29 April 2015


Semua punya kesempatan yang sama. Yup, semuanya tanpa terkecuali. Itulah tema yang kami usung saat menjadi relawan pengajar di SD 003 YKWI Pekanbaru. Saya termasuk salah satu dari 6 orang relawan pengajar dari Kelas Inspirasi 3 Pekanbaru.

baca Briefing Kelas Inspirasi 3 Pekanbaru

Kami berbagi semangaat, kepada anak-anak SD tersebut. Kami membahas tentang profesi kami masing-masing. Memotivasi mereka agar tetap semangaat untuk bersekolah dan menggapai cita-cita. Terlepas dari latar belakang pendidikan dan perekonomian orang tua mereka. Mereka punya kesempatan yang sama, asal mau tetap berusaha.

Pagi itu, pertama kalinya saya mengikuti upacara bendera, sejak kelulusan saya dari SMA. Setelah selesai upacara, ada perkenalan sebentar. Selanjutnya, masing-masing kami masuk ke dalam kelas. Inih nih yang rasanya gimanaaaa gitu. Nggak punya pengalaman ngajar SD bo', pernahnya ngajar anak SMK or Mahasiswa.

Di dalam kelas, anak-anak udah menunggu. Mata mereka berbinar, senyumannya merekah. Terlebih ketika melihat tentengan yang saya bawa, tatapan tak sabaran pun semakin terlihat jelas.

Setelah memperkenalkan diri, sekaligus profesi saya sebagai seorang penulis, saya mengajak anak-anak ini untuk membuat mading cita-cita. Menjelaskan kepada mereka apa itu mading, apa manfaatnya, dan bagaimana membuat mading agar menarik. Tujuannya adalah melatih mereka untuk terbiasa dengan baca tulis. Ya, untuk membuat mading, dibutuhkan membaca, dengan mencari informasi lewat media cetak maupun online, lalu menuliskannya kembali dengan bahasa mereka sendiri.


Awalnya, saya puyeng juga. Apa yah yang bisa saya lakukan di dalam kelas selama 30-45 menit tanpa membuat anak-anak menjadi boring. Nggak mungkin dong ngomongin buku melulu. Untungnya, si Abi menyarankan saya untuk membuat mading cita-cita bersama anak-anak.

Saya menyiapkan 6 buah karton besar yang berwarna-warni, menyiapkan kertas HVS yang berwarna-warni juga, 2 buah spidol, berwarna hitam dan merah, 2 buah gunting, dan lem kertas. Setelah mereka memilih warna karton besarnya, mereka juga boleh memilih warna kertas HVS sesuai dengan warna kesukaan mereka masing-masing. Lalu, menuliskan nama dan cita-cita mereka, beserta alasan mengapa mereka memilih cita-cita tersebut.


Setelah kertas cita-citanya terkumpul, kertas tersebut lalu digunting untuk membentuk pinggirannya. Kemudian di lem di atas karton. Terakhir, mereka boleh memberikan hiasan berupa gambar-gambar.


Seruuuuu... Anak-anak sangat antusias!. Saya pun bisa bernafas lega hahahaa... Dan waktu berjalan tanpa terasa.

O yah, biar makin seru, saya sampai berguru ke Mbak Nai, buat diajarin yel-yel dan tepuk tangan gitu *berasa jadi anak TK*
Nggak mungkin dong saya pake tepuk pramuka :D

Tak terasa, sebelum zuhur, kelas selesai. Tinggal selebrasi aja. Nah, kami memberikan tanaman pucuk merah kepada sekolah beserta alat penyiram tanamannya. Biar makin seru, kami juga ada sesi menerbangkan balon cita-cita, dan juga pengisian pohon cita-cita. Lucunya, banyak anak-anak yang nggak rela balonnya dilepaskan, maunya dibawa pulang :D


Hari ini, rasanya beda banget deh. Bener-bener pengalaman yang seru. Saya banyak berkenalan dengan orang-orang baru. Saya juga bisa melihat potret sebuah pendidikan dari sudut yang berbeda. Di sini, di SD 003 YKWI, yang sudah bisa dikatakan senior dari segi usia keberadaannya dan terletak di tengah kota, namun mengalami begitu banyak penurunan. Terlihat jelas dari jumlah siswanya, yang keseluruhannya cuma sekitar 60 orang saja, baik dari masyarakat umum sekitar, maupun yang dari panti asuhan YKWI. Jadi, ada kelas yang siswanya hanya 5 orang lho. Trus, yang 5 orang ini nggak hadir 2 orang, tinggal 3 orang aja yang ikut kelas inspirasi. Awalnya krik... krik... juga, tapi 3 orang ini tetap antusias.


Buat guru-gurunya, saya luaaaar biasa salut. Hasil sharing dengan guru kelas 1, bener-bener berusaha keras banget buat ngajarin anak-anak itu baca tulis, karena mereka nggak TK. Apalagi bacaannya nggak diulang di rumah, karena orang tua mereka sendiri buta huruf. Belum lagi nih yah karakter anak-anak yang lahir dan besar di lingkungan pasar. Sempet roaming juga saya sama bahasa mereka  XD

Terakhir, saya suka dengan program kelas inspirasi yang menjadi bagian dari Indonesia Mengajar ini. Moga semakin banyak manfaat yang bisa diperoleh oleh sekolah, anak-anak didiknya, maupun para relawan. Pengen ikutan lagi ah tahun depan, semoga aja bisa. Aamiin...





26 April 2015



Enaaak... apalagi plus es jeruk

Nai dan Abinya itu doyan banget sama pempek, apalagi pempek kapal selam. Setiap makan pempek, Nai selalu nanyain, Ummi bisa buat nggak?. Hmmmm... apa sih yang nggak bisa Ummi buat, selama bahan ada, peralatan ready, dan resepnya googling :D

Akhirnya, setelah dapet resep colekan di twitter oleh Mbak Naqiyyah Syam, Ummi pun beraksi di dapur. Mbak Naqi bilang, resepnya anti gagal. Saya jadi makin semangat dong yah. Apalagi ini pertama kali bikin, pasti happy banget kalau ternyata bisa sukses. Sayangnya, takaran Mbak Naqi kurang jelas, pake cup, sementara saya biasanya pake timbangan. Akhirnya saya sontek juga resep pempek dos punya Mbak Endang JTT.

Iyah, pempek dos, karena nggak ada ikan di rumah :D
Etapi, Mbak Naqi bilang, pake ikan teri rasanya oke juga. Untung aja ada ikan teri yang ready di kulkas, nggak nyampe 1 ons sih, lumayaaaaan laaaaah 
Daaaan... si Abi ngakak, masa sih pempek pake ikan teri, biasanya tenggiri or gabus gitu. Padahal apa salahnya yak, pan teri ikan juga XD

Oke, baiklah... kita langsung ke resep dan cara pembuatannya yah ^_^

Bahan:

Pempek
  • 250 ml air
  • 2 sdt garam
  • 125 gr tepung terigu
  • 2 butir telur
  • 200 gr tepung tapioka/kanji/sagu
  • 1 gr ikan teri tanjung

Isi

4 butir telur kocok lepas

Kuah
  • 200 gr gula merah
  • 100 gr gula pasir
  • 500 ml air
  • 3 sdm cuka/100 ml air asam jawa
Bumbu yang dihaluskan untuk kuah
  • 8 siung bawang putih
  • 5 cabe rawit
  • 1/2 sdm garam


Cara Membuatnya:

  • Blender teri tanjung dengan menggunakan air. Lalu masak bersama garam hingga mendidih. Kecilkan api, masukkan tepung terigu secara perlahan-lahan sambil terus diaduk agar tidak gosong dan menggumpal. Setelah itu, matikan api, dan biarkan sampai adonan terasa hangat
  • Masukkan telur satu per satu sambil diaduk. Lalu masukkan tepung tapioka perlahan-lahan. Uleni adonan hingga kalis. Saya pakai tangan aja. kalau pake mikser or food processor oke juga, lebih gampang.
  • Setelah kalis, bentuk adonan bulat lalu bentuk cekungan untuk meletakkan telur sebagai isian.



  • Masukkan telur, lalu rekatkan ujung-ujungnya dengan hati-hati



  • Rebus pempek hingga mengapung




  • Goreng pempek hingga kecoklatan


  • Pempek siap dinikmati dengan kuahnya


Alhamdulillah... berhaaaaasiiil!. Bener-bener anti gagal. Rasanya juga uenaaaak, padahal sebelumnya diledekkin sama si abi karna pake ikan teri. Trus kerennya lagi, bahan-bahannya juga murah, dibandingkan beli ikan tenggiri hihihi... XD

Ntar mau bikin lagi?

Eheeeeem... sepertinya mikir-mikir dulu. Bikinnya lama, ngabisinnya sebentar bingiiiiit. Apalagi ada adek Khai yang tiap sebentar mengintrupsi hahaha... Mending beli deh. Habisnya, masukkan telurnya ituh bikin rada-rada prustasi :D
Lain kali, saya pakai irisan telur rebus aja kali yak, biar gampang.

Selamat mencobaaaaaa.... ^_^

25 April 2015

Dokter Spesialis anak yang hafizah, aamiin...

Setelah ikutan pawai akbar di tempat ngajinya beberapa hari yang lalu, sekarang Nai ikutan pawai dari sekolahnya. Pawainya pakai kostum dong yah, dan Nai dikasih pilihan mau pakai kostum apa. Mau pake baju adat or profesi. Akhirnya, atas kesepakatan bersama, Nai pakai baju profesi. Nah, pas ditanya mau pake baju profesi apa, Nai sempet bingung juga. Pengennya sih yang sesuai dengan cita-citanya. Tapi anak seusia ini, masih labil banget dengan urusan cita-cita, alias suka berubah-ubah :D

Cita-cita terakhirnya jadi hafizah dan seorang astronot. sayangnya, nggak ada kostum astronot. Adanya cuma kostum dokter, perawat, polisi, dan polwan. Yah akhirnya, balik ke cita-cita sebelumnya, menjadi seorang hafizah dan dokter spesialis anak :D

Trus, sayang banget kostumnya nggak oke kalo buat pake kerudung, daaaan lebih sayang lagi temen-temen Nai pada nggak pake kerudung *padahal sekolah islam :(
Jadi, saya akali deh. Nai pake gamis, luarnya baru pake jas ala dokter. Trus, karna semua anak-anak pada di make up, jadilah Nai kanvas lukis Umminya :D
Pake peralatan perang apa adanya, Nai saya make up tipis ajah. Gimana hasilnya, oke nggak? :D


Semangaaaaat

Pas pawai, kali ini Ummi yang bakal ikutan keliling bareng Nai. Sementara si Abi, nungguin di lokasi acara bareng adek Khai. Daaaan ternyatah, capeeeeeeek pemirsah! :D
Bukan anaknya yang tepar, tapi emaknya hahaha... ketahuan banget udah lama nggak jalan kaki jauh or muter-muter di area Masjid Agung An-Nur XD



Perhatikan deh foto di bawah, itu cuma Nai yang pegangan sama Umminya, biar Umminya nggak jatoh :D
Trus, udah agak panas kan haus, sayangnya air yang dibawa cuma buat Nai. Rada tengsin juga minum dari botol pink bergammbar unyu-unyu ituh :D
Ya udahlah, tahan aja. Ntar minumnya skalian dengan bakso deh *modus





21 April 2015

Postingan ini dalam rangka ikutan #K3BKartinian yang temanya adalah Ibu Mertuaku.




Nah, ngomongin ibu mertua, ada beberapa temen yang sering curhat kalo saya tuh beruntung banget udah nggak ada ibu mertua. What! beruntung??? Yah gitu deh, harap maklum aja. Konflik antara menantu dan mertua udah jadi rahasia umum, baik yang tersembunyi di dalam hati, maupun yang udah perang secara terbuka. Emmmm... tapi banyak juga kok menantu dan mertua yang adem ayem, rukuuuun banget, seperti anak dan ibu kandung.

Sejatinya, hubungan antara menantu perempuan dan ibu mertua haruslah sangat baik, Bagaimana pun, ibu mertua adalah wanita yang telah melahirkan dan membesarkan suami kita, imam dalam rumah tangga kita, dan ayah dari anak-anak kita. Tapi, di kehidupan nyata, memang tak sedikit pergesekan yang terjadi. Tinggal bagaimana kita bisa membawa diri aja.

Hubungan saya dan ibu mertua, Alhamdulillah sangat baik. Ibu mertua saya meninggal saat saya tengah hamil Nai, diusia kehamilan 8 bulan. Sedih... ibuk nggak sempet ngelihat cucu dari anak bungsunya. Penyakit diabetes yang dideritanya selama kurang lebih 3 tahun, telah menimbulkan banyak komplikasi.

Sebagai seorang anak bungsu, suami saya begitu dekat dengan ibunya. Daaaan... kadang sering bikin cemburu hehehe... Trus, peristiwa yang paling saya ingat adalah sewaktu saya diminta ibuk untuk membersihkan ayam, karena hendak diolah menjadi ayam balado, saya kebingungan tiada tara. Bingung? Iyah bingung, karena saya nggak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya nggak tahu gimana cara memotong ayam-ayam itu menjadi beberapa bagian, dan apa yang harus dibersihkan. Sumpaaaaah... saya bingung bangeeet. Sampe-sampe nih yah saya lamaaa banget, trus dipanggilin. Hahaha... gaswaaaat! Terlaluh nggak tuh :D

Harap maklum pemirsah, saya nggak pandai masak. Biasanya di dapur cuma kebagian nyuci piring aja, itu juga kalau belum dikerjain sama bude yang biasa bantu-bantu di rumah. Akhirnya, ayam-ayam itu cuma saya cuci aja, daaaan ibuk mengulang kembali mencucinya XD

Tapi sekarang, jangan ditanya deh, saya udah jauh lebih keren. Nggak cuma motong-motong or nyuci ayam. Si ayam bisa saya oleh menjadi beberapa jenis masakan, seperti rendang, semur, opor, garang asem, tumis, ayam bumbu, ayam balado, ayam mentega, penyet, panggang, dan sop. Nah lo! beneran keren kan saya, hahaha...

Hiks... jadi kangeeeen deh sama ibuk. Perempuan sunda yang cantik, berkulit putih bersih dan sangat lembut tutur katanya. Kelembutannya mengalir ke lelaki yang menjadi sisian keseharian saya. Semoga Allah lapangkan kuburnya, terima amal kebaikannya dan diampuni dosa-dosanya. Aamiin...



20 April 2015



Pulang dari briefing Kelas Inspirasi, perut udah kriyak-kriyuk, maklum lah busui, ngeles ajah padahal emang hasrat pengen jajan.  Trus, saya ngajakin si Abi buat makan miso rempah yang terkenal banget inih. Saya udah pernah nyobain sih sekali, dibeliin adek, makannya di rumah. Jadi, pengen ngerasain asyiknya makan di sana.



Ternyata memang asyiiiik... saya menghabiskan semangkok miso rempah, 4 tusuk sate kerang, 1 buah pergedel kentang, 1 buah keripik cabe, dan sebotol teh botol sosro dingin *yaiyalah asyik semua dilibaaaas :D




Beneran deh, tempat ini tuh yah, ruameeee bingit, full!. Pengunjungnya datang terus. Memang sih misonya enaaaak banget, bener-bener rempahnya juara!. Nagiiiiih deh buat makan miso ini lagiiiii...



19 April 2015

Para relawan (pinjem foto dari Mbak Lianda Marta)

Nah, sabtu itu, saya nggak jadi nemenin Mbak Nai pawai. Yah, akhirnya sibuk sama urusan domestik aja lah yak. Biasalah... mak emak, kalo kerjaan udah diangsur hari sabtu, hari minggunya lumayan bisa leyeh-leyeh kan yaaaaak *tapi itu harapan yang kadang tak sesuai kenyataan hahaha...

Trus, jam 2 saya ada acara briefing Kelas Inspirasi 3 Pekanbaru. Sebenernya, saya udah pengen ikutan dari tahun lalu. Ealaaah... ternyata jadwalnya udah deket banget sama waktu lahiran adek Khai. Jadiii, nggak mungkin bisa ikut.

Yipppy... pas tahun ini, akhirnya saya daftar dan terpilih sebagai salah satu relawan pengajar. Buat yang belum tahu apa itu kelas inspirasi, secara simplenya nih yah, kelas inspirasi itu adalah saat para profesional menjadi guru sehari di SD (Sekolah Dasar) marjinal, untuk membahas tentang profesi mereka, agar bisa menginspirasi anak-anak tersebut akan sebuah cita-cita. Ini adalah salah satu program dari Indonesia Mengajar. Apa itu Indonesia Mengajar? Aiiiiih... googling sendiri aja yak Hihihi.. :D

Kata sambutan oleh Bapak Wawako Ayat Cahyadi

Tentunya pada penasaran nih, saya mau sharing tentang profesi apa? Ehem... penulis dong yah, rencananya profesi Ibu Rumah Tangga berijazah S2.  Pan saya udah nggak jadi dosen lagi. Yaaah... walaupun dunia tulis menulis yang sebenarnya baru saya geluti sejak 2010 selain nulis diary.
Saya ingin berbagi pengalaman sebanyak dan seluas mungkin kepada masyarakat Pekanbaru, Riau kalau perlu, bahwa kita juga bisa ikut andil mewarnai dunia literasi. Supaya, makin banyak penulis yang berasal dari Riau. Supaya, budaya baca tulis bisa mengakar dan berdiri dengan kokoh *pasang gaya orator ulung XD

Materi dari Pengajar Muda Indonesia Mengajar
Naluri Bella Wati (saya temenan di FB, dulu dia add saya *info nggak penting :D)


Sungguh mulia yah cita-cita saya *muji diri sendiri
Tapiiii... masalahnya adalah, sungguh saya galau!. Saya nggak pernah berinteraksi lama dengan anak-anak SD pemirsah!. Pengalaman yang saya punya cuma ngajar anak-anak SMK dan mahasiswa. Eng... pernah sih jadi guru les pas masih kuliah S1 dulu. Tapiiii... ini kan berbeda yah.
Alhamdulilah... saya bisa hadir di briefing inih. Ada sharing berupa tips and trick, dll. Galau saya agak surut 0,5 ml hihihi... saya jadi ada gambaran, apa dan bagaimana saat saya menjadi pengajar sehari anak-anak SD nanti.


Diajarin bikin yel-yel



Aaaaah... seru deh. Doain saya berhasil yah temans! Nggak gugup :D

18 April 2015



Sabtu pagi, Mbak Nai ikutan pawai akbar dan pentas seni santri TPQ sekota Pekanbaru. Mbak Nai bareng tempat ngaji sekaligus tahfidz Mbak Nai. Awalnya saya mau ikut, tapi karna Ustadz bilang kudu nyampe di kantor Walikotanya jam 7, yah kebayang gimana rempongnya ngurus semua, apalagi adek Khai. Akhirnya, Nai pergi berdua ajah dengan si Abi.



Eh ternyataaaaa... acaranya baru mulai jam 9 pemirsaaaaaah!, yah gitu deh. Tau gitu, saya seharusnya bisa ikut dong yah. Tapi ya sudahlah, dapet kiriman foto dari si Abi aja udah seneng.


12 April 2015



Jangan heran deh, di Pekanbaru banyak banget tempat makan yang pake nama BUDE. Nah, kali inih, saya mau ngomongin soto bude yang ada di jalan Tengku Zainal Abidin. Lumayan sering juga sih sarapan di sini, terutama pas weekend. Sotonya uenaaaak tenan. Nggak cuma soto sih, di sini juga ada lontong sayur or lontong pecel, nasi goreng, mie goreng, dan bubur ayam. Tuh kan, komplit yah, jadi jangan heran kalo di sini tuh ruameee banget yang sarapan.




Saya kalo udah makan di sini, porsinya porsi kuli hahaha... maaaaf... maksudnyah, makannya bisa buanyaaak banget. Saya biasanya pesen soto pake nasi, trus ntar nambah tahu goreng, tempe mendoan, keripik cabe, dan minumnya susu kedelai. Tuh kaaaan, buanyak! kalaps! *lempartimbangan




Kalo si Abi, biasanya pesen lontong pecel, tapi minus lontong karna diganti dengan tempe mendoannya yang maknyoooos banget!.

Asyiknya lagi nih yah, sambil makan, kita dihibur dengan live music, lagu-lagunya jadul mendayu-dayu :D
Betah deh!


7 April 2015


I love u so much Ummi... u're my everything...
Love u too so much Mbak... u're my everything... Mbak keriting...
Mbak Nai pernah bilang, nggak enak punya adek, lebih enak sendiri. Ehem... Ummi tahu, Nak. Mbak Nai nggak sungguh-sungguh ngomong gitu, karna, lebih banyak ungkapan kebahagiaan yang Mbak Nai katakan saat punya adek,
Ummi tahu, ada perasaan cemburu, terbagi, atau bahkan merasa kalau Ummi lebih sayang adek daripada Mbak Nai. Tapi, sesungguhnya, Nak, cinta Ummi tetap 100% buat Mbak, dan 100% juga buat adek Khai.

Buat para emaks... pernah nggak ngalami yang saya alami di atas, biasanya pernah yah, Apalagi, Nai berjarak 5 tahun usianya dari adek Khai. Udah lumayan lama sendiri, jadi tumpuan perhatian Ummi dan Abi. Saat adeknya hadir, terkadang ia merasa tersisih, tak peduli betapa keras usaha kita untuk menunjukkan bahwa tak ada yang berkurang untuknya. Tapi... kenyataannya memang ada yang berkurang kan yah, kita nggak selalu bisa mendahulukannya. Ia menjadi harus lebih banyak mengalah untuk sang adek.

Bahkan, tembok kemandirian yang sudah susah payah kita bangun, akhirnya runtuh sebahagian. Ia malah menjadi bayi kedua buat kita. Entahlah... apa karena manjanya kumat atau itu adalah upayanya untuk mendapatkan perhatian. Kadang, gregetaaaan banget rasanya. Tapi, apa mau dikata, segala sesuatunya adalah proses. Toh banyak hal manis lainnya yang juga ia lakukan sebagai seorang Mbak. Mengajak adekknya bermain (walaupun berakhir dengan si adek menangis akibat mainannya malah diambil Mbaknya), membantu Ummi mengambilkan sesuatu yang sedang Ummi butuhkan (termasuk udah pinter belanja ke warung yang jaraknya cuma 2 rumah :D), plus sebagai komentator Ummi yang paling handal!.

Kami butuh waktu untuk berdua aja. Memang nggak bisa terlalu banyak waktu, karna Adek Khai pasti bakal nimbrung juga. Jadi, dengan susah payah saya menahan kantuk saat menyusui Adek Khai, agar saya bisa membacakan buku, ngobrol, atau bereksperimen di dapur bersama Nai. Cuma kami berdua aja.

Perasaan merasa bersalah muncul? itu udah sering banget. Tapi, sebagai seorang Ibu, kita nggak boleh larut dalam perasaan itu. Yang harus kita lakukan adalah selalu berusaha sebaik mungkin untuk memberikan yang terbaik. Menyelimuti sang buah hati dengan doa, agar Allah memudahkan kita dalam memberikan pemahaman. Tak kalah penting, yang harus selalu kita lakukan adalah memeluk dan menciumnya. Megungkapkan hal-hal dengan kata-kata manis, yang bisa membuatnya merasa bahwa bagaimanapun kondisinya, Ummi tetaplah Ummi yang mencintainya. Bukankah begitu?.

2 April 2015

Tetangga saya ada yang menjual bakso goreng. Bakso gorengnya laris, tiap sore anak-anak bakal antre untuk membelinya. Baksonya bulatan yang berukuran kecil, yang 1 tusuknya berisi 3 bakso. Nai termasuk yang doyan banget jajan ini. Bakso tersebut dijual seharga seribu rupiah aja, tapi nai bisa menghabiskan 5 tusuk sendirian, dan itupun katanya masih kurang.

Akhirnya, biar Nai puas makan bakso goreng, umminya deh yang turun gunung eh turun ke dapur buat bikin bakso. Bikinnya nyambi ngasuh adek Khai, jadi penampakannya agak abstrak, nggak bulat cantik gitu hihihi... tapi alo rasa mah, lumayaaaaan laaaah :D

Oke deh, lanjut ke resepnya aja yah:

Bahan:
  • 1/4 dada ayam yang udah diambil dagingnya aja
  • 1 butir telur
  • 4 kotak es batu, kotak kecil yah 
  • 2 sdm tepung kanji
  • 1 sdm bawang putih cincang
  • 2-3 sdt garam
  • 1 sdt merica bubuk
  • 1 sdm minyak goreng
  • 1/2 sdm baking powder
  • 1/2 sdm gula pasir
Cara membuatnya: semua bahan saya campur dan saya blender. Setelah itu dibentuk dengan menggunakan sendok, masukkan ke dalam air yang mendidih. Setelah bakso mengapung, angkat.



Bakso kemudian ditusuk dengan tusuk sate. Saat akan digoreng, bakso dicelupkan ke dalam adonan telur yang telah dikocok lepas.

Jadi deh... Nai doyan, apalagi ukuran baksonya saya bikin gede. Bakso yang belum digoreng, disimpan di freezer. Kapan Nai pengen, tinggal goreng.