18 Desember 2016



Sahabat Ummi...

Kapan terakhir kali merasakan sensasi dag dig dug yang membuat ritme jantung menjadi lebih cepat, jemari menjadi dingin, dan ada harap-harap cemas?. Jangan bilang sering, karena pengaruh tubuh yang nggak fit. Bukan, bukan itu maksud saya. Tapi, berupa aroma kompetisi yang telah sampai pada tahap puncaknya, yaitu pengumuman pemenang. Ini kali pertama saya rasakan. Biasanya mengikuti perlombaan menulis via online dan pengumumannya juga online. Tapi untuk kali ini berbeda, lomba penulisan artikel blog yang diadakan oleh Blogger Bertuah dan KPK dalam rangka peringatan Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI 2016) pengumumannya dilakukan secara langsung. Bersamaan dengan penutupan rangkaian acara yang telah diadakan dari tanggal 4-15 Desember 2016.

Bertempat di salah satu panggung di lapangan Bandar Serai MTQ Pekanbaru, pengumuman pemenang lomba penulisan artikel blog diumumkan. Dari 127 peserta, ada 97 tulisan yang masuk dalam penjurian para juri. Alhamdulillah... Tak saya sangka sedikitpun bahwa artikel saya lah yang didaulat menjadi juara pertama.



Artikel saya tersebut membahas tentang Peran Perempuan dalam Pencegahan Korupsi. Kenapa perempuan? Karena sesuai dengan saya sebagai seorang perempuan yang memiliki  tiga peran, yaitu sebagai seorang istri, seorang ibu, dan seorang profesional. Jadi, apa yang saya tulis adalah berupa rangkaian pengalaman. Harapannya, semoga tulisan saya tersebut bisa bermanfaat untuk orang lain, terutama kaum perempuan. Agar perempuan sadar, bahwa siapa pun bisa ikut berperan aktif dalam pencegahan korupsi. Terutama kita kaum perempuan.




Terimakasih kepada blogger bertuah dan konsorium HAKI sebagai penyelenggara even ini, juga KPK. Terimakasih juga buat dewan juri yang telah memilih saya. Semoga sukses selalu untuk kita semua. Selalu semangat dalam upaya pencegahan korupsi di Indonesia. Siapa pun kita, kewajiban kita bersama untuk turut andil, karena agen pencegah korupsi itu adalah KITA.

15 Desember 2016

Rumah adalah tempat di mana sejarahmu bermula... Rumah adalah tempat di mana hatimu tinggal... Rumah adalah tempat kembali sejauh manapun engkau pergi...

Sahabat Ummi...

Membuat rumah menjadi tempat hunian yang nyaman adalah sebuah keharusan. Penataan yang baik, yang tidak hanya baik bagi kesehatan tapi juga memiliki keindahan. Sehingga, semua penghuninya menjadi betah. Nah, membahas tentang penataan rumah, tentu tidak akan terlepas dari berbagai furnitur yang digunakan. Ada banyak sekali inspirasi penataan rumah saat ini, tergantung selera dan kemampuan kita dalam merealisasikannya.


Bali house adalah salah satu penyedia aneka furnitur yang unik dan etnik di Pekanbaru. Dari namanya saja sudah tergambar bahwa aneka produk yang ditawarkan semua beraroma Bali. Bahkan pemiliknya, Pak Herry mengatakan mendatangkan langsung produknya dari Bali. Ini tentunya menjadi kabar baik, untuk kita yang ingin membuat rumah ala resort khas Bali yang romantis dan dinamis.






Tidak hanya untuk hunian, tapi juga kantor. Bali house memberikan inspirasi bagaimana penataan kantor yang apik, dan menghadirkan suasana alam. Tujuannya adalah agar sembari bekerja kita juga bisa rileks, karena mata dimanjakan dengan sentuhan alam yang menenangkan. Seolah mengisi ulang kembali energi kita.




Buat Pekanbaru yang saat ini tengah berkembang pesat, salah satunya dengan mulai menjamurnya usaha tempat makan seperti cafe atau coffee shop, maka Bali house juga menawarkan berbagai furnitur unik, seperti wooden wall decor. Bisa menyesuaikan dengan konsep cafe/coffee shop kita.




Lalu, bagaimana dengan harga?. Tenang saja, sesuai dengan tagline mereka Bali House Make Places Unique And Beautiful at Reasonable Price. Produk dengan kualitas bagus tapi memiliki harga yang sangat terjangkau. Terlebih untuk produk yang memang didatangkan langsung dari Bali, bayangkan jika kita memesannya langsung ke Bali, berapa yang harus dibayar?.




Bali House Art dan Gallery Store
Jln. Setia Budi no.159 H-1
Pekanbaru-Riau
Facebook: Bali House
Instagram: @balihousepku

13 Desember 2016



Sahabat Ummi...

Pada tanggal 10-11 Desember 2016 ini, ada perhelatan lagi di Pekanbaru, yaitu Melayu Food Festival. Wah, ini keren banget, kita jadi tahu apa saja makanan dan minuman khas Riau. Nggak cuma tahu, kita juga bisa langsung icip-icip. Tak hanya enak, tapi juga sehat, dan harganya terjangkau. Tentu asyik banget kalau kuliner ini bisa kita temui tiap hari di sini. Nah, itulah yang menjadi tantangannya. Makanan dan minuman khas daerah itu biasanya identik dengan orang-orang tua, orang-orang jaman dulu. Makanan dan minuman tersebut juga seringnya hanya bisa ditemukan di acara-acara penting/adat. Jadi nggak heran kalau banyak generasi muda yang nggak familiar dan nggak terbiasa dengan rasanya.

Padahal, mengkonsumsi kuliner khas daerah itu menyehatkan dibandingkan kulineran makanan junk food. Bahkan dengan mengkonsumsinya, itu berarti kita ikut melestarikannya. Trus dimana kita bisa menemukan makanan dan minuman tersebut di Pekanbaru setiap harinya?. Ada kok, di festival ini ada beberapa penjual yang memang berjualan kuliner tersebut, termasuk tempat-tempat makan khas melayu seperti pondok patin. Beli deh, biar usaha kuliner tersebut tetap ada dan bisa semakin berkembang.




Selain sebagai pembeli, kita bisa ikut berpartisipasi juga dengan membuat aneka kuliner tersebut di rumah, disajikan sebagai panganan keluarga, untuk menjamu tamu, atau menjadikannya oleh-oleh. Bahan dan cara pembuatannya juga nggak sulit kok. Yang pernah dan sering saya buat di dapur adalah mie sagu, asam pedas ikan patin, tempoyak durian, roti jala, dan roti canai. Berikutnya nih yah, saya bakal eksekusi resep kue hasidah yang saya dapatkan di salah satu stand yang saya kunjungi. Nanti saya share lagi yah.

Oke deh, ini beberapa kuliner yang sempat saya abadikan di acara Melayu Food Festival, sayangnya nggak banyak yang bisa saya icip, karena saya datengnya malam. Banyak yang udah habis. Harapannya sih, moga acara seperti ini rutin diadakan, kalau bisa setiap bulan ^___^


Mie sagu



Es Lancang Kuning

Manisan buah Renda

Kue Hasidah

Minuman Laksamana Mengamuk

Minuman Biji Delima



12 Desember 2016


“Ma, ini hadiah ulang tahun, satu set perhiasan berlian yang udah lama mama inginkan”
“Ma, papa udah transfer ke rekening mama 200 juta untuk belanja bulan ini ya”
“Ma, besok kita ke showroom yuk, cari mobil yang cocok buat anak kita"
Perempuan, bahagianya tentu luar biasa saat diberikan perhiasan, fasilitas bagus, dan berbagai kesenangan lainnya. Tidak ada masalah kalau memang suami memiliki pekerjaan dan penghasilan yang mampu memberikan semua hal tersebut. Sayangnya, tidak sedikit perempuan yang justru tidak tahu pasti berapa penghasilan suaminya, dan tidak memiliki komunikasi yang baik dengan sang suami.
Saat suatu hari sang suami tersandung kasus korupsi dan akhirnya dijebloskan ke penjara, maka Istri dan anak-anaknya juga menanggung beban moril dan materil. Rasa malu, belum lagi penyitaan aset, dll. Siksaan sosial yang diterima tak kalah beratnya dengan hukuman penjara. Lantas, sebagai seorang perempuan, apa ending ini yang kita inginkan? Tentu tidak.
Membangun sebuah rumah tangga tentu dilandasi dengan niat mulia untuk mendapatkan predikat keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Keluarga yang baik, yang menghasilkan generasi-generasi terbaik. Pentingnya sebuah usah preventif agar kasus tersebut tidak terjadi di keluarga kita. Perlawanan korupsi lewat pencegahan bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk kita perempuan. Sebagai sosok sentral di dalam keluarga, kita memiliki andil yang sangat besar terhadap arah perkembangan keluarga, berkaitan dengan peran kita sebagai istri, ibu, maupun profesional. Sebagai perempuan, mungkin ada banyak hal yang menjadi pertanyaan kita tentang keterlibatan kita dalam pencegahan korupsi. Saya akan membahasnya lebih dalam.
Apa itu korupsi?
Sebelum kita membahas lebih jauh. Banyak dari kita yang hanya mengetahui bahwa korupsi itu adalah penggelapan uang. Sebenarnya lebih luas lagi, korupsi itu adalah penyelewengan atau penyalahgunaan jabatan, demi kepentingan pribadi maupun orang lain, termasuk keluarga dan kerabat. Tidak selamanya tentang uang juga, karena bisa berupa pemberian barang sebagai hadiah (gratifikasi), keuntungan saham (dividen), obligasi, penggunaan fasilitas, dll. Intinya, berkaitan dengan jabatan dan kepentingan.
“Ma, ntar hubungi nomor ini ya biar pengurusan kita lancar, nggak pakai nunggu lama”
“Ma, istri kolega papa ngajak mama perawatan di salon, buat nyobain body treatment dengan emas”
“Ma, siap-siap yah, papa dapat paket liburan keluarga gratis selama seminggu di Dubai”

Nah, sekarang udah paham dong yah. Ternyata banyak banget tindakan yang bisa dikatakan sebagai korupsi.



"Untung suami saya nggak punya jabatan, aman dong dari korupsi!"



Eits, siapa bilang. Korupsi itu bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak memandang jabatan, jenis kelamin, batasan ekonomi, suku, ras, agama, dan usia. Siapa saja bisa terlibat, termasuk kita lho para perempuan. Misal contoh sederhananya nih, saat kita memberikan biaya lain di luar biaya administrasi yang sudah ditetapkan, agar pengurusan menjadi lancar dan lebih cepat dari waktu seharusnya. Memberikan uang atau hadiah sebagai ucapan terimakasih, buat uang rokok, buat bensin, buat ganti kertas, buat sarapan, atau buat ganti pulsa. Berbagai sikap mengambil jalan pintas dan melicinkan segala sesuatu dengan uang. Tanpa sadar, ini menjadi kebiasaan bagi kita maupun mereka si petugas.


Jadi, penting sekali untuk kita mengetahui bentuk-bentuk dari korupsi. Sama halnya dengan perbuatan kriminal lainnya, korupsi bisa terjadi karena adanya kesempatan dan pembenaran. Sayangnya, jika pembenaran tersebut diberikan atau dijadikan tameng karena keluarga, menjadi rasionalisasi perbuatan korupsi. Bertujuan ntuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Bagaimana peran perempuan dalam pencegahan korupsi?

Siapa saja bisa turut andil dalam pencegahan korupsi, bahkan harus. Termasuk kita kaum perempuan, yang di awal tadi sudah saya singgung bahwa kita perempuan adalah sosok sentral di dalam keluarga. Banyak hal yang bisa kita lakukan berkaitan dengan peran kita sebagai seorang istri, ibu, maupun profesional. Hasil baseline study KPK , tentang pencegahan korupsi berbasis keluarga, memperkuat keyakinan bahwa keluarga adalah target intervensi untuk pencegahan korupsi. Mengapa demikian?, karena keluarga memiliki fungsi penting sebagai wadah pertama dan utama dalam penanaman nilai-nilai, penentuan identitas sosial, dan sebagai tempat untuk mendapatkan kenyamanan, ketentraman, perlindungan, dll.

  • Peran sebagai seorang istri 
Kita adalah partner suami, maka sudah menjadi kewajiban kita juga untuk mengetahui pekerjaan suami, dan penghasilannya. Apa saja yang bisa kita lakukan? banyak, diantaranya sebagai berikut:
  1. Jalin komunikasi dengan baik kepada suami. Menjadi istri yang tegas dalam kelemah-lembutan sikap dan aksara. Jangan lelah untuk mengingatkan, memotivasi dalam kebaikan, saling berpacu dalam meningkatkan amal ibadah.
  2. Menjadi istri yang bersyukur. Nah ini penting, karena tidak bisa dipungkiri, ada istri yang memiliki banyak sekali tuntukan yang berhubungan dengan duniawi yang harus dipenuhi oleh suaminya. Padahal, tuntutannya di luar batas kemampuan sang suami. Akhirnya, demi membahagiakan istrinya tadi, suami mulai melenceng dalam melakukan pekerjaannya.
  3. Selalu mendoakan suami. Manusia bisa berubah, maka penting sekali untuk kita selalu mendoakan kebaikan bagi suami. Hanya Allah yang berkuasa membolak-balikkan hati seseorang, maka mintalah agar hati suami kita tetap dalam kebenaran.

  • Peran sebagai seorang ibu
Baseline study pembangunan budaya anti korupsi berbasis keluarga yang dilakukan oleh KPK pada 2012-2013 di kota Jogjakarta dan Solo, menunjukkan bahwa ibu memiliki peran dominan di dalam keluarga. Ibu memiliki peran yang sangat penting, terutama dalam penanaman nilai dan pembentukan karakter anak. Ada 9 nilai yang berdasarkan study KPK dapat menghindarkan kita dari perilaku korupsi, yaitu kejujuran, keadilan, kerjasama, kemandirian, kedisiplinan, bertanggung jawab, kegigihan, keberanian, dan kepedulian. Lalu bagaimana cara menanamkan nilai tersebut?. Kita bisa memulainya sejak dini, berikut pengalaman saya:
  1. Kita mengkonsumsi makanan yang halal dan baik, terlebih saat tengah mengandung
  2. Saat anak diusia bayi (0-1th) kita bisa mulai membacakannya buku-buku cerita yang memiliki nilai moral yang tinggi. Sedangkan saat diusia balita (1-5th) anak sudah bisa diajarkan langsung 9 nilai di atas, disesuaikan dengan usia dan tingkat pemahaman anak. Apa saja yang bisa dilakukan, misalnya: membuang sampah pada tempatnya, mengumpulkan mainan dan meletakkannya pada tempatnya setelah bermain, membiasakan diri mengantre, mau berbagi makanan dengan orang lain, mau menolong orang yang membutuhkan bantuannya, menjaga dengan baik barang-barang pribadinya, dll. Di usia anak-anak (<18 tahun), ini sudah mulai dipahami oleh anak, bagaimana konsekuensi dari perbuatan yang tidak baik, yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain, misalnya mencontek, bolos sekolah, membully, dll. Sehingga, 9 nilai tersebut sudah menjadi sebuah karakter. Jangan lupa, tanamkan nilai religiusitas sejak dini, sesuai dengan agama kita masing-masing.
  3. Teladan. Segala teori yang kita gunakan akan buyar semuanya tanpa adanya keteladanan. Role model pertama dan utama bagi anak-anak adalah orang tuanya. Jadi, sangat peting untuk kita sebagai orang tua, terutama Ibu, memberikan teladan yang baik kepada buah hati.
  4. Berdoa. Saat kita telah berupaya sebaik mungkin dalam mendidik anak-anak kita, maka doa adalah penjagaan terbaik saat penglihatan kita tak lagi bisa menjangkau mereka.

Peran sebagai Profesional


Perempuan juga banyak yang berkiprah di sektor publik. Ada yang berprofesi sebagai guru, dokter, polwan, akuntan, dll. Maka, mulailah dari diri kita sendiri dulu, seperti berani berkata tidak atas segala perbuatan yang bertentangan dengan kode etik profesi kita. Menghilangkan rasa tidak enak saat diberikan hadiah oleh orang lain atas dasar kepentingan, sampaikan dengan jelas bahwa kita menolaknya. Kita juga bisa mengedukasi orang-orang disekitar kita yang belum paham tentang apa itu korupsi, jenisnya, dan efeknya.

Terakhir, ini yang paling sering menjadi dilema, tapi harus kita tumbuhkan keberanian untuk melaporkan tindak korupsi yang dilakukan oleh siapapun yang kita ketahui, sekalipun itu atasan kita.

Alamat KPK:

Lt. 1 Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi Jl. HR. Rasuna Said, Kav. C-1, Jakarta12920 
Telp: (021) 2557 8498
Faks: (021) 5290 5592
E-Mail: informasi@kpk.go.id
Website: www.kpk.go.id 



Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Hari Anti Korupsi Internasional yang diselenggarakan KPK dan Blogger Bertuah Pekanbaru

Sumber bacaan:

https://acch.kpk.go.id/id/ragam/saya-perempuan-antikorupsi/mengenal-gerakan-saya-perempuan-anti-korupsi-spak