24 Juni 2012


Libur… tlah tiba… libur tlah tiba… horeeeee… hatiku gembira…

            Apa yang paling seru saat waktu liburan akan tiba? Tentu mempersiapkan segudang rencana mengenai aktifitas apa yang akan dilakukan selama liburan. Nah, jika berencana untuk liburan ke luar kota atau ke luar negeri, tempat wisata apakah pilihanmu?. Ini yang paling seru, bepergian dalam rangka liburan belum dilakukan, tetapi merencanakannya sudah sangat heboh. Hal demikian terjadi karena masing-masing kepala punya selera tersendiri.

Sama halnya dengan saya dan keluarga. Biasanya, keinginan saya yang selalu dituruti untuk berwisata ke kota-kota besar. Di sana, saya lebih memilih menikmati arsitektur aneka gedung modern tinggi menjulang yang saat malam hari terlihat semakin indah dengan kerlap-kerlip lampu, berbelanja di pusat-pusat perbelanjaan modern, mencicipi aneka kuliner, atau mengunjungi musium-musium untuk sejenak menilik sejarah. Maklum saja, di kota saya Pekanbaru, pemandangan heboh tersebut tentunya masih belum sebanding dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia atau di luar negeri.

Indahnya kota modern di malam hari (gambar dari sini)

Tapi setelah menikah, semua menjadi berbeda. Suami saya adalah seorang pecinta alam. Jadi, tentu saja ia lebih memilih berlibur dengan mengunjungi aneka tempat wisata alam. Sangat kontradiktif dengan saya. Suami begitu menyukai gunung, pantai, danau, air terjun, kebun, dan segudang keindahan alam lainnya. Apalagi ia lama tinggal di Yogyakarta, kota yang memiliki begitu banyak tempat wisata alam, berbeda sekali dengan saya yang tidak pernah tinggal di kota lain. Akhirnya saya harus mengalah. Entahlah, bukan berarti saya tidak suka alam, atau tidak mengagumi maha karya ciptaan Tuhan, tapi bukankah kota dan berbagai arsitektur gedung-gedung tinggi menjulang juga merupakan maha karya ciptaan Tuhan, yaitu otak manusia yang penuh dengan kreativitas sehingga bisa menciptakan aneka bagunan sedemikian rupa.

Akhirnya, kami memutuskan untuk pergi liburan pertama kali kami berdua ke Sumatera barat, suami menamai liburan tersebut adalah liburan paling Indonesia. Tidak berlebihan rasanya, mengingat Indonesia adalah negara besar yang memiliki lebih dari 17.000  pulau dan  terletak di garis khatulistiwa ini, memiliki aneka keindahan alam yang luar biasa. Membentang dari sabang sampai merauke, dengan pesona alam yang berbeda-beda ditiap daerahnya.
Bukit-bukit, pemandangan indah di perjalanan

Dari Pekanbaru, butuh waktu sekitar 6 jam lewat perjalanan darat untuk sampai di kota Bukit tinggi. Perjalanan yang mengesankan, melewati jalan kelok 9 yang menakjubkan. Pemberhentian pertama kami waktu itu adalah jam Gadang, ikon wisata kota Bukit tinggi yang dibangun pada tahun 1926. Kami tiba tepat saat lampu-lampu kota mulai menyala, saat sekitar jam Gadang mulai ramai oleh masyarakat sekitar dan wisatawan lokal maupun luar. Setelah makan malam dengan bekal yang kami bawa, kami lalu mencari hotel terdekat untuk bermalam. Brrrrr... udara terasa begitu dingin, berbeda dengan Pekanbaru. Jadi, jangan heran kalau hotel yang kami tempati tidak memiliki pendingin udara sejenis kipas angin atau AC.

Keesokan harinya, setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju danau Maninjau. Namun, sebelumnya kami berhenti sejenak di Embun Pagi, yang terletak di desa Padang Gelanggang yang memiliki begitu banyak kebun labu. Sungguh luar biasa, udaranya begitu sejuk, pemandangan yang menakjubkan berupa hamparan danau Maninjau yang membiru dan dikelilingi oleh bukit-bukit yang menghijau. Komplit sekali rasanya sambil menikmati sate dan minuman hangat.


Embun pagi yang sejuk dan indah

Setelah puas, kami melanjutkan perjalanan menuju danau Maninjau yang menurun dan ditempuh dengan melewati kelok 44, wow... sensasinya lebih dahsyat dibandingkan dengan kelok 9. Walaupun baru pertama kali, tapi  saya sangat menikmatinya, tanpa ada rasa takut.

Setelah danau Maninjau kami menuju lembah Anai, udara telah berubah menjadi lebih hangat. Kami bermain air sejenak, menikmati percikan air terjun dan canda tawa pengunjung lain yang terdengar hingar bingar.


Lembah Anai, air terjun yang indah

Perjalanan terakhir kami adalah menuju pantai Padang. Sesampainya di sana, kami menikmati bekal makanan yang masih tersisa ditambah dengan beberapa makanan seafood yang dijajakan oleh penjual. Sungguh makan siang yang terlambat, tapi sangat mengesankan karena ditemani dengan suara alam berupa deburan ombak dan kicauan burung. Pengunjung juga tidak terlalu ramai, sehingga suara alam terdengar lebih dominan.


Pantai Padang, menikmati deburan ombak

Setelah puas bermain ombak, kami akhirnya memutuskan untuk kembali pulang ke Pekanbaru. Liburan pertama kami yang singkat tapi sangat berkesan. Saya benar-benar terlupa bagaimana nikmatnya saat mata saya dimanjakan dengan arsitektur bangunan kota yang megah, saat hidung saya menghirup wanginya aroma roti-roti yang baru keluar dari oven, saat saya melenggang dengan senangnya di pusat-pusat perbelanjaan modern. Semua tergantikan dengan aroma dan nuansa alam yang luar biasa. Hey... bukankah pemandangan itu bisa ditemui di kota besar manapun dan akan terlihat sama, tapi pemandangan alam malah sebaliknya, selalu terlihat berbeda di setiap tempatnya. Benar-benar liburan paling Indonesia. Saya sungguh tidak sabar untuk menantikan liburan selanjutnya, semoga kami memiliki waktu yang lebih lama untuk berlibur. Terlebih saat mendengar berbagai tempat wisata alam yang pernah dikunjungi oleh suami saya seperti danau Toba, perkebunan teh, pantai Parangtritis, gunung Bromo, dan daerah wisata lainnya. 

Pertanyaannya, kemana rute liburan kami selanjutnya. Kemana saja oke, tapi saya bermimpi seandainya kelak saya bisa mengunjungi berbagai tempat wisata dari sabang sampai merauke. Dimulai dari Sabang, menikmati wisata bahari di pulau Weh sampai ke  merauke menikmati pemandangan di danau Sentani atau Raja Ampat. Aamiin.. Ini cerita liburan paling Indonesiaku untuk yang pertama kali, bagaimana denganmu?.


Tulisan ini diikutkan lomba blog Paling Indonesia yang diselenggarakan oleh komunitas blogger Anging Mammiri bekerja sama dengan Telkomsel Area Sulampapua (Sulawesi - Maluku - Papua)

21 Juni 2012



Susu merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh kembang tubuh dan otaknya. Setiap ibu pasti ingin memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Termasuk dalam memilih susu yang baik dikonsumsi, tidak hanya dengan memperhatikan kebaikan atau kandungan gizi saja, tetapi juga apakah kandungan susu tersebut halal. Sebagai umat muslim, mengkonsumsi makanan dan minuman halal merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar lagi.

Berbicara mengenai susu, ingatan saya terbang ke masa kanak-kanak dulu. Bagaimana Ibu berusaha memberikan yang terbaik buat saya. Ibu membiasakan saya dan adik-adik untuk minum susu setiap hari. Susu yang dipilih ibu adalah susu bendera atau Frisian Flag. Pernah suatu hari saya terburu-buru berangkat ke sekolah, sehingga lupa meminum segelas susu yang biasa ibu sediakan di meja makan. Lalu saat jam pelajaran pertama baru dimulai tiba-tiba guru piket datang dan memanggil saya untuk keluar kelas. Olala... ternyata ibu sudah berdiri di depan kelas saya sambil memegang botol minuman yang berisi susu saya yang lupa diminum tadi. Kejadian tersebut tidak pernah bisa terlupakan, walaupun saat itu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Semenjak kejadian luar biasa itu, saya yang selalu menyandang predikat sebagai juara kelas, menjadi ikon baru susu. Ya, bagaimana susu merupakan salah satu nutrisi penting yang dapat membantu kinerja otak menjadi lebih maksimal. Pendek kata, sehat dan cerdas karena suka minum susu. Jadi, setiap pembagian raport dulu, saya selalu dijadikan contoh anak yang rajin belajar dan suka minum susu.

Kini, saat saya sudah berstatus sebagai seorang ibu, kebiasaan baik untuk meminum susu juga saya terapkan kepada buah hati saya Khansa Nailah, selepas pemberian ASI saat usianya menginjak 2 tahun. Jika dahulu ibu saya memberikan susu bendera sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya, Saya juga ingin memberikan susu terbaik kepada Nailah dengan cara mencari berbagai informasi tentang susu untuk menambah pengetahuan saya. Sehingga saya bisa memilih susu mana yang tepat bagi Nailah. Ternyata tidak sulit, di zaman modern seperti saat ini, informasi mengalir begitu deras dan dapat diakses oleh siapa pun dan kapan pun. Saya bisa memperoleh informasi maksimal lewat internet dengan mengunjungi berbagai situs dan blog yang memberikan informasi tentang susu.

Wow... luar biasa, ternyata Ibu saya tidak salah pilih. Susu bendera yang saya konsumsi sejak kecil kini juga menjadi pilihan bagi saya untuk dikonsumsi oleh putri saya Nailah. Kandungan nutrisi susu bendera sangat lengkap. Tidak hanya itu, susu bendera yang sudah selama 90 tahun menjadi bagian dari keluarga Indonesia ini sudah begitu banyak melakukan inovasi, baik dari segi kemasan, varian rasa, dan yang terpenting adalah kandungan nutrisinya, seperti isomaltulosa.


Isomaltulosa merupakan inovasi terbaru dari susu bendera yang dapat mendukung tumbuh kembang otak anak, secara klinis mampu memberikan asupan energi lebih lama, sehingga berpengaruh positif bagi konsentrasi dan daya ingat anak. Berbeda dengan gula pasir (sukrosa), isomaltulosa adalah zat pemanis yang tidak merusak gigi dan mampu memberikan energi konstan karena tidak cepat larut di dalam tubuh, melainkan ditentukan oleh aktifitas  tubuh.

Tubuh yang sehat, gizi yang tercukupi, mampu meningkatkan kinerja kognitif anak. Nah, tidak salah juga jika dulu guru-guru saya di sekolah mengatakan bahwa saya sehat dan cerdas karena minum susu. Namun, jangan salah bahwa stimulasi yang tepat bagi anak juga merupakan hal yang penting. Stimulasi dan nutrisi yang seimbang merupakan dua faktor penting dalam tumbuh kembang anak. Demikian juga kasih sayang dari orang tua, sehingga anak memperoleh model yang baik dari lingkungannya. Hal tersebut berguna dalam pembentukan karakter anak.

 Susu dan stimulasi

Saya memilih untuk memberikan susu UHT kepada Nailah. Susu bendera UHT Cool-Choco merupakan varian rasa yang disukainya. Tidak hanya rasa cokelatnya yang lezat, kandungan berbagai zat gizi esensial, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral seperti kalsium mampu menunjang nutrisi dan mendukung aktifitas sehari-hari Nailah yang sedang dalam kondisi aktif-aktifnya untuk berekplorasi terhadap lingkungan sekitar.

Dalam menikmati susu bendera UHT Cool-Choconya, tidak hanya dikonsumsi secara biasa. Namun, terkadang Nailah juga menyimpan susunya di frezeer sehingga beku seperti es krim. Susu yang beku tersebut dibuka bagian atasnya, kemudian diserut dengan menggunakan sendok bukan lagi pipet.

 Es krim susu bendera UHT Cool-Choco

Jika dahulu saat bepergian ibu biasa menyiapkan susu di dalam botol, kini Nailah bisa menikmati susunya langsung karena menggunakan kemasan higienis yang sangat praktis untuk dibawa kemana pun dan bisa diminum kapan pun.

 Persiapan susu bendera saat akan bepergian

Sungguh bahagia rasanya saat bisa memberikan nutrisi terbaik bagi anak. Tenang rasanya saat nutrisi yang berasal dari susu tersebut telah mengantongi label halal. Terima kasih susu bendera, sampai nanti tetaplah menjadi Susu Inovasi Yang Sehat dan Halal Untuk Pertumbuhan Anak.

 

20 Juni 2012

Bersama Ust. Arifin Ilham

Namanya Muhayat, tapi orang-orang biasa memanggilnya dengan ustadz Muhayat. Saya pertama kali berkenalan dengannya saat suami bersama beberapa orang temannya tengah merintis Rumah Tahfisz Ababil di Pekanbaru. Rumah Tahfisz Ababil adalah perpanjangan dari Rumah Tahfisz Daarul Qur’an yang didirikan oleh ustadz Yusuf Mansyur. Rumah pembibitan penghafal Al-Qur’an.

Saya dan teman-teman saat belajar menghafal bersamanya

Ustadz Muhayat adalah salah satu calon guru pengajar waktu itu. Penyandang disabilitas ini adalah seorang hafidz Qur’an, kendati ia tuna netra. Subhanallah… rasanya luar biasa saat menjadi salah satu murid yang bisa duduk melingkar dan belajar menghafal Al-Qur’an bersamanya. One day one ayat, metode inilah yang diterapkan di Rumah Tahfidz Ababil. Jadi, tidak hanya anak-anak, siapapun bisa belajar menghafal Al-Qur’an di sini. Hapalan pertama kami adalah surat Ar-Rahmaan. Ustadz yang humoris ini melantunkan ayat-ayat tersebut dengan begitu indah.

”Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?.” (QS. Ar-Rahmaan (55) 18).

Salah satu hal yang menarik dari surat Ar-Rahmaan ini adalah adanya pengulangan satu ayat di atas sebanyak 31 kali. Subhanallah...  maka nikmat Tuhan manakah yang kita dustakan. Kita yang telah diberikan kesempurnaan fisik dan akal, kita yang menjalani hari dengan begitu banyak kemudahan, kita yang telah memiliki kecukupan, dan sederet nikmat lainnya. Sungguh.. kita tidak akan mampu menghitung seluruh nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Lantas, sudahkah kita bersyukur?. 

Hmmm… begitu banyak orang-orang menakjubkan yang bisa ditemui di sekitar kita. Begitu banyak hikmah yang bisa kita ambil dari berbagai kejadian yang ada. Kehidupan memberikan ruang yang sangat luas agar kita bisa selalu belajar tentang banyak hal.

Ustadz Muhayat memiliki seorang istri yang tuna netra juga, bernama Nuri Sahar. Nuri Sahar adalah salah satu aktifis penyandang disabilitas yang memiliki mimpi untuk dapat menulis sebuah buku sebagai panduan bagi para orang tua, bagaimana bisa bahagia mendidik anak yang menyandang disabilitas. Mudah-mudahan kami memiliki kesempatan untuk bisa berkolaborasi dalam menulis buku tersebut nantinya. Aamiin.. ^_^


 Lantunan do'a dari Ustadz Muhayat saat milad Nailah yang kedua dulu

15 Juni 2012


Ceritanya ini behind the scene waktu saya nulis naskah buku tentang kesehatan. Jadi waktu itu ada penerbit yang cari naskah kesehatan, saya ikutan audisinya deh, Alhamdulillah terpilih. Hmmm… modal apa sih saya, simple ajah NIAT KUAT UNTUK BELAJAR. Ya iyalah… secara saya bukan orang medis, tapi… jangan salah, berhubung naskah ini tentang herbal, Insya Allah saya paham dan punya pengalaman dalam merawat mertua yang sakit dan menggunakan terapi herbal dalam upaya penyembuhannya. Saya dan suami juga punya usaha toko herbal dengan nama “Rumah Sehat Nailah”, ada aneka herbal juga menerima terapi bekam. Selain itu, dalam penulisan buku ini saya juga punya narasumber ciamik, jadi akurat deh.

Nulis tentang ini, bener-bener sesuatu yang baru banget. Saya belajar banyak hal. Waktu nulis, saya bisa mangguk-mangguk atau bahkan nangis xixixi... lebay lagi deh, itu karena sadar bahwa pola hidup saya banyak nggak sehatnya dan bisa berisiko tinggi terkena penyakit degeneratif hiiiyy...

Serunya lagi, waktu hunting bahan buat bikin ramuan, trus bereksperimen deh di dapur (secara, biasanya konsumsi herbal dalam bentuk modern: kapsul, tablet, dan liquid). Nah setelah jadi, waktunya ramuan itu di foto. Wah.. mendadak jadi fotografer dadakan nih saya. modal kamera digital kesayangan, trus bereksperimen membuat studio mini.

Jadi penulis memang kudu kreatif, berhubung nggak modal buat bikin studio mini seperti ini:

 
 Sumber Gambar: http://radissacakecatering.blogspot.com/


Akhirnya saya bikin ala gue. Memang sih kelemahannya nggak bisa buat foto malam hari, ya iyalah... studio mini sayakan outdoor (gelap dong kalau malam). Ini dia nih:


Eits... jangan ngakak dong, bentuk boleh aneh, tapi hasilnya lihat dulu nih (aseli tanpa editan):



So, sekian dulu yah. Semoga menginspirasi dan jangan takut untuk mencoba sesuatu yang baru. O yah satu lagi, ntar kalau bukunya udah terbit beli yah hihihi... (promo terselubung) ^_^
 Ummi ku Memang kreatif yah..
Khansa Nailah
(3 tahun)


1. Sudah Shalat Isya, sudah sikat gigi dan cuci kaki. Sebelum tidur pose dulu...

 
2. Gaya centil nih..


3. I Love Books



Siapa yang nafsu makannya gi menurun? Saya punya resep sambal yang enak dan gampang banget membuatnya. Namanya sambal kelapa, eits… jangan bilang BIASA dulu, yang ini LUAR BIASA. Coba deh hunting di Mbak Google, resep saya ini beda dari yang ada. Sambal kelapa ini aseli Indonesia, saya kurang tahu sih asal persisnya dari mana.

Jadi begini, dulu waktu nenek saya masih hidup, setiap saya berkunjung ke rumahnya (di Kampar, Riau), nenek selalu membuatkan sambal kelapa yang lezat ini. Sambal pedes dan segar trus nasi putih panas yang dimasak di tungku dengan kayu bakar, haduuuuuh… wangi dan rasanya TOP banget dah.
 
Ibu saya juga ahli membuatnya, seperti turun temurun gitu. Tapi sayangnya, bikinan saya nggak seenak bikinan nenek atau Ibu hihihi… Oke deh, langsung aja yah resepnya
1.    Ikan salai (terserah mau salai apa, tapi paling enak pakai ikan salai selais)
2.    Kelapa parut (sedang, nggak tua juga nggak terlalu muda)
3.    Cabe
4.    Bawang putih
5.    Batang daun bawang (batang prei)
6.    Jeruk nipis
7.    Garam 

Cara membuatnya:
1.      Ikan salai digongseng sampai wangi.
2.    Haluskan cabe, bawang putih, dan batang daun bawang, juga garam.
3.    Masukkan ikan salai lalu giling, jangan terlalu halus.
4.    Masukkan kelapa parut, campur sampai rata.
5.    Setelah rata, beri perasan air jeruk nipis secukupnya.


Nah gampangkan, trus ikan salai juga bisa diganti dengan ikan teri lho, tapi terinya yang besar trus direndam dengan air panas. O yah, untuk takaran saya nggak bisa jelaskan, bis buatnya pakai feeling ajah gitu hehehe... Oke deh, selamat mencoba ^_^

10 Juni 2012


Yang punya TV dan suka pantengin berita tentu udah tahu kalau ada berita heboh tentang buku porno yang masuk SD. Sekilas mendengar (waktu belum lihat berita itu langsung) saya ikut merasa prihatin banget. Eh begitu saya nonton langsung, prihatinnya jadi semakin berkali-kali lipat. Kenapa demikian, karena salah satu buku yang berjudul “Ada Duka di Wibeng” ditulis oleh seorang penulis yang saya kenal, Jazimah Al-Muhyi. Bahkan sudah sejak zaman masih duduk di bangku sekolahan saya sudah membaca karya-karyanya yang bernafaskan islam, baik berupa buku atau tulisannya yang tersebar di majalah-majalah islami. Jadi, tidak mungkin bahwa ia menuliskan sesuatu yang berbau porno.

Oke deh, di sini saya Cuma mau menyebar luaskan klarifikasi atas buku tersebut. Pelajaran yang saya ambil adalah bahwa sebagai seorang penulis, kita tidak hanya harus mengasah kemampuan menulis, melainkan juga mengasah mental. Setidaknya saya melihat itu dari kedua penulis favorit saya, Jazimah Al-Muhyi dan Pipiet Senja. Hmmmm... kalau tentang Bunda Pipiet Senja, nanti deh saya posting lagi.

Klarifikasi atas Pemberitaan Serial AKTA Ada Apa di Wibeng (dimuat di Harian Suara Merdeka 9 Juni 2012)


Salah Kamar Berbuah Penarikan


Kabar pustaka di media massa kembali menampakkan sisi antagonisnya. Setelah beberapa waktu lalu ada temuan frasa “istri simpanan” di buku Lembar Kerja Siswa kelas 2 Sekolah Dasar (SD) di Jakarta, kini mengemuka temuan buku bacaan pengayaan di perpustakaan SD yang disakwangsakan isinya menjurus pada pornografi. Buku tersebut yakni Ada Duka di Wibeng, Tambelo Kembalinya Si Burung Camar, dan Tidak Hilang Sebuah Nama.

Ketiganya ditemukan di perpustakaan-perpustakaan SD di Kabupaten Kebumen. Dari ketiga judul tersebut, pertama disebut disangkakan yang paling menjurus ke pornografi. Indikasinya ada dialog tentang trik berhubungan seks yang aman agar tidak hamil dan menceritakan cara KB kalender. Adalah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dinpora) Kabupaten Kebumen yang kemudian memutuskan untuk menarik ketiga buku terbitan PT Era Adi Citra Intermedia Solo itu dari seluruh perpustakaan SD di Kebumen yang berjumlah tak kurang dari 136 SD. (Suara Merdeka, 1-2 Juni 2012).

Ada Duka di Wibeng (ADdW). Kebetulan saya sudah membaca secara lengkap buku tersebut. Termasuk membaca ulang bab “Asal Mau Sama Mau?”—halaman 104, bukan halaman 93 seperti yang pernah diberitakan—yang disebut bermuatan pornografi itu. Tulisan ini tidak saya maksudkan sebagai pledoi atau sebaliknya upaya untuk memperkuat dakwaan bahwa buku karya Jazimah Al Muhyi ini memang tergolong buku lucah.

Pembacaan jernih atas sengkarut persoalan buku ADdW ini akan saya dekati dengan dua analisis. Pertama, analisis isi (content analysis), dan yang kedua, analisis bingkai (frame analysis).

Pertama, soal isi. Buku setebal 180 halaman—bukan 168 halaman seperti yang sering dikutip media—berisi tentang kehidupan remaja SMA. Wibeng adalah singkatan dari Widya Bangsa, nama SMA. ADdW adalah buku ketiga setelah buku “Kelelawar Wibeng”, dan “Gendut Oke, Hitam...”. Ketiganya dilabeli dalam satu nama: Serial Akta. Akta adalah nama tokoh utama di buku serial novelet tersebut.

Karena tentang remaja SMA, tentu saja persoalan yang diangkat sangat bertalian dengan kehidupan mereka. Mulai dari soal tawuran pelajar, geng, virus merah jambu (cinta) yang didasarkan pada keterpesonaan fisik, hingga soal pemahaman dan pengetahuan remaja soal seks. Melaui Serial Akta ini, nampak sekali niatan penulisnya untuk melakukan dekonstruksi dan rekonstruksi ulang terhadap konstruksi awal atas tema-tema di atas. Dan proses rekonstruksi itu melalui dialog para tokoh di buku tersebut. Kesadaran yang ditumbuhkan dari dalam si pembaca melalui dialog-dialog tokohnya.

Betul, ada dialog yang memakai frasa “KB Kalender”. Tapi sejauh amatan saya yang lebih dari sepuluh kali saya baca ulang, di buku ADdW tidak ada keterangan satu kata pun tentang teknik atau cara ber-KB Kalender. Dan saat frasa itu terucap, oleh penulisnya dibangun suasana ketidaksetujuan (negasi), protes dan marah yang muncul dari si tokoh utamanya: Akta. Dengan deskripsi: “Akta berlalu cepat mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan.” (hlm 105).

Tidak berhenti itu, si penulis masih melalui tokoh utamanya: Akta, menyatakan ketidaksetujuannya dengan secara eksplisit mengutip Surat Al-Baqarah (175): “Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!” (hlm 106).

Ketiadaan pemahaman tentang konteks suasana saat frasa “KB Kalender” terucap akan membawa pada simpulan bahwa frasa itu menjadi frasa bermakna lucah (cabul). Dan tentu saja, tentang konteks atau suasana (faktor intrinsik) yang bangun penulisnya saat dialog berlangsung ini tidak akan bisa dipahami oleh anak-anak SD. Dan memang, sejak awal—sesuai dengan keterangan yang tertera di kover depan dan belakang, serta isi dalamnya—novelet ini untuk para pembaca (minimal) usia SMA.

Tapi entah bagaimana ceritanya ADdW bisa kesasar ke perpustakaan SD. Salah kamar yang pada akhirnya berbuah penarikan. Dan penarikan itu didasarkan pada proses pendarasan yang parsial, dan terburu-buru. Penarikan itu hanya bisa dibenarkan karena alasan tidak tepatnya kualifikasi bacaan dengan sasaran pembaca. Bukan karena isinya yang mengarah pada kelucahan.

Cetakan pertama ADdW Juli 2006. Hingga 2012 berarti lima tahun. Artinya, sebelum “kasus Kebumen” muncul, sepanjang hampir enam tahun itu tidak pernah ada yang mempersoalkan buku tersebut. Alih-alih menggolongkannya sebagai karya lucah, bahkan telah cetak ulang. Dan sejak Mei 2009 telah lulus seleksi Pusat Perbukuan untuk menjadi buku pengayaan. Sertifikasi kelulusan itu dapat dibaca sebagai bentuk afirmasi Pemerintah (via Pusbuk) terhadap isi buku ADdW.

Kedua, analisis bingkai. Pendekatan kedua ini akan memuat latar belakang suasana sosial-batin penulisnya. Jazimah Al Muhyi, bukanlah penulis baru. Berdasarkan penelusuran dan data yang saya miliki, ia menulis dan menelurkan buku sejak tahun 2001. Tak kurang dari 40 buku telah ia semai ke pasar. Baik berupa buku utuh, kumpulan cerpen, antalogi cerpen bersama penulis lain, novelet, dan kumpulan esai. Meskipun tema-tema buku yang ia tulis beragam, ada satu garis lurus yang bisa saya tarik, yaitu semua memiliki semangat untuk perbaikan (baca: dakwah). Tanda yang paling nampak ke arah simpulan itu adalah sebagian besar bukunya berkover wanita berjilbab. Termasuk buku ADdW. Barangkali ini ada kaitan erat dengan komunitas yang ia libati saat awal-awal menulis, yaitu Forum Lingkar Pena (FLP). Publik luas telah mengenal FLP sebagai komunitas kepenulisan yang berjuang mengangkat sastra islam ke pentas nasional dan mondial.

Nah tentu saja, akan menjadi sangkaan yang absurd dan menciderai akal sehat publik jika Jazimah Al Muhyi ini dikatakan menulis buku yang isinya mengarah pada pornografi. Terlalu besar biaya sosial dan moral yang harus ditanggung. Baik ia sebagai pribadi (penulis), maupun sebagai salah satu pegiat FLP.

Agus M. Irkham
Pegiat Literasi. Kepala Departemen Penelitian dan Pengembangan Pengurus Pusat Forum Taman Bacaan Masyarakat.



Nah ni dia kata-kata yang divonis porno:

Pokoknya, asal mau sama mau, gak masalah, kok."
Akta menegakkan telinga.
"Eh, tapi harus tahu trik-trik jitunya. Jangan sampai hamil, juga kena penyakit kelamin. Gawat kan kalau sampai kena gituan."
"Eh, ini nih... ada cara praktis yang manjur. Udah banyak yang ngebuktiin!"
"Mana ... mana?"
"Eh, katanya sperma itu..."
"Nah, di majalah ini dikatakan, sel telur itu kalau ketemu ama sperma...."
"Eh, ada yang asyik punya, nih. Petunjuk dengan pakai KB kalender!"
Akta berlalu dengan cepat mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan. Suara-suara perempuan. Akta merasa sangat risi. Kok bisa sih, mereka tidak malu membicarakan masalah semacam itu?


Sayangnya paragraf berikutnya nggak diambil
Akta berlalu dengan cepat mendengar obrolan di lokasi kamar mandi yang diselingi suara cekikikan. Suara-suara perempuan. Akta merasa sangat risi. Kok bisa sih, mereka tidak malu membicarakan masalah semacam itu?

Serial Akta memang bercerita tentang seorang remaja bernama Akta dan sekolahnya, SMA Widya Bangsa yang disingkat menjadi WIBENG. Diceritakan bahwa WIBENG adalah sebuah SMA yang dipenuhi dengan remaja-remaja 'alay' dengan pergaulan yang kacau-balau, dan Akta berusaha untuk mengubah suasana tersebut sebisanya.

BTW, coba deh lihat cover bukunya. Di bagian bawah ada tulisan FOR TEENAGER, hellloooo... yang artinya untuk segmen REMAJA bukan ANAK SD. So, siapa yang salah?. Jangan sampai kita termasuk ke golongan orang-orang yang menuding tanpa tahu kebenaran yang sebenarnya.

9 Juni 2012


Hai... hai... Alhamdulillah yah udah Juni aja nih, bahkan minggu pertama udah berlalu. Bulan April Cuma posting 3, itupun info lomba, bulan Mei malah blaaaas... nggak ada posting. Padahal banyak banget yang pengen ditulis di sini.

Hmmmm... rasanya kangeeeen banget cuap-cuap di blog trus hunting lomba dan ikutan, tapi apa mau dikata saat waktu 24 jam dalam sehari begitu terasa singkat. Sebagai seorang mak-mak rempong (Hasyaaaah lebay) yang lagi dikejar-kejar singa mati bertaring aka deadline nulis buku hihihi... otak kudu fokus banget, susaaaah buat ngelaba sana-sini. Padahal, buat menelurkan sebuah ide kudu semedi dulu di gunung hahaha... lebay akut.

Btw, tengkiyu banget buat yang udah mampir dimari. Insya Allah saya akan kembali aktif begitu 2 naskah yang deadline bulan ini selesai, pengen istirahat dulu dan nulis-nulis santai di blog, ikutan lomba atau antologi nulis. O yah, satu lagi nulis fiksi. Ni kepala udah rada kliyengan ajah nulis non-fiksi mulu. Kudu refresh dulu dengan sesuatu yang baru. Soale, kalau dihitung-hitung, tahun ini (sampai juni ini) saya udah nulis 3 buku solo dan satu buku duet. Alhamdulillah banget, nggak ada nganggur. Nggak sabar juga nungguin tu buku pada lahiran, moga aja deket-deket lahirannya ^_^

Oke deh, segitu dulu. Nailah sudah mulai jutek dan pengen dudukin ni laptop karena jari uminya masih asyik menari-nari menekan tombol huruf demi huruf hehehe... Sukses dah buat semuanya yah plend, yang penting hidup diisi dengan sesuatu yang bermanfaat, biar lelah kita bernilai ibadah ^_*