Pagi itu, sedang tidak dalam kondisi gedebag-gedebug nyiapin bekal anak-anak. Yup, karena weekend. Bisa berasa slow living sejenak ya. Dimulai dari menyiram tanaman, lalu duduk santai sambil menikmati segelas jamu kunyit asam.
Tentu kurang afdol kalau nggak sejenak duajenak berselancar di sosial media. Kali ini, mengunjungi rumah maya di FB, yang ketika baru masuk aja, seringnya dibuat asing karena entah kemana suasana beranda yang dulu, kenapa yang banyak muncul adalah para konten kreator, dengan ke random-an kontennya.
Dunia memang nggak ngasih jeda ya, padahal baru aja rasanya menikmati kehangatan ruang interaksi dengan sesama blogger atau penulis buku. Beranda di penuhi dengan bacaan bergizi, komentar supportive, kritik membangun, dan rasa persaudaraan yang erat sekalipun belum pernah langsung bertatap.
Rasa asing yang begitu aneh. Maka ketika menemukan beberapa tulisan kecil dari teman-teman lama, kembali diri ini dibuat hah heh hoh. Ada banyak concern yang berbeda, dan tentu aja masih banyak dijalur yang sama. Tapi ada juga, yang menghilang, apakah hiatus, atau hanya berstatus sebagai silent readers semata. Yang membuat dada agak sesak, ada juga teman-teman yang telah mendahului kita.
Tak terlalu lama berselancar di FB ini, tapi saya dibuat takjub, dengan cerita teman-teman yang membersamai anak-anaknya di fase yang sudah jauh berbeda. Anak-anak kecil itu, tak lagi kecil, ada yang di sekolah menengah pertama, menengah atas, kuliah, bekerja, bahkan ada yang sudah berumah tangga.
Di cerita yang lain, ada juga yang di fase telah ditinggalkan anaknya untuk selama-lamanya. Ah, bukankah dunia ini memang fana. Kita semakin menua, kita semakin berusaha untuk faham dan bahkan memilih berapa lama waktu yang dihabiskan untuk mengunjungi dunia maya, menyapa, bertukar kabar, untuk akhirnya menghabiskan waktu lebih banyak di dunia nyata. Jangan kebalik ya...

Komentar
Posting Komentar