirnya Hoka-hoka Bento re-branding menjadi Hokben. Sebuah akronim yang udah populer sejak dahulu. Bukan begitu?.

Nah, kabar gembira bagi kami yang berada di kota Pekanbaru, bahwa sejak tanggal 30 Januari 2020 menu-menu Hokben mulai bisa dinikmati, karena mereka akhirnya membuka outlet di Mall Living World Pekanbaru!. Akhirnya ya, restoran Jepang asli Indonesia yang didirikan di Jakarta pada tanggal 18 April 1985 di bawah lisensi PT. Eka Bogainti ini, sampai juga ke Pekanbaru. Wah, buat saya pribadi, yang terakhir kali makan di Hokben pada tahun 2011 saat ujian tesis di Jakarta dulu, tentu ini menjadi kebahagiaan tersendiri, bahwa dari 150 gerai Hokben yang tersebar di pulau Jawa, Bali, dan Sumatera, Pekanbaru menjadi salah satu kotanya.




Ya, buat orang Indonesia yang sukanya berada di zona konsumi nyaman, alias doyannya makanan serba Indonesia dan kurang begitu tertarik untuk mencoba jenis makanan negara lain, menu Hokben termasuk yang saya sukai. Rasanya masuk di lidah Indonesia seperti saya. Jadi, rindu saya terobati dengan menu komplit, yang terdiri dari nasi, beef yakiniku, gorengan, salad sayur, sup, es ogura, dan ocha.



Bukan Sekedar Re-branding

Sahabat Ummi,

Selain kulineran masuk ke dalam ranah hobi saya, belakangan ini dunia perkulineran menjadi bagian dari hari-hari saya. Bukan sekedar mengamati, tapi juga ikut terlibat dalam berbagai usaha kuliner yang ada di Pekanbaru. Jadi, saya paham betul bahwa tak cukup hanya sebuah nama baru, tapi juga ada nilai baru yang akan dibawa dan disosialisasikan.

Dan, Hokben sudah melakukan semuanya, seperti yang disampaikan oleh Ibu Kartina Mangisi selaku comunications manager kepada kami dari blogger Pekanbaru yang diundang secara khusus di acara grand opening. Beliau menjelaskan bahwa terkandung makna dan nilai yang besar dari simbol-simbol yang akhirnya membentuk sebuah motif dan dijadikan dekorasi pada dinding bahkan wadah.

Hal itu menjadi perhatian saya, selain info seputar nama dari maskot Hokben. Apa Sahabat tahu, bahwa maskot anak-anak yang seorang laki-laki dan seorang perempuan itu memiliki nama?. Jika belum, perkenalkan, nama mereka adalah Taro dan Hanako. Selanjutnya, yang tak kalah menarik adalah, bahwa mereka ikut serta dalam campaign zerowaste. Hokben ikut berpartisipasi dalam menerapkan konsep minim sampah. seperti tidak menyediakan sedotan plastik dan menganjurkan untuk membawa wadah sendiri ketika memesan untuk take away.

Selain Bu Kartina, ada Bapak Waluyo, selaku store manager Hokben Living World Pekanbaru, yang turut bercerita dan menjawab beberapa pertanyaan yang sempat dilontarkan mengenai Hokben, salah satu pertanyaan yang saya ingat adalah apakah Hokben akan membuka kelas untuk kunjungan dan kegiatan anak-anak?. Jawabannya, bisa jadi. Seandainya terwujud, saya bakal ikutan daftar supaya kedua putri saya bisa ikut.




O yah, ada Bapak Sugiri Wilim, selaku wakil direktur operasional PT. Eka Bogainti yang sempat menyapa kami. Beliau mengucapkan terima kasih atas kedatangan kami, dan sempat berbagi info tentang Hokben. Salah satu infonya, bahwa ada kemungkinan outlet Hokben tidak hanya 1 di Pekanbaru. Wah, berarti bisa jadi kita nggak perlu ngantri terlalu lama ya, tinggal pilih mau makan di outlet yang mana.

Terakhir, Bu Kartina menjelaskan sekaligus mengajak kami untuk ikut berpartisipasi dalam program CSR yang rutin dan berkelanjutan mereka lakukan, yaitu salah satunya kegiatan donor darah.

Restoran Halal

Ini adalah informasi penting untuk kita umat muslim. Alhamdulillah Hokben bersertifikat halal MUI, jadi jangan khawatir. Selain menjaga kualitas makanannya, mereka juga memastikan kehalalannya. Sahabat bisa melihat langsung sertifikatnya ketika membayar di meja kasir.




Hokben Favoritnya Keluarga

Sahabat Ummi,

Beberapa hari kemudian, saya kembali makan di Hokben bersama dengan anak-anak. Wah, antriannya luar biasa. Begitu banyak masyarakat Pekanbaru yang sangat antusias untuk makan di sini. Baik yang memang sudah menjadi penggemarnya, maupun yang masih penasaran untuk mencoba bagaimana rasanya. Apa semua Sahabat ummi sudah pernah mencoba?.