30 Desember 2012



Akhirnya, saya memutuskan untuk menerima permintaan Nurma Nazar, seorang penyiar di Radio RRI Pro 1 Pekanbaru, sekaligus adik kelas saya waktu SMA dulu. Nurma meminta saya untuk menjadi narasumber di salah satu program yang dibawakannya, Perempuan Inspirasi. Sebelumnya, sudah beberapa kali ia meminta, selain karena masalah waktu, saat itu saya pribadi juga belum begitu PD. Program tersebut mendatangkan perempuan-perempuan dari kalangan manapun untuk mau berbagi seputar kehidupannya, dengan harapan dapat menginspirasi pendengar.


Bisa dibilang, program ini banyak menonjolkan sisi "kenarsisan" narasumbernya. Program yang berlangsung selama full 1 jam (tanpa jeda iklan) ini, dibagi menjadi 2 bagian. Setengah jam pertama, penyiar akan membahas tentang kilas balik kehidupan narasumber. Saya diminta untuk menceritakan tentang masa kecil saya, bagaimana saya di mata orang-orang terdekat saya, dan seberapa besarkah peran orang tua di dalam hidup saya. Untuk setengah jam berikutnya, yang dibahas adalah mengenai prestasi-prestasi saya, terutama dalam menulis. Jujur saja, saya merasa agak gimanaaaaa gitu waktu ada salah seorang penelepon yang mengatakan salut dengan apa yang sudah saya capai diusia saya yang ke 26 tahun ini, yang sudah menjadi seorang istri dan ibu, sudah berhasil mewujudkan mimpi sebagai seorang penulis dan juga berwirausaha, demikian juga dari segi pendidikan. Jleb...saya pribadi masih merasa saya bukan apa-apa, kontribusi saya juga belum seberapa, dan saya juga masih harus banyak belajar.

Seperti tema yang diangkat, bahwa hidup itu adalah sebuah pembelajaran, kita belajar banyak hal selama kita hidup. Tapi, Alhamdulillah, saya sangat mensyukuri semua, karena apapun yang sudah saya capai saat ini adalah sebuah proses, proses yang penuh dengan lika-liku, turunan atau tanjakan yang mau tidak mau harus saya lewati, dari sanalah saya belajar banyak.



Sebelumnya, saya udah dibisikin sama penyiarnya untuk terus memotivasi para ibu rumah tangga. Yah, lagi-lagi tentang ini, tentang masih banyaknya ibu rumah tangga yang merasa bahwa statusnya tersebut sama sekali tidak "keren". Bagi saya, setiap orang punya potensi, setiap orang memiliki prioritas dalam hidupnya, setiap orang juga memilih. Jadi, setiap kita adalah istimewa, mari terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekitar kita. ^_^

28 Desember 2012



Dimana ada kemauan, di situ ada jalan. Begitulah prinsip yang dipegang oleh H. Natra Kamal (54 tahun), seorang Ayah dari satu putri. Lewat ide brilian dari anak semata wayangnya, maka tidak membutuhkan modal yang besar untuk menyewa tempat seperti kios atau ruko, ia tetap dapat berjualan hanya dengan bermodal mobil pribadinya.

Memanfaatkan mobil kijang keluaran tahun 1991. Ia berjualan dengan menawarkan kuliner khas Riau baik berupa makanan maupun minuman, seperti laksamana mengamuk, roti jala es kuah durian, es kacang merah, kolding durian, dan sop buah. Jadi, dengan memarkirkan mobil di pinggir jalan, lalu terjadilah transaksi penjualan yang ternyata keuntungan yang dapat diraup tidak bisa dikatakan kecil. Padahal modal yang dikeluarkan tidaklah besar.

Pada awal berjualan tepatnya bulan Maret 2009, Pak Haji demikian ia akrab disapa, “memarkir” dagangannya di jalan Ronggowarsito Pekanbaru. Dengan semakin banyaknya permintaan, iapun lalu pindah ke jalan Cut Nyak dien, tepat di belakang kantor gubernur Riau. Tempatnya lebih strategis karena terletak di tengah kota.

Disamping untuk menambah penghasilan, ia juga bermaksud untuk melestarikan kuliner khas Riau. Ada kebanggaan tersendiri baginya, terlebih saat pembeli menjadikan jajanannya ini sebagai oleh-oleh dari Pekanbaru. Jadi tidak heran jika dagangannya yang mulai ia jajakan setiap hari mulai dari pukul 11.00 wib-18.00 wib ini, laris manis.

Pak Haji menuturkan, hanya dengan modal sebesar Rp 150.000 saja, ia mampu meraup keuntungan setiap harinya sebesar Rp 500.000 dengan harga per gelas Rp 8000. Angka yang luar biasa, mengingat tidak harus membayar biaya sewa tempat, hanya ada pungutan berupa retribusi kebersihan saja sebesar Rp 3000 per hari. Maka, saat ini ia sudah memiliki 2 mobil baru yang juga beroperasi untuk menjajakan makanan khas Riau. Ia sanggup membayar cicilan kredit salah satu mobil barunya sebesar Rp 4.500.000 per bulan.

Melihat kesuksesannya, maka saat ini banyak pedagang lain yang yang juga mengikuti jejaknya untuk berjualan mobile dengan menggunakan mobil pribadi. Tidak hanya kolding dan makanan serta minuman khas Riau saja. Tapi ada yang berjualan jus buah, empek-empek Palembang, burger, sampai kepada pakaian dan asesoris. Tertarik untuk ikut jualan mobile juga?.

            Resep Es Laksamana Mengamuk
BAHAN:
·        buah kwini atau mangga, potong kotak kecil
·        es untuk menyajikan
BAHAN SIRUP:
·        gram gula pasir
·        vanili
·        santan
·        Daun pandan
CARA MEMBUAT:
Rebus bahan sirup sampai mendidih dan gula larut, angkat lalu dinginkan.
Masukkan buah kwini, tambahkan es lalu sajikan dingin.

Resep Es Kacang Merah
BAHAN :
  • biji selasih
  • rumput laut warna-warni
  • kacang merah kaleng
  • sirup vanili
  • es
  • susu kental manis
CARA MEMBUAT :
  1. Aduk semua bahan dan simpan dalam lemari es.
  2. Tata dalam gelas saji atau gelas berkaki, dan tambahkan es batu.
Resep Sop Buah
Untuk membuat sop buah dengan rasa yang istimewa pilihlah buah yang masih segar dan gunakan gula sebagai pemanis asli.

BAHAN:
·        melon( potong dadu )
·        pepaya matang( potong dadu )
·        blewah ( dikeruk )
·        apel (potong dadu)
·        Anggur (bulat)
·        Lengkeng (bulat)
·        Jeruk nipis
·        air matang secukupnya
·        es batu secukupnya
BAHAN SIRUP:
·        gula pasir
·        daun pandan
·        nangka matang( potong dadu )
·        teh garam
·        air

CARA MEMBUAT:

1. Sirup:

Rebus gula,garam, daun pandan dengan air sampai
gula larut, dinginkan, saring, kemudian masukkan
potongan nangka, sisihkan.

2. Siapkan mangkuk, isi dengan semua bahan sop buah,

beri 2 sendok sayur sirup, perasan jeruk nipis, es
batu,air matang secukupnya,aduk, siap dihidangkan.


Resep Kolding Durian
BAHAN :
  • pisang
  • durian
  • ketan
  • delima
  • cendol
  • santan
  • es
  • susu kental manis
CARA MEMBUAT :
1.      Bahan yang direbus : pisang, delima, ketan. Pisahkan dan letakkan masing-masing ke dalam tempat plastic
2.      Saat penyajian masukkan semua bahan yang direbus lalu di tambahkan dengan durian, santan, susu kental manis, juga es. batu


Resep Roti Jala Es Kuah Durian
BAHAN :
  • Roti jala
  • durian
  • santan
  • es
  • susu kental manis
CARA MEMBUAT :
Saat penyajian masukkan roti jala lalu di tambahkan dengan durian, santan, susu kental manis, juga es batu.



Nai juga doyan ^_^






26 Desember 2012


KEBAKARAN

(1) "Ngiung.. ngiung.. ngiung.." seragamku belum terpasang lengkap, tapi aku harus segera memadamkan rumahku.

(2) Dosaku begitu besar, hingga aku terpanggang sebelum sampai ke neraka.

(3) Kau lebih menakutkan dari malaikat maut, Kau ambil semua keluargaku. "Dasar tabung gas sialan!".

(4) Siapa yang membuat api unggun di dalam rumah, sampai menjalar ke tempat tidurku. Ah apakah karena aku sudah tua dan pikun, mereka tidak mengajakku ikut bersenang-senang.

(5) Huufft.. lagi-lagi sepi. aku bakar saja biar ramai.


Gambar pinjem dari sini

25 Desember 2012


Tak guna menyesali hari
Memaki jam
Mengutuk menit
Bahkan menangisi detik
yang berputar seperti gasing
Bagimu... bagiku...
Tak berarti sekeping kehilangan arti
Bukankah kita seperti virus
atau atom
atau senyawa
atau kau aku
aku kau
Kita masih ingin ditandu
Menikmati embun atau lampu-lampu
Menangisi dan menertawai
yang ditertawai dan ditangisi
Nah indah bukan?
Jadi lupakanlah satu episode yang terlewatkan
Karena esok kita adalah bintangnya


Alhamdulillah...akhir tahun ini tarnyata "lahiran" lagi. Berarti ini buku solo ketiga saya yang terbit di tahun ini. Semoga tahun depan semangat menulis tak pernah surut, melahirkan buku-buku lainnya, menggali berbagai potensi diri dalam menulis, termasuk untuk menulis fiksi.

Nggak muluk-muluk, saya ingin menjalaninya dengan santai dan menikmati setiap prosesnya. Saya juga ingin sekali kembali menulis di  media cetak. Oke deh, buku ini adalah buku kesehatan pertama saya, tentang terapi herbal. Proses penulisan buku ini pernah saya ceritakan sedikit di sini.


24 Desember 2012


Ini bekal Nai yang termasuk gampang buat dibuat, apalagi kalau sedang buru-buru. Bahannya cuma tepung terigu, susu UHT plan, mentega (cairkan), telur (kalau saya cuma sebutir karena bikinnya nggak banyak), sedikit gula, dan sedikit garam. Maaf yah, lagi-lagi nggak pakai takaran yang jelas hihihi...
Untuk isinya, ada coklat meises dan keju.

Cara buatnya juga gampang, bahan dicampur semua, setelah rata masak dengan menggunakan teflon, saya sih buatnya nggak terlalu tipis (kan crepes basah hehehe...), kemudian saya beri toping lalu dilipat. Jadi deh, gampang dan enaaaaaaak ^_^

Temans, pernah lihat raport Sekolah Dasar (SD) dihiasi dengan beberapa angka bertinta merah?. Tentu saja hampir semua orang mengatakannya pernah dan bisa jadi itu adalah raportnya sendiri, nah lo. Biasanya kebanyakan angka merah tersebut nongkrong di mata pelajaran matematika, setidaknya di jaman dan di sekolahan Saya dulu (hehehe..). Jadi, hal itu bukan dianggap sebagai kejadian luar biasa. Lalu bagaimana dengan raport yang di kolom peringkatnya bertengger tulisan Juara satu dan itu selama enam tahun, berturut-turut setiap caturwulannya. Hayo.. siapa yang pernah lihat?. Kalau belum ada yang pernah lihat, mari lihat raport Saya.

Pada jaman Saya di Sekolah Dasar dulu, ketika hari pembagian raport tiba, maka Saya akan bangun pagi lebih awal dari biasanya, luar biasa karena bangun tanpa campur tangan mama (tangan lembut mama yang suka nepukin punggung) dan memperpanjang do’a seusai shalat subuh. Memastikan bahwa pakaian yang akan Saya pakai sudah tersedia dengan rapi, menyemir sepatu, menyiapkan asesoris rambut seperti jepitan atau bando. Nah, setelah waktunya tiba berangkat ke sekolah, tidak bosannya Saya berpesan kepada Mama dan Papa agar jangan sampai telat datang ke sekolah Saya nanti. Mama dan Papa hanya tersenyum, kata-kata Saya tadi sudah sangat mereka hapal dan mungkin lebih hapal daripada kali-kali satu.

Waktunya pun tiba, pengumuman juara kelas dari tiap tingkat, bagi namanya yang terpanggil maka dipersilahkan maju ke depan (apakah saat ini masih ada sekolah yang begitu?). Tentu saja ini hanya berlaku bagi para juara satu sampai tiga. Walaupun bukan untuk pertama kalinya, tapi Saya tetap deg-degan saat maju ke depan begitu nama saya dipanggil, seperti biasa saya berdiri paling depan dengan “ekor” dua orang teman Saya. Alhamdulillah.. dengan pandangan sumringah, hidung yang kembang kempis, senyam-senyum tebar pesona seperti artis ngetop yang lagi jumpa fans, Saya clingak-clinguk memastikan Mama atau Papa menyaksikan. Hmmm.. lega, ketika melihat ekspresi bangga dari orang tua.

Selanjutnya bagaimana dengan raport Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Saya?. Coba tebak, apakah “sekinclong” raport Sekolah Dasar (SD) atau sudah mulai dihiasi dengan “bunga-bunga merah merekah”. Seratus untuk Anda yang menjawab benar (pelit amat yak, sejuta kek hehehe..). Yah sebelas dua belaslah dengan raport Sekolah Dasar (SD) Saya dulu. Walaupun tidak lagi selalu mendapat peringkat pertama, tapi setidaknya hanya seputaran 1,2, dan 3 saja.

Tinggal kelas, itu tidak ada dalam kamus sejarah pendidikan saya. Saya selalu on time dalam menyelesaikan pendidikan, bahkan pada level Perguruan Tinggi. Saya tercatat sebagai mahasiswi dengan predikat cumlaude, yang menyelesaikan pendidikan dalam waktu tiga setengah tahun saja, bahkan dari teman sekelas dan seangkatan, sejurusan baru saya yang diwisuda.

Oke... oke... sekian deh narsis saya kali ini hihihi... *sebelom ditimpuk pake berlian
Padahal saya kan mau cerita tentang raport pertama Nai, kok malah umminya yang ngalor-ngidul narsis yah *sekali-kali nggak papa deh ^_*

Hari Rabu minggu lalu, saya dapet sms dari guru Nai, gurunya mengatakan bahwa hari kamis ada pembagian raport (kebetulan rabu itu Nai nggak sekolah). Saya mesem-mesem sendiri, padahal Nai itu kan cuma main-main aja di sekolah, dari awal saya udah bilang ke gurunya, kalau Nai nggak boleh dipaksa mengerjakan apapun kalau seandainya dia nggak mau. Jadi, disekolah nai itu cuma main pelosotan, ayunan, jungkat-jungkit, mandi bola. Paling seneng mewarnai, trus senam, nyanyi, dan baca doa. Nai itu baru 3 tahun, di sana saya ingin Nai belajar bersosialisasi dulu dengan anak-anak sebayanya, karena di rumah Nai sudah punya jadwal sendiri juga. Nai juga sering nggak dateng, jadi bener-bener senyamannya Nai aja. O yah saya cerita tentang itu di sini. Berkat Nai sekolah, saya juga jadi rajin bereksperimen di dapur untuk buat aneka bekal Nai, bahkan ngebento segala.

Oke deh, kembali keraport pertama Nai, penilaiannya terdiri dari 3 options, ada B (baik), C (cukup), dan K (kurang). Penilaian terdiri dari aktivitas Moral dan nilai agama, Sosial dan Emosional, Kemampuan berbahasa, Kognitif matematika, IPA, Seni, Fisik dan motorik. Ternyata yang banyak B nya pada Sosial dan emosional (Yes, berhasil!), yang banyak C nya pada kognitif matematika (ini mah umminya banget, padahal Abinya dosen matematika), dan yang banyak K nya pada IPA (ummi lagi dah kata si Abi).

Diusianya sekarang, kami berharap kami bisa berhasil membentuk kecerdasan spiritual Nai, mengenalkan ia tentang Allah (tauhid), Hapalan doa dan ayat-ayat pendek (Alhamdulillah Nai udah banyak hapal), shalat, dan berbagi (sedekah).



23 Desember 2012

 

Akhir tahun masehi, bertepatan dengan liburan sekolah yang bertepatan juga dengan H-2 natal. Bisa dibayangkan, disepanjang jalan di kota saya akan berjejer spanduk-spanduk yang bertuliskan SALE dan merujuk pada tempat-tempat perbelanjaan modern. Lapaaaaaar! otomatis jadi lapar mata. Memang sih, kami biasa berbelanja di akhir tahun begini, memanfaatkan program promosi tersebut, hunting barang-barang yang mungkin dihari biasa tidak bisa dibeli karena belum menjadi prioritas. Namun, sebuah keberuntungan apabila barang-barang tersebut masih bisa ditemukan dengan label diskon 50%+20%, lalu masuk ke keranjang belanjaan dan ikut ke kasir.


Kalau sudah begini, si abi terpaksa harus menyiapkan tenaga ekstra untuk berjalan kaki. mendampingi umi keliling-keliling pusat perbelanjaan, sambil harus menggendong Nai saat kambuh manjanya. Manyun, ia, tapi biasanya kalau udah capek, si abi bakal ngibarin bendera putih dan lebih memilih masuk ke tempat permainan anak bersama Nai, atau ke tempat makan. Saya? jangan ditanya, saya termasuk orang yang paling malas jalan kaki, padahal itu termasuk salah satu olahraga yang murah meriah yah, tapi saya lebih memilih bersepeda di halaman hehehe... Nah, untuk rutinitas belanja, ternyata saya mampu berjalan kaki, yang jika jalan-jalan tersebut dibentangkan, maka jauhnya minta ampyuuuuun. Tapi nggak berasa yah, karena labelnya SHOPPING hihihi...

Nah, yang menarik dari belanja kami kali ini adalah sebuah papan besar yang berada tepat di area pohon natal yang menjulang tinggi, beserta atribut natal lainnya seperti boneka salju, dan rusa, terdapat sebuah papan besar yang penuh dengan tempelan kertas-kertas kecil. Olala... ternyata kertas-kertas tersebut adalah New Year Wish. Jadi, orang-orang menuliskan harapan dan keinginan mereka untuk tahun baru 2013 nanti di selembar kertas yang telah disediakan, kemudian menempelnya di papan tersebut. Apakah mereka percaya bahwa keinginan mereka tersebut akan tercapai? bisa jadi ia dan bisa jadi nggak, karena ternyata ada embel-embel bahwa kertas-kertas tersebut bakal diundi dan bagi beberapa orang yang beruntung akan mendapatkan voucher belanja senial @Rp.200.000.



Apakah saya ikutan menempelkan wish saya di situ? Oh no... no... no... tentu saja TIDAK. Di rumah, saya sudah memiliki buku tersendiri yang saya sebut dengan PROPOSAL HIDUP. Di buku itu, saya tulis resolusi diri di setiap tahunnya. Bahkan, saya sudah menuliskan pencapaian apa saja yang ingin saya capai dihidup ini, semenjak saya duduk di bangku SMA. Believe or not, Allah yang Maha baik telah mewujudkannya satu-persatu.




Jika dilihat dari gambar di atas, Alhamdulillah saya malah berhasil menyelesaikan kuliah S1 saya dalam waktu 3,5 tahun dengan cumlaude. Begitu selesai wisuda, saya saya sudah langsung mengajar di salah satu SMK swasta yang ada di kota saya. Selanjutnya, saya dilamar dan menikah pada usia 22 tahun, persis seperti apa yang saya harapkan. Begitu menikah, saya langsung dikaruniai momomgan serta kesempatan untuk melanjutkan studi S2 (Alhamdulillah saat ini sudah selesai). Subhanallah... bahkan Allah mengabulkan keinginan saya untuk memiliki sebuah perpustakaan pribadi dan memberikan kesempatan untuk saya bisa menulis buku (buku-buku saya). Semoga Allah berkenan juga nanti untuk mengabulkan keinginan saya memiliki sebuah toko buku (saat ini saya punya toko herbal, rencananya juga akan dijadikan sebagai toko buku), menjadi pemilik dan pengelola panti asuhan, juga bisa sampai ke tanah suci menjadi tamu Allah.

Apakah hal tersebut terlihat hebat? beruntungkah saya?. Tunggu dulu temans, bukan berarti bahwa Allah memberikan semuanya begitu saja tanpa adanya doa dan upaya saya untuk mewujudkan semuanya. Bukan berarti semua hal tersebut bisa saya jalani ibarat meluncur dari sebuah papan luncuran. Sama seperti yang lain, Allah menunjukkan cinta-Nya pada saya dengan memberikan saya kerikil, bahkan batu kali yang harus saya lewati. Saya juga ditempa untuk bersabar dan bersyukur atas apapun ketetapan Allah. Gambar di atas tadi hanyalah garis besarnya saja, waktu itu ditulis oleh seorang anak SMA. Di buku itu juga dulu saya tulis rinci apa saja yang sebaiknya saya lakukan dalam keseharian, seperti berikut:









Kini, saya masih menuliskannya, resolusi diri saya disetiap tahunnya. Bahkan, saya menuliskannya secara mendetail, seperti tentang usaha, prioritas pengeluaran, juga perlakuan apa saja yang saya inginkan dari suami hehehe... maklum, suami saya termasuk seseorang yang nggak romantis (romantis versi saya ^_^), jadi saya berprinsip nggak ada salahnya untuk saya mengkomunikasikan hal tersebut sehingga dia bisa tahu dan mengerti. Tapi, yang saya sebutkan tadi saya skip yah, berikut resolusi saya di tahun 2012:



Demi dirimu, sahabat mayaku Mbak Windi, saya berbagi tentang hal ini. Tanpa bermaksud untuk menyombongkan diri, melainkan hanya berharap bisa menginspirasi dan bermanfaat.

Jadi, proposal hidup tersebut bukanlah sebagai sebuah upaya untuk mendahului ketetapan Allah. Saya membuatnya agar saya bisa fokus terhadap apa yang ingin saya capai, saya menjadikannya sebagai sebuah pengingat, saya meniatkannya sebagai sebuah doa kepada Allah. UYM aja pernah bilang bahwa bagus apabila kita berdoa kepada Allah dan memintanya dengan cara mendetail, lho apakah itu berarti bahwa kita tidak percaya kepada Allah bahwa Ia lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya? bukan! bukan itu esensinya, tapi suatu kepercayaan, keyakinan, bahwa berdoa adalah sebuah ibadah yang disukai oleh Allah, menunjukkan bahwa hanya kepada-Nya kita meminta dan berharap. Perkara apakah Allah akan mengabulkannya (di ACC), itu adalah rahasia Allah, nah itulah saatnya kita belajar untuk bersabar dan bersyukur akan apapun ketetapan Allah atas diri kita.

Terakhir, Barakallah untuk Mbak Windi, met milad dan semoga nanti lahiran anak pertamanya berjalan dengan lancar. Pertama kali saya mengenal Mbak Windi di sebuah grup menulis yang bernama Be a Writer. Wow... ternyata Mbak Windi ratunya lomba, yang berhasil menyabet hadiah-hadiah keren diperlombaan-perlombaan yang gentayangan disosmed. Berkat Mbak Windi juga saya jadi semakin semangat dan termotivasi untuk ngeblog. O yah, untuk resolusi saya di tahun 2012, Alhamdulillah sudah banyak yang tercapai. Bisa dibilang bahwa tahun ini 3 buku solo saya terbit. Untuk tahun 2013 nanti, saya akan melanjutkan resolusi 2012 yang masih belum tercapai, seperti lebih menggiatkan hafalan Al-Quran (kalau bisa nggak lagi one day one ayat, tapi bisa beberapa ayat), nurunin BB 10 kg lagi hihihi... dan bisa menerbitkan buku yang lebih banyak lagi serta bermanfaat tentunya, dan yang paling terpenting adalah hal-hal krusial sebagai hamba Allah, sebagai seorang anak, istri, dan ibu. Hmmmm... mungkin termasuk juga untuk nambah momongan lagi, biar Nai ada adiknya hehehe... Aamiin..
Bagaimana dengan Anda? Ini Resolusiku, Share dong Resolusimu”.

Mari nikmati New Year Wish yang udah saya jeprat-jepret di sebuah Mall di Pekanbaru.













22 Desember 2012

Bersama Ust. Arifin Ilham

Namanya Muhayat, tapi orang-orang biasa memanggilnya dengan ustadz Muhayat. Saya pertama kali berkenalan dengannya saat suami bersama beberapa orang temannya tengah merintis Rumah Tahfisz Ababil di Pekanbaru. Rumah Tahfisz Ababil adalah perpanjangan dari Rumah Tahfisz Daarul Qur’an yang didirikan oleh ustadz Yusuf Mansyur. Rumah pembibitan penghafal Al-Qur’an.

Saya dan teman-teman saat belajar menghafal Al-Quran bersamanya


Ustadz Muhayat adalah salah satu calon guru pengajar waktu itu. Penyandang disabilitas ini adalah seorang hafidz Qur’an, kendati ia tuna netra. Subhanallah… rasanya luar biasa saat menjadi salah satu murid yang bisa duduk melingkar dan belajar menghafal Al-Qur’an bersamanya. One day one ayat, metode inilah yang diterapkan di Rumah Tahfidz Ababil. Jadi, tidak hanya anak-anak, siapapun bisa belajar menghafal Al-Qur’an di sini. Hapalan pertama kami adalah surat Ar-Rahmaan. Ustadz yang humoris ini melantunkan ayat-ayat tersebut dengan begitu indah.
 
”Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.” (QS. Ar-Rahmaan (55) 18). 


Salah satu hal yang menarik dari surat Ar-Rahmaan ini adalah adanya pengulangan satu ayat di atas sebanyak 31 kali. Subhanallah...  maka nikmat Tuhan manakah yang kita dustakan. Kita yang telah diberikan kesempurnaan fisik dan akal, kita yang menjalani hari dengan begitu banyak kemudahan, kita yang telah memiliki kecukupan, dan sederet nikmat lainnya. Sungguh.. kita tidak akan mampu menghitung seluruh nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Lantas, sudahkah kita bersyukur?.

Lantunan do'a dari Ustadz Muhayat saat milad Nailah yang kedua dulu

Hmmm… begitu banyak orang-orang menakjubkan yang bisa ditemui di sekitar kita. Begitu banyak hikmah yang bisa kita ambil dari berbagai kejadian yang ada. Kehidupan memberikan ruang yang sangat luas agar kita bisa selalu belajar tentang banyak hal. Termasuk saat saya menghadiri buka bersama dengan para penyandang disabilitas, pada bulan Ramadhan kemarin.
Saat berada di tengah-tengah mereka, sungguh saya merasa sangat beruntung sekaligus merasa kurang bersyukur selama ini. Kenapa demikian? Ya, perasaan itu hadir karena saya tengah berada diantara orang-orang penyandang disabilitas, mayoritas pada saat itu adalah tuna netra. Orang-orang yang tidak mampu menikmati keindahan dunia lewat matanya, tidak melihat cahaya, tidak melihat indahnya pelangi, tidak melihat cantiknya alam, tidak melihat tingginya gedung-gedung buatan manusia yang menjulang, bahkan tidak bisa melihat bagaimana rupa orang-orang yang mereka cintai. 

Nah, komunitas ini terbentuk agar mereka para penyandang disabilitas dapat saling berbagi, saling menguatkan, dan untuk dapat menginspirasi orang-orang di sekitar bahwa hidup dapat berjalan dengan baik sekalipun  kita memiliki keterbatasan fisik. Bahkan, sekalipun mereka tidak dapat melihat ayat-ayat Allah yang tertulis indah di dalam Al-Quran, tapi mereka mampu menghapalnya, melebihi kebanyakan orang yang memiliki penglihatan sempurna seperti kita. Mirisnya, di rumah kita mungkin Al-Quran hanya dijadikan sebatas pajangan, berdebu, tanpa disentuh untuk dibaca apalagi dihapal, bahkan ada yang menjadikan lembaran Al-Quran sebagai "penangkal".

Saya merasa beruntung karena Allah telah memberikan kesempurnaan fisik kepada saya, eh tunggu, mungkin tidak sepenuhnya, mengingat kelak saya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah terhadap apa saja yang telah saya lihat, sudahkah saya menggunakan penglihatan ini hanya untuk hal-hal yang diridhoi oleh Allah, atau bahkan sebaliknya.

Speechlees... hanya rasa haru menyeruak, ada air mata yang menggenang di pelupuk mata dan susah payah saya tahan agar tidak menetes. Saya sangat berterima kasih kepada suami yang telah mengajak saya berpartisipasi di acara tersebut.

Acara yang digagas suami bersama sahabatnya Ust. Muhayat. Sebelum berbuka, ada sedikit pengajian yang diisi oleh Ust. Dian Sukheri. Pengajian yang mampu memberikan pencerahan dan motivasi.

Selanjutnya, buka bersama.


Ustadz Muhayat memiliki seorang istri yang tuna netra juga, bernama Nuri Sahar. Nuri Sahar adalah salah satu aktifis penyandang disabilitas yang memiliki mimpi untuk dapat menulis sebuah buku sebagai panduan bagi para orang tua, bagaimana bisa bahagia mendidik anak yang menyandang disabilitas, karena tidak sedikit juga orang tua yang tidak bisa menerima kondisi buah hatinya, baik ia sadari atau tanpa ia sadari. Mudah-mudahan kami memiliki kesempatan untuk bisa berkolaborasi dalam menulis buku tersebut nantinya. Aamiin.. ^_^

Nuri sahar dan saya




Banyak hal yang terjadi selama bulan Desember ini yang sangat ingin saya tuliskan. Berbagai peristiwa penuh hikmah hadir silih berganti, menandakan bahwa hidup tidaklah stagnan. Namun, kembali alasan klasik mengemuka, yaitu karena keterbatasan waktu dan akses, eh termasuk juga faktor malas. Sehingga, banyak hal yang malah mengendap begitu saja.

Desember, akhir dari tahun masehi. Tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki awal tahun masehi, Januari. Saya tak hendak menulis tentang kiamat, yang diramalkan oleh suku maya atau manusia lainnya, yang mengatakan bahwa dunia akan berakhir di bulan ini, bahkan tanggalnya juga sudah disebutkan. Tapi ternyata, sampai saat saya menuliskan ini, kiamat tersebut tidak terjadi. Sebagai orang muslim, saya cukup mempercayai  firman Allah Swt yang tertulis di Al-Quran saja.

Rasanya lucu juga, banyak orang yang mengkhawatirkan akan datangnya hari kiamat, merasa tidak siap, ketakutan, dan segudang perasaan lainnya. Padahal, ada hal yang pasti terjadi, seperti halnya kiamat, namun sangat dekat, yaitu kematian. Jika diibaratkan, kematian itu seperti sebuah perahu kecil yang mengarungi samudra luas. Perahu tersebut bisa tenggelam kapan saja. Bukankah, sebagai manusia kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, bahkan dalam hitungan sedetik kemudian.

Oke lah, dalam hidup ini banyak hal yang bisa kita jadikan bahan renungan, tapi jangan hanya kebanyakan merenung tanpa berbuat. Nah, pernahkah kita merenungkan tentang ibu? wanita yang melahirkan dan membesarkan kita. Kita tahu betapa besarnya jasa Ibu, bahkan ucapan cinta yang sebagus apapun tidak akan sebanding dengan pengorbanannya. Namun, banyak orang di daerah atau belahan dunia lain yang mungkin memiliki pandangan berbeda tentang seorang Ibu, sebut saja karena ia korban bully oleh ibunya, diterlantarkan oleh ibu, dijual, atau ibunya bukanlah seorang ibu yang patut untuk dibanggakan (seorang kriminal atau "pendosa").

Di daerah atau belahan dunia lain, ada orang-orang yang menangis tak kala terkenang pada Ibu mereka yang telah tiada, sebagian lagi ada yang meringkuk tersedu-sedu saat merasakan kerinduan yang mendalam karena tak pernah sekalipun dalam hidupnya ia bertemu dengan Ibu yang melahirkannya. Hmmmmm... sungguh begitu kompleksnya hidup ini yah. Seperti halnya ada orang yang merasa beruntung, kurang beruntung, atau bahkan tidak beruntung sama sekali. Padahal, hidup ini bukanlah masalah peruntungan, melainkan ada sebuah garis takdir yang harus dijalani oleh setiap manusia.

Well, bagaimanpun kondisimu saat ini, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Ibu. Tidak ada manusia yang sempurna, melainkan hanya berusaha untuk menyempurnakan diri dengan menjadi sesuatu yang lebih baik, termasuk juga seorang Ibu. Saya pribadi, Alhamdulillah sudah menjadi seorang Ibu dari seorang putri kecil bernama Khansa Nailah (3 Tahun). Saya juga sejak awal sudah mulai merasakan bahwa ternyata menjadi ibu itu tidaklah mudah. Semua adalah proses, karena hidup itu sebuah pembelajaran, juga keikhlasan terhadap takdir yang harus dijalani. 


Gambar pinjem dari sini

21 Desember 2012

Saat ini, banyak orang yang merasa bahwa waktu 24 jam sehari itu sangat kurang. Padatnya rutinitas, kejaran deadline, macet, dan seabrek kondisi lainnya yang membuat waktu seolah berlari. Bahkan, menyisihkan waktu untuk sekedar me time saja sulitnya minta ampun *lebay ^_^
Sepertinya, banyak orang yang hidup di bawah tekanan.

Nggak heran, saat ini banyak banget orang-orang yang pasang muka serius, dibandingkan dengan muka yang "enak" buat dilihat lalu disapa. Nggak terkecuali dengan saya, tanpa saya sadari ternyata muka saya lebih banyak terlihat "angker". Ternyata oh ternyata, saya juga berada di bawah tekanan rutinitas sehari-hari. Otak saya seolah dimasuki oleh sebuah chip yang membuat saya berpikir dan melakukan hal yang sama ibarat sebuah robot yang sudah terprogram dengan jelas. Oh, sungguh sangat melelahkan. Rasa lelah tersebut bukan semata karena pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan seabrek dan tanpa bantuan asisten rumah tangga, kejaran deadline naskah, atau saat harus menemani Nai bermain, tapi lebih kepada waktu.

Ya, waktu. Jam sekian saya harus sudah bangun, jam sekian saya harus sudah belanja, masak, lalu selesai mengerjakan pekerjaan rumah lainnya, jam sekian saya harus sudah selesai mengurus Nai, jam sekian saya harus sudah duduk di depan laptop untuk ngetik, jam sekian... jam sekian... jam sekian. Padahal, nggak semuanya bisa dilakukan tepat waktu, misalnya saat saya kelelahan dan bangun dengan sedikit terlambat, atau saat saya ingin belanja tapi barang yang ingin saya beli tidak ada dan terpaksa mencari warung yang lebih jauh lagi, belum lagi saat Nai mogok makan atau mandi, eh pas mau ngetik malah mati lampu sedangkan laptop dalam kondisi lowbat. Dengan kondisi seperti itu, me time menjadi hal yang sangat langka.

Olala... ternyata ada yang salah dengan saya. Padahal seharusnya saya bisa menikmati rutinitas tersebut, tapi saya malah berpikir ribet. Sekali-kali nggak masak ternyata nggak masalah, bisa makan di luar. Rumah juga nggak harus selalu dalam kondisi rapi, nggak bakal ada razia satpol PP. Sesekali, nggak papa kalau Nai mandinya agak siangan dan biarkan dia puas bermain dulu, dll. Bukankah saya bisa membuat semuanya lebih fleksibel. Bagaimanapun, yang namanya pekerjaan rumah tangga itu nggak akan ada habisnya, dari buka mata, sampai tutup mata lagi (tidur).

Baiklah sodara-sodara, kondisi tersebut terjadi sebelum suami tercinta saya berkata "Ummi, senyumnya mana? senyum yang semanis madu". Wow... perasaan jadi gimanaaaaaa gitu. Jadi ingat kenangan manis dulu, saat awal menikah, saya selalu penuh dengan senyuman. Suami bilang, senyuman saya semanis madu (hehehe...). Akhirnya saya tersadar, apalagi pas ngaca, muka saya memang jadi seriusan, terlebih saat itu saya juga masih dalam kondisi studi S2.

Hmmmm... padahal, di luar sana banyak perempuan-perempuan yang ingin merasakan dan melakukan rutinitas yang biasa saya lakukan. Padahal, Nai juga akan semakin besar dan mulai bisa mandiri, bahkan hanya sedikit membutuhkan bantuan saya. Padahal, belum tentu juga saya akan mendapatkan job menulis setiap saat. So, nikmati saja semuanya, yang terpenting hidup kita diisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Bahkan, dengan tetap tersenyum semanis madu, kita juga bisa mempermanis orang-orang yang ada di sekitar kita.

Oke deh, rutinitas-rutinitas tersebut bukanlah sebuah kenangan manis, karena hal tersebut masih berjalan sampai saat ini, kenangan manisnya adalah saat suami tercinta mengingatkan saya pada saat-saat saya bisa tersenyum manis kapan saja, dan ingin melihat saya kembali pada kondisi tersebut, bagaimanapun kondisi saya saat ini. ^_^

Gambar pinjem dari sini


Tulisan ini diikut sertakan dalam “Kenangan Manis untuk Giveaway Manis-Manis”.